Abstract

Curriculum management is an inseparable part of the education unit level curriculum (KTSP) and school-based management (SBM), curriculum implementation will run well if there is good management as well. This study aims to describe the implementation of the tahfidz quran curriculum management and what competencies are possessed by the outputs or graduates of SDTQ Al Aqsha Krian Sidoarjo. This research method uses descriptive qualitative with a phenomenological approach and analysis and interpretation techniques of Miles and Huberman model data, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results of the study show that there is a link between the implementation of the tahfidz quran curriculum management with the results of SDTQ Al Aqsa graduates who have special competencies, namely having at least 2 (two) juz memorization of the Koran in graduating students.

Pendahuluan

Manajemen kurikulum adalah sistem manajemen kurikulum yang kolaboratif, menyeluruh, dan sistematis yang dibentuk untuk mencapai terwujudnya tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen berbasis sekolah (MBS), oleh karena itu dengan mengutamakan terwujudnya kebutuhan dan tujuan dalam visi dan misi, otonomi memberikan lembaga pendidikan otonomi untuk mengelola kurikulum dengan tidak mengabaikan Kebijakan Nasional Lembaga Pendidikan yang telah ditetapkan [1].

Kementerian Pendidikan menyebutkan ada 18 pilar karakter yang mana harus ada dalam diri peserta didik, beberapa diantaranya: Agama, Kejujuran, Toleransi, Disiplin, Usaha, Penciptaan, Kemandirian, Demokrasi, Semangat Kebangsaan, Rasa Ingin Tahu, Apresiasi Prestasi, Cinta Tanah Air, Ramah/Komunikasi, Suka membaca, Damai, Peduli masyarakat, Tanggung jawab, dan Peduli lingkungan. Nilai-nilai tersebut tentunya dapat menjadi penentu untuk penerus bangsa membangun negara maju dan negara yang beradab [2].

Pilar pertama karakter peserta didik adalah tentang keagamaan, dalam hal ini agama menjadi karakter pilihan pertama sebelum 17 karakter lainnya. Hal ini menunjukkan tingkat urgensi keagamaan dalam pembentukan karakter siswa. Kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan ketaqwaan kepada Allah SWT, menjauhkan anak-anak dari nilai religi dan akhlaqul karimah yang menjadi benteng pertahanan keterpurukan nilai-nilai karakter yang seharusnya tumbuh dan berkembang di dalam dunia pendidikan.

Keberadaan pendidikan tahfidz Quran menjadi harapan untuk mengembalikan pendidikan karakter siswa. Para pelajar yang senantiasa bergabung dengan kelompok-kelompok kajian untuk mengkaji dan menghafal al-Quran dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan menjadikan karakter mereka lebih baik.

Dalam Al quran Surat Al-Anfal [8]:2 menyebutkan bahwa;

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَاللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَ إِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَتُهُ, زَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَّعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْن

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” [3].

Membaca al-Quran, pada dasarnya bukan hanya kegiatan memasukkan bacaan ayat Alquran kedalam memori saja, melainkan memberi efek yang luas. Melalui sebuah penelitian di sebuah klinik daratan Amerika Serikat, telah ditemukan keberhasilan bahwa hanya mendengarkan bacaan Al-Quran saja, salah seorang muslim, entah mengerti bahasa arab ataupun tidak, akan merasakan adanya sesuatu yang berbeda berupa perubahan psikologis yang besar seperti, penurunan tingkat kegundahan dan kesedihan berkepanjangan, ketenangan akan diperoleh hingga 65% ketika seseorang mendengarkan bacaan Al-Quran dan diperoleh ketenangan 35% ketika seseorang mendengarkan lantunan bahasa arab selain bacaan dari Al-Quran [4].

Ditemukan pula dalam Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) bahwa, dengan membaca Al-Quranul karim dapat memfungsikan visualisasinya dalam berkonsentrasi membaca AlQuran dengan memperhatikan tajwidnya, memfungsikan pendengarannya dengan mendengarkan murrotal yang dapat meningkatkan gelombang delta yang masuk keotak secara signifikan., memfungsikan bahasa secara maksimal karena dalam kitab Al-Quran terdapat keelokan akan bahasa, keseimbangannya, serta ketelitian sehingga terlukis seberapa dalam makna, dan rahasia di dalamnya, kemudahan dalam memahami, dan kedahsyatan akan hikmahnya, memfungsikan kognitif, dan area ketuhanan sebagai penciptanya secara signifikan [5].

Berhasil tidaknya sebuah pendidikan, tidak terlepas dari kemampuan siswa dan atau kemampuan pendidik dalam menyampaikan dan memberikan bimbingan kepada anak didiknya. Adalah keberadaan kurikulum yang termasuk bagian penting dalam lingkup pendidikan yang menjadi salah satu unsur pendidikan. Unsur-unsur pendidikan meliputi Tujuan dan Landasan Dasar Pendidikan, Pendidik, Peserta didik, Evaluasi, Kurikulum, Metode, dan system pendidikan yang menaungi kegiatan tersebut [6].

Dalam pengelolaan kurikulum yang baik diperlukan manajemen kurikulum yang baik pula. Implementasi kurikulum tahfidz yang ada disetiap lembaga tahfidz adalah berbeda, demikian pula implementasi manajemen kurikulum yang ada di SD Tahfidz Quran Al Aqsha.

Kurikulum tahfidz adalah salah satu program pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh SDTQ Al Aqsha dengan tujuan lulusan atau outputnya mempunyai kompetensi khusus yakni berupa kemampuan menghafal Al Quran. Sebuah progam pembelajaran yang dapat dilanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya.

Pendidikan Tahfidz Al Quran banyak dilaksanakan di pondok pesantren, rumah tahfidz atau lembaga pendidikan berbasis tahfidz (kuttab). Sekolah Dasar Tahfidz Quran (SDTQ) Al Aqsa mengadopsi 2 kurikulum yakni kurikulum pendidikan tahfidz quran dan kurikulum pendidikan nasional dalam proses pembelajarannya. Sebuah konsep pembelajaran yang mengutamakan anak-anak untuk menjadi hafidz namun juga tetap mendapatkan pendidikan bidang studi sesuai kelas belajarnya yang dikemas secara full day school (Sistem pembelajaran satu hari penuh). Kegiatan pagi hari adalah kegiatan tahfidz quran kemudian dilanjutkan dengan kegiatan akademik pada siang harinya.

Berangkat dari observasi awal dengan keunikannya memadukan kurikulum tahfidz quran dengan kurikulum pendidikan nasional dalam sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) Full day School (Sistem pembelajaran satu hari penuh), menarik perhatian saya sebagai peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang berjudul “Implementasi Manajemen Kurikulum Tahfidz Quran di Sekolah Dasar Tahfidz Quran Al Aqsha Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo”.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, dimana orientasi dari pendekatan fenomenologi adalah berusaha menggali, menafsirkan dan memahami arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungannya dengan orang-orang yang mengalami atau berperan dalam peristiwa dan fenomena tersebut. Fenomena adanya kurikulum tahfidz dirumah-rumah tahfidz dan pondok pesantren menjadi marak didunia pendidikan, sehingga banyak orangtua menginginkan putra putrinya menjadi hafidz dan hafidzah sejak usia dini. Berangkat dari fenomena kurikulum tahfidz quran yang marak didunia pendidikan peneliti ingin meneliti tentang kegiatan tahfiz yang dilaksanakan dalam sebuah lembaga pendidikan melalui konsep manajemen kurikulum yang diimplementasikannya.

Penelitian kualitatif dengan menggunakan pengamatan terhadap fenomena-fenomena atau gejala-gejala sosial yang alamiah (nature) untuk kemudian digunakan sebagai sumber data kenyataan di lapangan, adalah disebut penelitian kualitatif dengan model pendekatan fenomenologi.[7]

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah ungkapan, pernyataan dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, photo dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari hasil wawancara, literatur, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan informasi lainnya.[8]

Sumber data dalam penelitian Implementasi manajemen kurikulum di Sekolah Tahfidz SDTQ Al Aqsha adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber utama pelaksana manajemen kurikulum, dalam hal ini adalah ketua yayasan, kepala sekolah, wakil kepala kurikulum beserta jajaran strukturalnya.

Data primer didapatkan dari hasil wawancara, observasi, dan sumber yang terkait, yakni siswa yang menjalani pembelajaran kurikulum tahfidz quran di SDTQ Al Aqsha.

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dari sumber pendukung pelaksanaan manajemen kurikulum seperti wali murid atau tokoh masyarakat. Data sekunder ini dapat berupa buku catatan kegiatan siswa / buku penghubung, laporan perkembangan tahfidz anak didik dan pernyataan-pernyataan dukungan terhadap manajemen kurikulum yang diwakili oleh walisantri, komite sekolah ataupun tokoh masyarakat.

Instrumen atau alat penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (human instrument), yang berfungsi dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semua data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen data berbentuk wawancara, obervasi dan dokumentasi.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada mereka yang menjadi pelaksana dari implementasi manajemen kurikulum tahfidz di SDTQ Al Aqsha, dan sumber terkait lainnya. Observasi dilakukan secara langsung kepada objek penelitian oleh peneliti yakni di lingungan sekolah tahfidz SDTQ Al Aqsha. Dokumentasi dilaksanakan dan dikumpulkan pada saat setelah wawancara atau bersamaan observasi untuk kemudian dianalisis dan dijadikan dokumen penelitian.

Teknik pemeriksaan dari keabsahan data terhadap penelitian kualitatif diantaranya adalah teknik keabsahan data Triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Keabsahan data yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik, dimana peneliti mewawancarai ketua yayasan, kepala sekolah dan wakil kepala kurikulum beserta guru kelas dimasing-masing firqoh untuk membandingkan hasil wawancara satu dan yang lainnya. Selain daripada itu hasil wawancara juga akan dibandingkan dengan hasil observasi dan juga dokumentasi yang diperoleh oleh peneliti untuk mendapatkan keabsahan data penelitin.

teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tekni analisis data model Miles and Huberman, yaitu: Reduksi Data (Data Reduction), Data Display, Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing Verification).

Hasil dan Pembahasan

Manajemen Kurikulum Tahfidz Quran

UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kurikulum merupakan serangkaian tahap yang dirancang mencapai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta metode arahan pembelajarah untuk meraih suatu tujuan. menyatakan bahwa manajemen kurikulum merupakan metode penyampaian keseluruhan proses belajar-mengajar dalam kegiatan praktiknya di sekolah. Manajemen kurikulum adalah sebagai penguatan terhadap pengimplementasiannya yang menliputi semua komponen kurikulum sehingga implementasi disebut juga sebagai suatu proses penerapan ide dan rencana seluruh program di dalam sebuah kurikulum.[9]

Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.

SDTQ Al Aqsha menyelenggarakan pendidikan tahfidz quran sebagai sarana untuk anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah dasar agar mempunyai kemampuan / kompetensi khusus dalam program hafalan quran yang bisa dilanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya untuk menyelesaikan sampai 30 juz hafalan Al Qurannya. Ruang lingkup manajemen kurikulum yang menjadi fokus penelitian adalah (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pelaksanaan dan, (4) Evaluasi.

1. Perencanaan Kurikulum

Tita Lestari dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengemukakan tahapan manajemen perencanaan kurikulum adalah meliputi: 1) menganalisis kebutuhan; 2) membuat rumusan filosofis; 3) mendesain kurikulum; 4) merumuskan rencana secara keseluruhan yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.[10]

Analisis kebutuhan yang dilakukan SDTQ Al Aqsha didasarkan atas dasar kebutuhan walimurid jenjang Taman Kanak-kanak yang ingin melanjutkan progam tahfidz quran, dengan visi misi lembaga menjadi landasan filosofis pada proses perencanaan kurikulum, seperti halnya yang disampaikan oleh ketua yayasan dalam wawancara sebagai berikut;

“Sekolah Tahfidz SDTQ Al Aqsha adalah sekolah dengan konsep menggabungkan kurikulum Tahfidz dan kurikulum nasional dalam satu waktu pembelajaran fullday school yang dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00 dengan pelaksanaan pembelajaran kurikulum tahfidz sebelum waktu dhuhur dan kurikulum pendidikan nasional setelah dhuhur. Sekolah Tahfidz SDTQ Al Aqsha mempunyai cita-cita untuk dapat berpartisipasi dalam mendakwahkan Islam dan membumikan AlQuran kepada anak-anak disekitarnya. Cita-cita ini tertuang dalam visi, misi dan tujuan pendidikan Sekolah Tahfidz SDTQ Al Aqsha yang menjadi landasan hukum penyusunan kurikulum tahfidz “. [11]

Desain kurikulum pada SDTQ Al Aqsha adalah model kurikulum subjek akademis dengan 4 pola organisasi kurikulum Correlated curriculum, Unified, Concentrated curriculum, Integrated curriculum, dan Problem solving curriculum. Correlated curriculummembuat mata pelajaran yang terpisah-pisah namun pelajaran yang masih memiliki kaitan atau hubungan dengan pelajaran lainnya digabungkan dalam bidang studi yang sama dan dikolaborasikan dengan model kurikulum Integrated curriculum. SDTQ Al Aqsha menerapkan 2 (dua) kurikulum dalam pembelajarannya yang saling berkaitan yaitu kurikulum tahfidz quran dan kurikulum Nasional Kemendikbud.

Perumusan kurikulum meliputi; penentuan tujuan dari penyusunan kurikulum sebagai bentuk kompetensi atau hasil lulusan atau output SDTQ Al Aqsha, menentukan materi isi pembelajaran pada kurikulum tahfidz yang dapat menunjang kompetensi tahfidz quran, penetapan metode dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran, menentukan cara mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan berkenaan waktu dan metode evaluasi penilaian.

Gambar 1.

2. Pengorganisasian Kurikulum

Berdasarkan Wawancara dengan Waka Kurikulum Tahfidz SDTQ Al Aqsha berikut penjelasan mengenai pengorganisasian kurikulum tahfidz di SDTQ Al Aqsha:

“SD Tahfidz Quran Al Aqsha mempunyai 2 program pengembangan kurikulum, yaitu Kurikulum Nasional Dinas Pendidikan dan Kurikulum khusus Tahfidz Quran. Dalam pengorganisasian kurikulum tahfidz sebagian menggunakan correlated curriculum dan sebagian lagi menggunakan integrated curriculum”.[12]

Correlated curriculum adalah pengorganisasian kurikulum yang dilakukan secara horizontal untuk menghubungkan materi pelajaran kelas bawah dengan kelas atas agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penyusunan kurikulumnya. Contoh pengorganisasian mata pelajaran Tajwid dan kitabah, harus terorganisir dari kelas rendah hingga kelas tinggi agar terpantau kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik pada saat telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar. Sedangkan integrated curriculum adalah pengorganisasian kurikulum secara vertikal antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya yang saling berhubungan dan terpadu, contohya pada mata pelajaran tadabur AlQuran dengan mata pelajaran tahfidz quran, tilawah dengan kitabah, yang pada akhirnya seluruh materi pelajaran dalam kurikulum tahfidz adalah saling terhubung dan terintegrasi dengan tujuan kurikulum tahfidz quran yang telah ditetapkan.

3. Pelaksanaan Kurikulum

Pembelajaran adalah bentuk aktualisasi Implementasi kurikulum secara tertulis. Implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan konsep, ide, gagasan, atau progam kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau kegiatan-kegiatan, sehingga terjadi perubahan yang lebih baik terhadap sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Pelaksanaan kurikulum meliputi; penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) , Penjelasan atau penjabaran materi isi, strategi dan metode pembelajaran, penyediaan sumber, alat, dan fasilitas pembelajaran, menentukan alat dan cara pengukuran hasil pembelajaran, menyiapkan lingungan belajar.

Lingkungan belajar telah disebarluaskan tidak hanya dalam lingkungan sekolah saja namun juga mencakup jangkauan lebih luas bahkan ke seluruh kota. Kantor, tiap jajaran rumah, taman bermain dan perkumpulan masyarakat dapat dianggap sebagai lingkungan belajar yang khas di kota pintar.[13]

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan target pembelajaran tahfidz quran, penjabaran isi materi kurikulum berdasarkan Alquran dan hadits beserta kitab-kitab lain yang dijadikan referensi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran adalah langkah yang diambil pendidik dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran, penyediaan sumber, alat dan fasilitas pembelajaran yakni Alquran, audio visual, sound system, rekaman MP3, penyediaan lingkungan belajar yang aman dan nyaman untuk mendukung konsentrasi dan focus pembelajaran.

Gambar 2.

4. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dilaksanakan terhadap 2 (dua) hal yakni berkaitan pelaksana Evaluasi program pembelajaran, yang dilakukan untuk mengevaluasi program-program pembelajaran yang telah terlaksana apakah sudah mencapai target dari program tersebut atau belum. Sedangkan evaluasi proses pelaksanaan pembelajaran, dilakukan untuk mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran yang sudah direncanakan pada awal tahun ajaran baru apakah proses pembelajaran berjalan dengan baik ataukah tidak.

Berikut kutipan wawancara dengan kepala sekolah SDTQ Al Aqsha;

“evaluasi manajemen dilakukan secara berkala ; (1) Sebulan sekali oleh kepala sekolah, waka kurikulum tahfidz, waka kurikulum pendidikan nasional, guru tahfidz, dan guru bidang studi untuk membahas efektivitas kurikulum pada kegiatan pembelajaran dan semua problematika, kendala serta solusi penyelesaiannya. (2) Tiga bulan sekali (trisemester) oleh kepala sekolah, waka kurikulum tahfidz, waka kurikulum pendidikan nasional, guru tahfidz, dan guru bidang studi untuk membahas dan mengevaluasi penilaian yang akan dilakukan di triwulan pembelajaran. (3) Enam bulan sekali (Penilaian Sumatif) oleh kepala sekolah, waka kurikulum tahfidz, waka kurikulum pendidikan nasional, guru tahfidz, dan guru bidang studi untuk membahas dan mengevaluasi penilaian yang akan dilakukan di enam bulan pembelajaran ( akhir semester genap)”.[14]

Pelaksanaan evaluasi tahfidz quran dilaksanakan secara berkala pada waktu yang telah ditetapkan yaitu mingguan, bulanan, tiga bulanan, dan enam bulan

Gambar 3.

Output Lulusan SDTQ Al Aqsha

Norman, G.R, Schmidt H.G. berpendapat bahwa untuk memberi intervensi terhadap suatu program dalam manajemen kurikulum dipengaruhi banyak faktor sehingga ada kesulitan untuk menstandarkan intervensi dalam pendidikan.

Hasil temuan peneliti menunjukkan kurikulum tafidz SDTQ AL AQSHA menetapkan kelompok/kelas/firqoh tahfidz quran dalam kelompok/firqoh/kelas per juz untuk pencapaian target hafalannya yaitu terdiri dari firqoh awwal dengan target pencapaian juz 30, firqoh tsani target pencapaian juz 29, firqoh tsalis target pencapaian juz 28, dan firqoh rabi’ target pencapaian juz 27. Dengan penetapan kelas per juz akan dapat memudahkan dalam mengevaluasi kemampuan anak-anak sesuai kemampuan hafalannya. Anak-anak dapat berada pada kelas sesuai kemampuan hafalannya. Kelas/firqoh tahfidz berbeda dengan kelas kurikulum Nasional / kelas akademik. Kelas akademik didasarkan atas tahap perkembangan usianya sedangkan kelas tahfidz berdasarkan kemampuan hafalannya.

Anak-anak yang menjadi lulusan dari SDTQ Al Aqsha adalah anak-anak yang mempunyai kompetensi khusus hafal alQuran minimal 2 juz yakni juz 29 dan 30, berkarakter-karakter Islami dan dapat diterima disekolah-sekolah favorit baik negri maupun swasta. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan orangtua walimurid dan juga menjadi alumni SDTQ Al Aqsha yang telah merasakan pengalaman belajar menghafal AlQuran (Tahfidz Quran) di SDTQ Al Aqsha;

“Alhamdulillah bu, hasil pendidikan di Al Aqsha anaknya baik-baik putri saya yang pertama diterima di SMP Insan Kamil Sidoarjo, sekarang adeknya ini kelas 4 sudah menyelesaikan juz 29, ini mau ke juz 28, mohon doanya. Pendidikan di SDTQ Al Aqsha ini sangat intensif sekali, mungkin jumlah siswa yang tidak terlalu banyak jadi mudah dikendalikan, sedangkan dari progam hafalan qurannya saya juga sangat senang, anak saya yang saat ini ada di Insan Kamil itu sudah sangat terbiasa dengan tahfidz mandiri, setiap hari bisa setoran 1 halaman, jadi menghafal alquran itu tidak menjadi beban karena sudah menjadi kebiasaan/habbits sejak usia sekolah dasar” [15].

Hasil wawancara telah dibuktikan melalui wawancara lain yang dilakukan oleh alumni angkatan pertama dari SDTQ Al Aqsha yang diterima di Pondok Pesantren Ar Rohmah putri Malang, berikut wawancaranya;

“Kami memulai pembelajaran tahfidz setelah kegiatan sholat Dhuha dan wirid pagi alma’tsurat dilanjutkan murojaah hadits arbain dan do’a harian. Kegiatan tahfidz dimulai sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB dari sini kami mulai terbiasa dengan kegiatan tahfidz karena setelah bacaan kami ditahsin maka kami dipersilahkan untuk tahfidz mandiri dengan setoran minimal I halaman, tetapi kalau belum mampu kami diperkenankan semampunya dan dilanjutkan sepulang sekolah menyetorkan kembali sisa setoran hafalan pagi” [16].

Dari kedua sumber tersebut dengan didukung dokumentasi yang ada telah mewakili keberadaan hasil dari output atau lulusan SDTQ Al Aqsha.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Jannah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018 dengan judul “Manajemen Kurikulum Tahfidzul Quran di Pondok Pesantren Al-Ma'ruf Candisari Mranggen Demak“. Dalam penelitian ini kegiatan manajemen kurikulum yang dilakukan di Pondok Pesantren adalah meliputi perancangan, implementasi dan evaluasi dimana kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan manajemen kurikulum tahfidz yang diadakan di SDTQ-Al-Aqsha. Perbedaan dari penelitian in adalah terletak pada lembaga atau institusi penyelenggaranya dimana kegiatan manajemen ini dilakukan dilingkungan pondok pesantren dan di sekolah swasta.

Dari sini akan dapat ditemukan hal baru bahwasanya menghafal AlQuran tidak hanya dapat dilingkungan pondok pesantren saja namun juga dapat dilakukan disebuah sekolah umum swasta dengan sistem pembelajaran satu hari penuh (full day school).

Kesimpulan

Dari paparan data deskriptif kualitatif yang dijabarkan peneliti setelah melakukan observasi, wawancara, dan mendokumentasikan hasil temuan untuk kemudian dianalisis untuk dapat menemukan jawaban pada rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa implementasi manajemen kurikulum di SD Tahfidz Quran Al Aqsha adalah sebagai berikut;

1. Pelaksanaan Implementasi manajemen kurikulum meliputi: (1) Pelaksanaan Kurikulum (2) Pengorganisasian Kurikulum (3) Pelaksanaan Kurikulum (4) Evaluasi kurikulum

2. Hasil Output /Lulusan dari SD Tahfidz Quran Al Aqsha; 1) Mempunyai kompetensi khusus sebagai Hafidz/hafidzh 2) Berkarakter Islami 3) Dapat diterima di jenjang pendidikan berikutnya baik negeri maupun swasta dan atau di pondok pesantren tahfidz Quran di seluruh Nusantara.

References

  1. Nasbi, I. (2017). Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2), 318–330. https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4274
  2. Masyhud, H. S., & Tasnim, Z. 2018. Manajemen Pendidikan Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD UMK. Universitas Muria Kudus
  3. Departemen Agama RI. 2016. Mushaf Standar Indonesia. Jakarta: Suara Agung
  4. Aziz, J. A. (2017). Pengaruh Menghafal Al-Quran Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Roudhotul Atfal (RA) Jamiatul Qurra Cimahi. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 2(1), 1–15. http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/goldenage/article/view/1357
  5. Julianto, V., & Etsem, M. B. (2015). The Effect of Reciting Holy Qur’an toward Short-term Memory Ability Analysed trought the Changing Brain Wave. The Effect of Reciting Holy Qur’an toward Short-Term Memory Ability Analysed Trought the Changing Brain Wave, 38(1), 17–29. https://doi.org/10.22146/jpsi.7661
  6. Baharun, H. (2017). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Pratik Konsep, Prinsip, Model, Pendekatan dan Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum PAI. Probolinggo: Putra Nurja
  7. Suwendra, I. W. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu Sosial, Pendidikan, Kebudayaan Dan Keagamaan. Bali: Nilachakra
  8. Manab, A. 2015. Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif. Yogyakarta: Kalimedia.moe
  9. Katuuk, D. A. (2014). Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(1), 13–26. https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.1858
  10. Syafaruddin, S., & Amiruddin, A. 2017. Manajemen Kurikulum. Medan: Perdana.
  11. Wawancara dengan Ustadz Sutomo Ketua Yayasan, 22/05/2021
  12. Wawancara dengan Ustadzah Afifah Waka Kurikulum Tahfidz, 29/05/2021
  13. Rindaningsih, I., Hastuti, W. D., & Findawati, Y. (2019). Desain Lingkungan Belajar yang Menyenangkan Berbasis Flipped Classroom di Sekolah Dasar. Proceedings of the ICECRS, 2(1), 41. https://doi.org/10.21070/picecrs.v2i1.2452
  14. Wawancara dengan Ustadzah Nike Kepala SDTQ Al Aqsha, 24/05/2021
  15. Wawancara dengan walisantri ibu Sulistyowati, 01/05/2021
  16. Wawancara dengan Alumni angkatan pertama SDTQ Al Aqsha Nidaul Syariah, 01/06/2021