Abstract
General Background: Cooperative learning methodologies have gained prominence in educational settings for their potential to enhance student engagement and comprehension. Specific Background: Among these, the Teams Accelerated Instruction (TAI) model has shown promise, particularly in mathematics education, yet its specific impacts in the context of Madrasah Ibtidaiyah remain underexplored. Knowledge Gap: Despite existing literature on cooperative learning, there is a lack of qualitative studies that examine TAI's effectiveness from a phenomenological perspective in Indonesian primary education. Aims: This study aims to investigate the teaching practices of a grade IV mathematics teacher using the TAI method and to assess its effectiveness in promoting learning outcomes. Results: Utilizing qualitative research methods, including observation, in-depth interviews, and documentation, findings indicate that TAI significantly enhances student collaboration and understanding of mathematical concepts, fostering a more interactive classroom environment. Novelty: This research contributes a phenomenological perspective to cooperative learning, highlighting the lived experiences of both teacher and students within the TAI framework. Implications: The insights gained underscore the importance of implementing cooperative learning strategies like TAI in Madrasah Ibtidaiyah, offering practical implications for educators aiming to improve pedagogical practices and student learning outcomes in mathematics. This study provides a foundation for further research into cooperative learning methods within diverse educational contexts.
Highlights:
- Effectiveness of TAI: The Teams Accelerated Instruction method significantly improves student engagement and understanding in mathematics.
- Phenomenological Approach: The study employs a phenomenological perspective, providing insights into the experiences of teachers and students in cooperative learning settings.
- Practical Implications: Findings highlight the potential for TAI to enhance pedagogical practices in Madrasah Ibtidaiyah, suggesting a need for broader implementation.
Keywords: Teams Accelerated Instruction, cooperative learning, phenomenology, mathematics education, Madrasah Ibtidaiyah.
Pendahuluan
Pendidikan pada esensinya memiliki tujuan untuk mengimplikasikan nilai-nilai yang menjadi panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini berperan sebagai pemisah antara generasi masa lalu, masa kini, dan masa depan, tidak peduli apakah kualitasnya lebih unggul atau kurang baik.[1] Mutu pendidikan kerap digunakan sebagai penanda kemajuan suatu negara[2]. Aspek paling krusial dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara adalah pendidikan. Perkembangan atau kemunduran suatu negara dalam berbagai sektor dapat diantisipasi dan dipengaruhi melalui upaya pendidikan. [3].
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah sangat bergantung pada kualitas materi yang diajarkan. pendidik diharapkan untuk menjadi lebih proaktif dan kreatif dalam mengajar, serta memilih metode pembelajaran yang sesuai, karena hal ini merupakan salah satu kunci terciptanya pendidikan yang berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga pencapaian hasil belajar peserta didik dapat maksimal. Maka, diperlukan kemampuan bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.[4]. Pembelajaran di kelas haruslah beragam, melibatkan banyak arah dan metode yang berbeda-beda setiap waktu. Oleh karena itu, pendidik perlu menguasai strategi untuk memastikan peserta didik mencapai pembelajaran yang efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebagai pembimbing, pendidik memiliki peran penting dalam stimulus dan memotivasi peserta didik. dalam memperoleh hasil belajar yang optimal, pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan partisipasi aktif dari peserta didik.[3]
Studi matematika memperbaiki proses pendidikan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, dengan demikian meningkatkan mutu pendidikan serta keterampilan berpikir kritis mereka. Namun, sebagian besar peserta didik kurang memahami bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang rumit. Matematika merupakan bidang studi yang memperhatikan konsep-konsep abstrak, yang membuatnya sulit dipahami oleh beberapa peserta didik. Akibatnya, minat, semangat, keterlibatan, dan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika cenderung rendah. Banyak peserta didik yang mendapatkan nilai rata-rata yang kurang memuaskan, bahkan ada yang tidak mencapai skor minimum yang ditetapkan.[5]
Studi mengenai matematika sebagai mata pelajaran saat ini mengalami perkembangan yang pesat, yang tercermin dari banyaknya kelompok penelitian dalam Kelompok-kelompok dalam bidang pendidikan dalam bidang ini ranah pendidikan matematika serupa dengan International Mathematical Union, European Mathematical Society, European Researchers of Mathematics Education, dan lain sebagainya[6]. Berdasarkan data Trends in International Mathematics and Science Study tahun 2011, Indonesia berada di peringkat ke-32 dari 49 negara dengan skor rata-rata 386, sementara pada umumnya internasional adalah 500. Pada Trends in International Mathematics and Science Study tahun 2015, peringkat Indonesia turun menjadi ke-46 dari 51 negara dengan skor rata-rata 397. Selain itu, nilai matematika siswa SD/MI di Indonesia senantiasa menunjukkan angka yang rendah, yang dianggap ironis mengingat pentingnya matematika dalam pengembangan sains dan pengetahuan, karena matematika adalah dasar dari semua ilmu. Meskipun demikian, minat terhadap matematika tampaknya menurun. Maka dengan ini, dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika pendidik perlu memiliki kemampuan untuk merancang pengalaman belajar yang memilih model, pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam pembentukan pemahaman mereka sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika.[7]
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, memerlukan penerapan lebih banyak metode pembelajaran inovatif, seperti model pembelajaran kooperatif tipe Teams Accelerated Instruction. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Accelerated Instruction. adalah pendekatan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran dalam kelompok dengan pembelajaran individu.[8]. Melalui pendekatan Teams Accelerated Instruction., peserta didik didorong diajak belajar secara mandiri, diberi latihan supaya mengoptimalkan kemampuan mereka dalam mendapatkan pengetahuan, mampu menyampaikan hasilnya kepada orang lain, serta dikasih pelatihan dalam pemecahan masalah, bukan hanya sekedar menerima, mendengar, dan mengingat informasi. Langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan metode Teams Accelerated Instruction adalah sebagai berikut: (1) Membentuk kelompok yang beragam dan memberikan materi pelajaran, (2) Siswa berfokus bersama dalam kelompok dengan bantuan siswa yang lebih terampil dari mereka dan bertukar jawaban serta ide satu sama lain untuk mendorong percakapan, (3) Memberikan apresiasi kepada kelompok dan melakukan refleksi serta menguji perkembangan siswa.[8].
Dalam permasalahan ini terletak pada pendekatan pengajaran matematika oleh para pendidik, lebih cenderung menerapkan metode ceramah atau sekadar memproyeksikan pelajaran di papan tulis tanpa melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran[9]. strategi pembelajaran sesuai dengan itu tidak menciptakan innovatie atau pengetahuan; karena itu, materi diajarkan dengan cara yang sama setiap waktu. Maka dengan ini, supaya menjaga minat peserta didik dalam proses pembelajaran serta untuk membantu peserta didik memperoleh tujuan pembelajaran yang diharapkan, pendidik butuh merencanakan dengan baik segala aspek yang terkait dengan pembelajaran matematika[10]. Tujuannya adalah bahwasannya persiapan yang memadai, pembelajaran matematika akan dapat mengoptimalkan potensi dan bakat matematika yang dimiliki masing-masing peserta didik.
Keikutsertaan peserta didik akan diinginkan dalam pembelajaran mencakup keterlibatan psikologi (intelektual dan emosional), yang mencakup keterlibatan fisik peserta didik makna beragam aktivitas, sehingga peserta didik terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran. Dalam konteks ini, aktivitas mental peserta didik mencerminkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran, di mana pikiran dan perhatian mereka sepenuhnya memfokuskan pada materi yang dipelajari[11]. Dalam meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar peserta didik, penting untuk mengembangkan gaya belajar yang sesuai. Salah satu pendekatan yang melibatkan partisipasi peserta didik merupakan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Accelerated Instruction. Pembelajaran Teams Accelerated Instruction mendorong peserta didik menjadi aktif dalam proses pembelajaran, memperluas pengetahuan, sikap, dan keterampilan mereka secara mandiri. Selain itu, metode ini memberikan lingkungan pembelajaran yang mendukung siswa dalam belajar, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan berinteraksi dengan pendidik, sehingga proses pembelajaran matematika dapat berlangsung dengan lebih efektif.[12] Pembelajaran Team Accelereted Instruction memotivasi siswa untuk membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan sedikit menonjolkan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dalam pembelajaran Team Accelereted Instruction, pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran[13].Selain hal tersebut juga haru didukung oleh peran guru, Setiap guru dituntut untuk bisa merancang atau merencanakan pembelajaran sebelum proses pembelajaran. Dengan rencana yang bagus tentunya pembelajaran akan berjalan dengan sistematis dan terprogram.[14]
Maka dengan ini peneliti tertarik untuk mengamati pembelajaran Teams Accelerated Instruction di Madrasah Ibtidaiyah Kholid bin Walid Kebakalan. Dalam hasil gambaran observasi awal menunjukkan bahwa MI Kholid bin Walid Kebakalan telah menerapkan gaya pembelajaran Teams Accelerated Instruction dalam mata pelajaran matematika di kelas IV. Hal ini disebabkan karena pendidik mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi bilangan cacah besar kepada pesert didik. Setelah mengimplementasikan pembelajaran Teams Accelerated Instruction, peserta didik menjadi lebih termotivasi dan memahami materi dengan baik. Maka dengan ini, Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas mengajar guru madrasah ibtidaiyah pada mata pelajaran matematika dengan perspektif fenomenologi dan untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran kooperatif Team Accelerated Instruction dalam aktivitas pembelajaran mata pelajaran matematika di keals IV. Subjek penelitian adalah sorang guru kelas sekaligus guru matematika di kelas IV. Sedangkan objek penelitian adalah aktivitas mengajar guru dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenolog. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara mendalam dan dokumentasi. Harapan peneliti dalam hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi sekolah lain supaya menerapkan model pembelajaran Teams Accelerated Instruction.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas mengajar guru madrasah ibtidaiyah pada mata pelajaran matematika dengan perspektif fenomenologi dan untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran kooperatif Team Accelerated Instruction dalam aktivitas pembelajaran mata pelajaran matematika di keals IV. Subjek penelitian adalah sorang guru kelas sekaligus guru matematika di kelas IV. Sedangkan objek penelitian adalah aktivitas mengajar guru dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenolog. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara mendalam dan dokumentasi
Metode
Metode merujuk pada proses atau strategi yang digunakan dalam mempelajari suatu hal dengan mengikuti serangkaian langkah. Dalam konteks ini, "metode" mencakup strategi atau pendekatan yang diterapkan selama proses belajar. Secara esensial, prosedur penelitian merupakan teknik ilmiah yang digunakan untuk mengumpulkan data demi tujuan dan keperluan tertentu[3].
Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan memanfaatkan berbagai teknik yang ada untuk menginterpretasikan dalam proses pengamatan dari fenomena.[15] Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Kholid bin Walid Kebakalan, fokus pada mata pelajaran matematika dengan materi bilangan besar pada kelas IV. Data didapatkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun wawancara dilakukan pada guru kelas IV MI kholid bin walid kebakalan, observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran Team Accelerated Instruction di kelas IV MI Kholid bin walid Kebakalan , serta peneliti melakukan dokumentasi kegiatan belajar berupa foto untuk menunjang hasil penelitian.. Grafik berikut menunjukkan pola analisis interaktif yang diusulkan oleh Miles dan Huberman.
Tehnik analisis data yang dipakai adalah Miles dan Huberman Menurut Miles dan Huberman, analisis data dari model interaktif ini terdiri dari tiga bagian: (1) pengurangan data, (2) distribusi data, dan (3) penarikanhasil/verifikasi. Ketiga komponen utama analisis data kualitatif harus ada dalam analisis data juga. Faktor-faktor yang menyebabkan hubungan leterikatan anatara ketiga ini harus berlanjut dibandingkan untuk mengidentifikasi arahan rumusan sebagai hasil penelitian.(1)Pengumpulan Data adalah informasi yang memungkinkan ke peneliti untuk sampai pada kesimpulan dan tindakan. Penyampaian data merupakan penjelasan data dalam bentuk ulasan dan kisah yang lengkap, yang disusun berdasarkan temuan dari reduksi data, dan ditampilkan dengan menggunakan bahasa studi secara rasional dan sistematis, sehingga jauh lebih muda dipahami. seluruh informasi yang diperoleh di lapangan berdasarkan temuan wawancara,dokumentasi,observasi atau analisis yang memungkinkan memberikan penjelasan tentang implementasi metode pembelajaran Team Accelerated Instruction dalam meningkatkan prestasi akademik siswa di MI Kholid bin wealid kebakala,(2)Pengurangan Data pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian atau pemfokusan, dan penyerdahaan dari semua data yang mendukung data penelitian yang dikumpulkan dan didokumentasikan selama proses Proses penyelidikan lapangan. Pada dasarnya, proses pengurangan data merupakan bagian dari proses analisis data kualitatif. yang dimaksudkan untuk menajamkan, menggolongkan, menunjuk, memperjelas dan meningkatkan fokus dengan menghilangkan yang kurang penting dan mempermudah hal-hal yang lebih ringan, sehingga cerita sajian dapat memahami dengan baik,dan menghasilkan simpulan yang dapat diantisipasi jawab,(3)Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang memungkinkan kesimpulan dibuat dalam studi kualitatif, penyebaran data ini dapat dibuat dalam bentuk penjelasan singkat,grafik, dan sebagainya. Dengan menyajikan data ini, akan memungkinkan peneliti memahami masalah dan perencanaan langkah-langkah berikutnya sesuai dengan yang sudah jelas,(4)Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dari langkah-langkah di atas. membuat kesimpulan diambil dari informasi yang telah dievaluasi dan data yang telah dicek dan didasarkan pada bukti yang diperoleh di tempat penelitian. Dalam Pada tahap ini, peneliti mencapai kesimpulan berikut:berkaitan dengan penerapan metode Team Accelerated Instruction untuk hasil belajar yang lebih baik siswa yang bersekolah di MI Kholid bin walid kebakalan.
Hasil dan Pembahasan
Implementasi Pembelajaran
penelitian dilakukan di MI Kholid bin walid Kebakalan Porong untuk bertemu informan yaitu guru kelas IV(empat) Yang sekaligus menjabat sebagai guru mata pelajaran matematika. Observasi ini akan digunakan oleh peneliti sebagai data utama. Pada saat itu informan bersedia untuk bertemu dengan peneliti dan bersedia untuk memberikan waktu kepada peneliti untuk mengobservasi selama kegiatan belajar mengajar informan Bersama siswa kelas IV di kelas. Selama penenilti melakukan observasi terlihat keaktifan informan dan siswanya dalam melaksanakan kegiatan belelajar mengajar. Di dalam kelas suasana kelas terasa sangat cair antara guru dan siswa , terlihat penampilan guru yang rapi , tegas ,terlihat professional ,santun dalam berbicara, serta para siswa yang juga berseragam rapi ,terlihat disiplin dan antusias dalam menerima pelajaran. langkah awal guru menurut informan adalah membentuk kelompok yang beragam. Guru membentuk kelompok yang beragam bertujuan supaya siswa bisa menerima keadaan temannya, siswa juga bisa menduduki bangku yang telah disediakan, dan siswa bisa segera bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk.
Dengan demikian melatih siswa untuk bersikap cepat tanggap dan melatih rasa saling menghargai , saling menerima dan sikap membentuk sebuah komunitas. Informan menyatakan bahwa siswa perlu menerima keadaan temannya baik mereka yang memiliki kemampuan tinggi dalam mata pelajaran matematika atau mereka yang mimiliki kemampuan rendah mata pelajaran matematika. Di dalam kelompok tidak ada istilah ketua kelompok, semua sama dan saling berdiskusi. Yang memiliki kemampuan tinggi pada mata pelajaran matematika akan membantu siswa lain yang memiliki kemampuan rendah di mata pelajaran matematika ini. Informan juga menyatakan dengan demikian terjadi sikap interaksi dan Kerjasama sesama anggota kelompok masing-masing.
Dari hasil observasi peneliti mendapat penjelasan detail dari informan terkait Langkah-langkah yang telah disusun pada tabel di atas langkah awal guru menurut informan adalah membentuk kelompok yang beragam. Guru membentuk kelompok yang beragam bertujuan supaya siswa bisa menerima keadaan temannya, siswa juga bisa menduduki bangku yang telah disediakan, dan siswa bisa segera bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk. Dengan demikian melatih siswa untuk bersikap cepat tanggap dan melatih rasa saling menghargai, saling menerima dan sikap membentuk sebuah komunitas. Informan menyatakan bahwa siswa perlu menerima keadaan temannya baik mereka yang memiliki kemampuan tinggi dalam mata pelajaran matematika atau mereka yang mimiliki kemampuan rendah mata pelajaran matematika. Di dalam kelompok tidak ada istilah ketua kelompok, semua sama dan saling berdiskusi. Yang memiliki kemampuan tinggi pada mata pelajaran matematika akan membantu siswa lain yang memiliki kemampuan rendah di mata pelajaran matematika ini. Informan juga menyatakan dengan demikian terjadi sikap interaksi dan Kerjasama sesama anggota kelompok masing-masing.
Hal ini diperkuat oleh pendapat yang menyatakan Tujuan pengelompokan siswa dalam belajar adalah agar siswa dapat bekerjasama. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah. Meski demikian, siswa yang berkemampuan tinggi tidak mutlak menjadi ketua kelompok. Dalam belajar kelompok salah satu peran ketua yaitu mengatur anggotanya agar dapat memperlancar penyelesaian semua tugas kelompok, sedangkan anggota kelompok menyumbangkan pemikirannya. Maka jelas adanya bahwa diskusi kelompok dapat mengasah siswa untuk berinteraksi sosial. Berinteraksi sosial merupakan hasil belajar dalam ranah sikap. Sikap yang timbul dalam kegiatan belajar yaitu, bertanggungjawab, timbul kebersamaan, tahan terhadap kelompok, membantu teman yang kurang mampu, dan segera mengerjakan tugas.
Selanjutnya informan menyatakan kepada peneliti terkait Langkah guru dalam mengarahkan siswa untuk berfokus pada setiap kelompoknya masing-masing ini bermaksud supaya setiap anggota kelompok saling berdiskusi dan fokus pada materi yang dipelajari pada saat itu. Dengan adanya sikap fokus akan membentuk sebuah sikap dan mental pada siswa untuk disiplin, siap menerima pelajaran, siap mendengarkan arahan guru dan siap mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin. hal diperkuat dengan pernyataan bahwa Sikap non fisik yang disebut juga mentalitas merupakan gambaran keadaan kepribadian tersimpan seseorang yang sulit ditafsirkan dan dapat mengendalikan setiap tindakan yang tidak dapat dilihat oleh indra penglihatan.[16]
Selanjutnya informan menjelaskan kepada peneliti terkait langkah memberikan apresiasi bahwa guru memberikan apresiasi kepada siswa, disertai dengan mengucapkan nama siswa tersebut, sewaktu menjawab pertanyaan, baik dengan jawaban yang tepat maupun kurang tepat, akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Apresiasi merupakan penghargaan bagi siswa yang menunjukkan sikap bersemangat selama pembelajaran. Siswa akan merasa dihargai, lebih bersemangat dan lebih percaya diri, ketika guru menyebutkan nama siswa tersebut pada saat memberikan apresiasi.[17]
Efektifitas /Hasil belajar siswa
Teori-teori yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction yaitu teori kognitif menurut Vygotsky menurut teori Vygotsky, pengetahuan anak diperoleh melalui kegiatan interaksi sosial antara individu dengan individu atau kelompok dan dalam lingkungannya.[18]. Teori Vygotsky termasuk dalam salah satu karakteristik pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction yang menekankan perlunya interaksi terus-menerus. Antara siwa yang satu dengan siswa yang lain,siwa dengan pembimbing,sehingga setiap siswa mendapatkan manfaat yang positif dari interaksi tersebut. Dan Teori Jean Piaget, Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif, juga dikenal sebagai teori Piaget, menyatakan bahwa kecerdasan seorang anak berkembang seiring dengan pertumbuhannya. Perkembangan kognitif seorang anak tidak hanya mencakup mendapatkan informasi; mereka juga perlu mengembangkan atau membangun mental.[19]
Dari uraian di atas terlihat bahwa ada keterkaitan atara teori kognitif Vygotsky dan teori Peaget yaitu sama-sama menekannkan pada keaktifan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka. Menekankan proses pembelajaran yang terletak pada siswa,sedangkan guru sebagai pembimbing atau fasilitator. Dengan demikian maka terjadilah pembelajaran yang bisa menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa yang lain dan interaksi guru dengan siswanya. Keadaan ini sesuai dengan karakteristik pembelajar kooperatif tipe Team Accelerated Instruction yang diterapkan di MI Kholid bin walid kebakalan.
Hasil dihimpun dari informa menunjukkan bahwa di kelas IV memiliki siswa berjumlah 25 orang siswa. Dan di kelas tersebut informan menerapkan metode pembelajaran tipe Team Accelerated Instruction pada mata pelajaran matematika sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran sehingga penerapan tersebut mampu mengarahkan siswa untuk berhasil dalam tujuan pembelajaran matematika di kelas IV tersebut. Dari jumlah siswa 25 anak ini informan membentuk kelompok setiap kelompok beranggotakan 5 siswa yang heterogen, maka dengan demikian jumlah kelompok ada 5 yang setiap kelompok duduk secara melingkar dan saling berhadapan. Sedangkan informan menjadi fasilitator yang Menyusun Langkah-langkah dan memberikan bimbingan kepada seluruh kelompok. Informan memberikan tugas setiap kelompoknya mengerjakan materi bilangan cacah besar dan memberikan appresiasi kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Selama observasi peneliti melihat kegiatan belajar mengajar di kelas IV berjalan sangat baik karena informan menyampaikan materi dengan inovatif dan siswa pun terlihat sangat aktif sehingga terlihat interaksi antara informan dan para siswa. Pada hasil observasi selanjutnnya ialah menghimpun informasi terkait perubahan sebelum dan sesudah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe team accelerated instruction terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Menurut informan bahwa pembelajaran kooperatif Team AcceleratedI Instruction ini akan menjadi menarik apabila media pembelajaran dibuat dengan menyenangkan. Penerapan metode Team Accelerated Instruction di kelas IV melibatkan pembentukan kelompok heterogen dan tugas kelompok. Observasi menunjukkan bahwa metode ini meningkatkan interaksi siswa, motivasi, dan hasil belajar matematika. Sebelum penerapan model pembelajaran tipe Team Accelerated Instruction, terdapat 10 siswa dengan nilai KKM di bawah standar. Setelah penerapan Team Accelerated Instruction, semua siswa mencapai nilai KKM yang memadai, menunjukkan peningkatan signifikan dalam hasil belajar. Penerapan TAI berhasil mengubah perspektif siswa terhadap matematika dari yang sebelumnya dianggap menakutkan menjadi lebih menarik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa nilai KKM meningkat secara signifikan setelah penerapan metode ini. Ini menunjukkan bahwa Team Accelerated Instruction dapat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika.
Pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terutama dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan teori-teori kognitif, seperti yang dijelaskan oleh Vygotsky dan Piaget, metode Team Aaccelerated Instruction mendukung interaksi sosial dan pengembangan kognitif siswa melalui kolaborasi aktif dalam kelompok kecil. Penerapan metode ini di kelas IV MI Kholid bin Walid Kebakalan menunjukkan hasil yang positif. Secara khusus, penerapan metode Team Accelerated Instruction berhasil meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam matematika. Sebelum penerapan metode ini, terdapat 10 siswa yang nilai KKM-nya berada di bawah standar, menunjukkan kurangnya minat dan kesulitan dalam memahami materi matematika. Namun, setelah penerapan Team Accelerated Instruction, semua siswa mencapai nilai KKM standar pada tahun ajaran 2023, menunjukkan peningkatan signifikan dalam minat dan pemahaman mereka terhadap mata pelajaran tersebut.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa metode Team Accelerated Instruction, yang mengutamakan kerja sama kelompok dan peran aktif siswa, dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan efektif. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan mendukung proses pembelajaran, sehingga siswa merasa lebih termotivasi dan terlibat. Selain itu, peran orang tua sebagai pengasuh, pembimbing, motivator, dan fasilitator juga penting dalam mendukung proses belajar siswa. Namun, penelitian ini juga memiliki keterbatasan, seperti jumlah narasumber yang terbatas dan kurangnya data mendalam mengenai penerapan metode Team Accelerated Instruction. Oleh karena itu, studi lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi aspek-aspek lain dari metode ini dan memperluas jumlah informan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Secara keseluruhan, metode Team Accelerated Instruction terbukti menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam mata pelajaran matematika, serta mengubah pandangan siswa terhadap mata pelajaran tersebut menjadi lebih positif dan menyenangkan.
Simpulan
Seperti yang ditunjukkan oleh observasi yang dilakukan peneliti, suasana kelas yang interaktif, disiplin, dan antusiasme guru dan siswa sangat penting untuk keberhasilan metode ini. Guru tidak hanya membantu tetapi juga mendorong siswa dan memberikan kritik yang bermanfaat. Siswa dapat mengubah matematika dari mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan menjadi lebih menarik dan menyehatkan dengan menggunakan Team Accelerated Instruction, seperti dengan membentuk kelompok heterogen, memberikan tugas kelompok, dan memberikan penghargaan. Selain itu, terbukti bahwa metode pembelajaran kooperatif prmbelajaran kooperatif tipe Taem Accelerated Instruction meningkatkan hasil belajar siswa. Data menunjukkan bahwa, berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana beberapa siswa memiliki nilai KKM di bawah standar, semua siswa kelas IV mencapai nilai KKM yang memadai setelah penerapan teknik ini. Keberhasilan ini didukung oleh peran aktif guru dalam menciptakan pembelajaran yang sistematis dan menarik, serta dukungan orang tua dalam proses pembelajaran anak. Penelitian ini memberikan saran kepada para pendidik untuk mempertimbangkan dalam menggunakan metode pembelajaran kooperratif Team Accelerated Instruction guna menangani masalah minat dan prestasi siswa. Mereka juga mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa dengan mempertimbangkan rekomendasi ini.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada MI Kholid bin walid kebakalan porong yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di lingkungan sekolah sehingga penelitian ini bisa selesai dengan baik
References
- S. Afsari, I. Safitri, S. K. Harahap, and L. S. Munthe, “Systematic Literature Review: Efektivitas Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Pada Pembelajaran Matematika,” Indones. J. Intellect. Publ., vol. 1, no. 3, pp. 189–197, Jul. 2021, doi: 10.51577/ijipublication.v1i3.117.
- M. Suryani, L. H. Jufri, and T. A. Putri, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal Matematika,” Mosharafa J. Pendidik. Mat., vol. 9, no. 1, pp. 119–130, Feb. 2020, doi: 10.31980/mosharafa.v9i1.605.
- M. Hakiki and D. P. Cinta, “UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DI KELAS V SD NEGERI 60/II MUARA BUNGO KECAMATAN RIMBO TENGAH KABUPATEN BUNGO,” J. Inov. Pendidik. Dan Teknol. Inf. JIPTI, vol. 2, no. 1, pp. 18–24, Feb. 2021, doi: 10.52060/pti.v1i2.632.
- W. Angrawati and M. D. Al Hamdani, “Penggunaan Metode Pembelajaran Inside-Outside Circle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Cintanagara, Jatinagara, Kabupaten Ciamis),” J. Penelit. Pendidik. Islam, vol. 6, no. 2, p. 255, Nov. 2018, doi: 10.36667/jppi.v6i2.302.
- Z. Anwar, “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR,” J. Penelit. ILMU Pendidik., vol. 5, 2021.
- I. D. Novelza, N. M. Sari, and A. Putra, “Tren Penelitian Pendidikan Matematika di Jurnal Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Tahun 2021-2022,” MATHEdunesa, vol. 12, no. 2, pp. 624–634, Jul. 2023, doi: 10.26740/mathedunesa.v12n2.p624-634.
- M. Y. Kua, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASISSTED INDIVIDUALIZATION DENGAN REAL WORLD PROBLEM,” J. Educ. Technol., vol. 2, no. 4, p. 169, Aug. 2019, doi: 10.23887/jet.v2i4.16545.
- I. W. Mertayasa, “Aplikasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika,” vol. 5, no. 3, 2021.
- H. Nurhuda, “MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN NASIONAL; FAKTOR- FAKTOR DAN SOLUSI YANG DITAWARKAN,” 2022.
- M. G. Isnawan and A. B. Wicaksono, “Model Desain Pembelajaran Matematika,” Indones. J. Math. Educ., vol. 1, no. 1, p. 47, Oct. 2018, doi: 10.31002/ijome.v1i1.935.
- M. Achdiyat and F. Andriyani, “Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Model Pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI),” Form. J. Ilm. Pendidik. MIPA, vol. 6, no. 3, 2018, doi: 10.30998/formatif.v6i3.996.
- F. Rahmawati, “Kecenderungan Pergeseran Pendidikan Agama Islam di Indonesia Pada Era Disrupsi,” TADRIS J. Pendidik. Islam, vol. 13, no. 2, Dec. 2018, doi: 10.19105/tjpi.v13i2.1752.
- Mutia, “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA.” 2019.
- J. Ismail, “Integrasi Permainan Tebak Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SD Negeri 1 Sofifi,” Apr. 2023, doi: 10.5281/ZENODO.7791069.
- Sugiono, METODE PENELITIAN KUANTITATIF KUALITATIR DAN R&D. Bandung: ALFABETA, 2018.
- F. F. Yulia, S. Suarman, and F. A. Sari, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Koto VII Sijunjung,” JIIP - J. Ilm. Ilmu Pendidik., vol. 7, no. 2, pp. 1528–1537, Feb. 2024, doi: 10.54371/jiip.v7i2.3902.
- W. Cendana and E. Siswanto, “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Melalui Pemberian Apresiasi Secara Sinkronus,” Cendekiawan, vol. 4, no. 1, pp. 43–49, Jun. 2022, doi: 10.35438/cendekiawan.v4i1.252.
- F. Fitriani and M. Maemonah, “PERKEMBANGAN TEORI VYGOTSKY DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MIS RAJADESA CIAMIS,” Prim. J. Pendidik. Guru Sekol. Dasar, vol. 11, no. 1, pp. 35–35, Feb. 2022, doi: 10.33578/jpfkip.v11i1.8398.
- S. Sudianto and S. Ismayanti, “Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam Pembelajaran Matematika,” Polinomial J. Pendidik. Mat., vol. 2, no. 2, pp. 55–61, Nov. 2023, doi: 10.56916/jp.v2i2.709.