Abstract

Background: Qualitative research focuses on naturalistic and phenomenological observations to explore complex issues. Specific Background: This study investigates the leadership development of high school students in the Basic Leadership Training (LDKS) program through direct observation. Knowledge Gap: Previous studies lack in-depth analysis of LDKS's specific processes and effectiveness in shaping students' leadership character. Aims: The research aims to uncover the effectiveness of LDKS by observing participant activities and interactions. Results: Findings indicate that LDKS enhances key leadership qualities such as communication, teamwork, decision-making, and responsibility through structured activities and peer learning. Novelty: This study employs thematic analysis of observational data to reveal nuances in leadership character formation within education. Implications: Results suggest LDKS effectively cultivates leadership skills, providing insights for educators and policymakers focused on character development in educational settings.

Highlights :

 

  • Direct Observation: Employs direct observation to capture real-time interactions and activities during LDKS.
  • Key Qualities: Focuses on developing essential leadership qualities such as communication and teamwork.
  • Educational Impact: Provides insights for educators on effective character development interventions.

Keywords: qualitative research, leadership development, Basic Leadership Training, student character formation, thematic analysis

 

Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan, karakter merujuk pada sekumpulan sifat, nilai, sikap, dan perilaku yang mencerminkan kepribadian seseorang, yang dipandang penting untuk dikembangkan agar siswa menjadi individu yang baik, bertanggung jawab, dan bermoral. Karakter dalam dunia Pendidikan meliputi aspek nilai moral, sikap dan perilaku, kemampuan berfikir kritis, dan kepedulian terhadap sosial [1].

Pendidikan adalah elemen krusial dalam pengelolaan sebuah negara dan merupakan faktor utama yang mendorong perubahan menuju kemajuan [2]. Pendidikan akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, beberapa elemen dalam kurikulum pendidikan perlu terus disesuaikan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Pendidikan adalah proses pembentukan karakter seseorang untuk menjadi pribadi yang baik dan mampu menjadi individu yang cerdas serta terampil dalam menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya [3]. Melalui pendidikan, dapat dihasilkan manusia yang memiliki nilai-nilai dan moral yang mampu melindungi mereka dari perilaku buruk. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya sebatas mentransfer pengetahuan, tetapi juga harus benar-benar mentransfer nilai-nilai moral dan kemanusiaan.

Pendidikan karakter untuk anak sekolah adalah proses pengajaran dan pengembangan nilai-nilai moral dan etika yang bertujuan untuk membentuk kepribadian anak secara menyeluruh[4]. Melalui pendidikan karakter, anak-anak diajarkan untuk memiliki sifat-sifat positif seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat, kerja sama, dan kepedulian terhadap sesama. Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan kepribadian yang seimbang, sehingga mereka tidak hanya memiliki pengetahuan akademis, tetapi juga memiliki landasan moral yang kuat dan kemampuan untuk hidup bermasyarakat dengan baik [5]. Pendidikan karakter sering dianggap sebagai bagian integral dari pembentukan pribadi yang utuh dan sebagai upaya untuk membentuk generasi yang memiliki etika dan moral yang baik [6].

Berbagai kegiatan dalam pendidikan tidak hanya memerlukan pemahaman akademis, tetapi juga harus diiringi dengan pendidikan karakter dan pengembangan jiwa kepemimpinan. Khususnya bagi siswa sekolah, fase ini adalah masa yang kritis dalam pembentukan karakter dan keterampilan hidup mereka. Pada usia ini, siswa mulai mencari identitas diri dan peran mereka dalam komunitas [7]. Oleh karena itu, menanamkan jiwa kepemimpinan sejak dini sangat penting. Sayangnya, tidak semua sekolah dapat memfasilitasi peserta didiknya dalam memenuhi kompetensi dari segi pendidikan karakter dan jiwa kepemimpinan. Banyak sekolah yang fokus pada pencapaian akademis dan kurang memberikan perhatian pada aspek kepemimpinan.

Masalah kepemimpinan adalah isu utama dalam kehidupan sehari-hari, karena itulah kepemimpinan selalu dibutuhkan. Untuk mencapai tujuan yang sukses dan sebuah organisasi, diperlukan seorang pemimpin. Kepemimpinan adalah kekuatan yang penuh aspirasi, semangat, dan moral kreatif yang dapat mempengaruhi anggota untuk mengubah sikap mereka agar sesuai dengan keinginan pemimpin [8]. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh terhadap organisasi atau lembaga yang dipimpinnya, baik pengaruh positif maupun negatif terhadap organisasi tersebut. Kepemimpinan merupakan kekuatan esensial dalam pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi [9]. Keberhasilan atau kegagalan lembaga tersebut sangat bergantung pada kemampuan seorang pemimpin untuk bertindak secara efektif. Inti dari kepemimpinan terletak pada kepengikutan, yaitu kemauan orang lain untuk mengikuti arahan dan visi sang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin berperan sebagai faktor penentu yang signifikan dalam menentukan arah dan kesuksesan sebuah organisasi dan usaha.

Dalam Islam, istilah karakter dikenal dengan sebutan akhlak. Hadis Nabi Muhammad SAW yang terkenal menyatakan, "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." Akhlak, etika, perilaku, dan budi pekerti adalah wujud nyata dari penerapan nilai-nilai agama Islam. Sebagai bagian dari transformasi nilai-nilai moral, pentingnya karakter dalam pengembangan sumber daya manusia harus diterapkan dengan tepat. Oleh karena itu, dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin global, penyusunan dan penerapan karakter menjadi kebutuhan mendesak dalam dunia pendidikan [10]. Kepemimpinan dalam Islam adalah tentang melayani, adil, dan bertanggung jawab, dengan tujuan akhir untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai Islam yang mulia [11].

Perlunya, kepemimpinan yang baik tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, tetapi juga mendorong pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Dalam Islam, kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai tingkat, mulai dari pemimpin negara seperti presiden hingga kepemimpinan pribadi. Kepemimpinan membutuhkan keterampilan individu yang khusus dan tidak dapat dilakukan sembarangan. Kepemimpinan merupakan tanggung jawab besar di hadapan Allah, yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari [12]. Kepemimpinan tidak muncul dengan sendirinya, perlu dikembangkan sejak dini, terutama pada masa remaja saat anak mulai bersekolah. Sekolah adalah tempat di mana pengetahuan, fisik, dan aspek psikologis anak tumbuh dan berkembang [13]. Oleh karena itu, kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dirasa sangat diperlukan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai jiwa kepemimpinan dan komponen-komponen yang menunjangnya kepada peserta didik [14]. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui penyampaian teori sekaligus simulasi praktikal oleh tenaga profesional. Dengan LDKS, siswa dapat belajar dan mempraktikkan keterampilan kepemimpinan dalam situasi yang aman dan terstruktur.

Kegiatan LDKS memberikan pengalaman bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, mengambil keputusan, dan mengatasi konflik. Ini adalah keterampilan yang sangat penting tidak hanya untuk kesuksesan akademis tetapi juga untuk kehidupan pribadi dan profesional mereka di masa depan. Menanamkan jiwa kepemimpinan pada siswa sekolah akan membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif dan bertanggung jawab. Mereka akan lebih siap menghadapi tantangan di sekolah, dalam komunitas, dan di masa depan.

Jiwa kepemimpinan dalam latihan dasar kepemimpinan siswa telah menjadi fokus penting dalam pengembangan karakter siswa [15]. Penelitian sebelumnya menunjukkan perlunya implementasi jiwa kepemimpinan dan pendidikan karakter dalam kegiatan latihan dasar kepemimpinan siswa. Dengan proses tertentu, penelitian tersebut berhasil meningkatkan kesadaran pihak sekolah dan siswa akan pentingnya peran kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari, terutama peran dalam organisasi. Penelitian ini menegaskan bahwa kesadaran terhadap kepemimpinan tidak hanya berdampak pada siswa secara individu, tetapi juga memberikan dampak positif pada lingkungan sekolah secara keseluruhan.

Selain itu, penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa latihan dasar kepemimpinan mampu menciptakan kader-kader pemimpin yang berkualitas dan bertanggung jawab. Program ini tidak hanya membentuk generasi penerus yang bermartabat dan berkarakter, tetapi juga menghasilkan pemimpin-pemimpin unggul [16]. Kepemimpinan siswa dapat tumbuh dan terbentuk melalui proses yang panjang, di mana Organisasi Siswa Intra Sekolah menjadi salah satu sarana efektif untuk melatih, membina, dan membentuk karakter siswa sebagai calon pemimpin [17]. Namun, masih terdapat kekurangan dalam kesadaran siswa mengenai peran dan jiwa kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami bagaimana kepemimpinan dapat mempengaruhi kegiatan mereka baik dalam konteks akademis maupun non-akademis.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait apa saja yang dilakukan secara teoritis maupun praktis dalam latihan dasar kepemimpinan siswa tentang jiwa kepemimpinan. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa tentang pentingnya kepemimpinan serta bagaimana mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Metode

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pengamatan naturalistik dan fenomenologis untuk mendalami masalah secara mendalam dan deskriptif. Penelitian kualitatif mengeksplorasi sifat-sifat kualitatif melalui metode seperti interaksi simbolik, etnografi, dan studi kasus [18]. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi langsung di mana peneliti mengamati secara langsung saat kegiatan berlangsung [19]. Objek penelitian ini secara umum adalah siswa yang menjadi peserta dalam kegiatan latihan dasar kepemimpinan siswa. Observasi dilakukan menggunakan indikator penilaian yang diambil datanya saat kegiatan berlangsung dengan detail sebagai berikut [20]:

No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan prilaku yang konsisten dalam mengikuti ajaran agama yang dianutnya, menghormati praktik ibadah agama lain, dan hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dengan damai.
2 Jujur Perilaku yang berupaya untuk selalu dapat dipercaya dalam ucapan, tindakan, dan perbuatan
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghormati perbedaan dalam agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan ketaatan dan keteraturan dalam mengikuti aturan dan peraturan yang berlaku
5 Kerja Keras Upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi berbagai tantangan dan menyelesaikannya dengan baik
6 Kreatif Berpikir dan bertindak dengan cara yang menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda dari yang sudah ada
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang menunjukkan ketidaktergantungan pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menghargai kesetaraan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain
9 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin membantu orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
10 Tanggungjawab Sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa
Table 1.Indikator Penilaian Observasi

Data dikumpulkan melalui teknik observasi langsung, dengan peneliti mengamati kegiatan LDKS untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai proses pembentukan karakter pemimpin di antara peserta didik. Observasi dilakukan secara menyeluruh untuk menangkap berbagai aspek dari simulasi dan pengajaran teori kepemimpinan, serta penerapannya dalam praktik selama kegiatan berlangsung. Data yang dikumpulkan akan dianalisis menggunakan metode analisis tematik. Setiap catatan observasi akan ditranskrip dan dikodekan untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul. Tema-tema ini akan mencakup aspek-aspek penting dari jiwa kepemimpinan yang diajarkan dan dipraktikkan dalam kegiatan LDKS, seperti keterampilan komunikasi, kerjasama tim, pengambilan keputusan, dan tanggung jawab.

Dengan pendekatan ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mendalam mengenai proses dan efektivitas kegiatan LDKS dalam membangun karakter pemimpin di kalangan siswa.

Hasil Dan Pembahasan

3.1 Hasil Penelitian3.1.1 Gambaran Umum Kegiatan LDKSLatihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) yang diamati dalam penelitian ini berlangsung selama dua hari di lingkungan luar sekolah, dengan melibatkan siswa kelas X SMA Al-Muslim Jawa Timur sebagai peserta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan siswa melalui berbagai sesi materi, simulasi, dan tantangan kelompok. Setiap hari, kegiatan dimulai dengan penyampaian teori kepemimpinan, diikuti dengan simulasi dan aktivitas praktis yang dirancang untuk menguji dan memperkuat keterampilan yang diajarkan.

Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil, dengan setiap kelompok dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih secara bergilir. Struktur kegiatan ini memberikan setiap siswa kesempatan untuk merasakan peran sebagai pemimpin, serta belajar dari pengalaman rekan-rekan mereka. Struktur kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa dituangkan dalam jadwal kegiatan, sebagai berikut:

Figure 1.Rundown LDKS

3.1.2 Observasi Pembentukan Karakter Pemimpina. Peran Ketua Kelompok dalam Simulasi Kepemimpinan

Selama kegiatan LDKS, peran ketua kelompok menjadi sorotan utama dalam pengamatan ini. Sebagai ketua, siswa bertanggung jawab untuk mengarahkan diskusi kelompok, membagi tugas kepada anggota, serta memastikan bahwa setiap anggota terlibat aktif dalam sesi materil dan simulasi. Misalnya, dalam sesi simulasi kepemimpinan, ketua kelompok harus memimpin tim dalam merancang dan melaksanakan strategi untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Pengamatan menunjukkan bahwa peran ini sangat efektif dalam membangun karakter kepemimpinan siswa. Beberapa siswa menunjukkan kemampuan mengambil keputusan yang baik, menjaga kohesi kelompok, dan memberikan contoh positif kepada anggota lainnya. Namun, ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam mengelola konflik internal kelompok, yang menunjukkan perlunya bimbingan lebih lanjut dalam aspek ini.

Figure 2.Kegiatan Simulasi Kepemimpinan

b. Keterampilan Komunikasi dan Public Speaking

Keterampilan komunikasi dan public speaking juga menjadi fokus dalam kegiatan LDKS. Siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan public speaking melalui presentasi kelompok dan simuasi debat. Siswa diberi kesempatan untuk berbicara di depan temannya secara bergiliran, setiap siswa yang maju ke depan diberikan tema yang berbeda untuk disampaikan saat berbicara di depan temannya.

Observasi menunjukkan peningkatan yang signifikan daam kepercayaan diri siswa ketika berbicara di depan umum. Misalnya, dalam simulasi debat, siswa dituntut untuk mengemukakan argumen mereka secara jelas dan persuasif di hadapan seluruh peserta. Latihan ini tidak hanya membantu dalam pengembangan keterampilan berbicara, tetapi juga dalam menyampaikan ide-ide dengan cara yang terstruktur dan efektif. Banyak siswa yang awalnya ragu untukl berbicara di depan umum menunjukkan kemajuan yang baik dalam mengatasi rasa takut dan mulai mampu berkomunikasi dengan lebih meyakinkan.

Figure 3.Kegiatan Simulasi Public Speaking

c. Kerja Sama Tim dalam Tantangan Kelompok

Tantangan kelompok dalam LDKS dirancang untuk menumbuhkan kerja sama tim dan membangun kepercayaan di antara anggota kelompok. Setiap tantangan membutuhkan kontribusi aktif dari setiap anggota untuk mencapai tujuan bersama, seperti dalam permainan outbond yang memerlukan strategi kolektif.

Pengamatan menunjukkan bahwa melalui tantangan ini, siswa belajar pentingnya kerja sama, saling mendukung, dan bagaimana mengatasi konflik yang muncu. Siswa yang awalnya kurang percaya diri dalam bekerja sama mulai menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya. Tantangan ini juga mengajarkan siswa untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan.

Figure 4.Kerjasama Kelompok

d. Evaluasi Pengambilan Keputusan

Dalam beberapa simulasi, siswa dihadapkan pada situasi yang menuntut pengambilan keputusan cepat dan tepat. Sebagai contoh, dalam simulasi krisis, ketua kelompok harus segera mengambi keputusan terbaik untuk menyelamatkan tim dari "ancaman" yangl diberikan oleh fasilitator.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang mampu menganalisis situasi dengan cepat dan memutuskan tindakan yang tepat menunjukkan potensi kepemimpinan yang kuat. Namun, ada juga yang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan di bawah tekanan, yang menunjukkan area yang perlu ditingkatkan. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab adalah salah satu aspek kunci dari kepemimpinan yang efektif.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Relevansi Hasil dengan Teori Kepemimpinan Islam

a. Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Kepemimpinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam seperti keadilan, amanah, dan keteladanan telah diaplikasikan secara signifikan dalam praktik kepemimpinan selama LDKS. Ketua kelompok yang adil dalam membagi tugas, jujur dalam berkomunikasi, dan konsisten dalam memberi contoh positif kepada anggota kelompoknya, menunjukkan bagaimana teori kepemimpinan Islam dapat diterapkan dalam kegiatan praktis. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal konsistensi penerapan nilai-nilai tersebut di semua situasi. Beberapa siswa masih memerlukan bimbingan lebih lanjut dalam mengatasi konflik tanpa melanggar prinsip keadilan dan amanah.

b. Tantangan dan Hambatan dalam Pengembangan Karakter Kepemimpinan

Meskipun kegiatan LDKS secara umum berhasil dalam membentuk karakter kepemimpinan, beberapa tantangan dan hambatan teridentifikasi, seperti kurangnya kesiapan siswa dalam menghadapi tekanan dan kesulitan dalam bekerja sama dengan anggota kelompok yang memiliki pandangan berbeda. Hambatan ini menunjukkan perlunya pengembangan program yang lebih mendalam, mungkin dengan lebih banyak sesi pelatihan yang fokus pada pengelolaan emosi dan keterampilan interpersona.

3.2.2 Efektivitas LDKS dalam Membangun Karakter Pemimpin

a. Dampak Jangka Pendek dan Panjang pada Peserta

Secara jangka pendek, hasil observasi menunjukkan peningkatan kepercayaan diri, keterampilan komunikasi, dan kemampuan kerja sama di kalangan peserta LDKS. Dalam jangka panjang, diharapkan keterampilan ini akan membantu siswa dalam menghadapi tantangan akademis dan peran mereka dalam organisasi sekolah, seperti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

b. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa LDKS efektif dalam membentuk kader-kader pemimpin yang berkualitas. Namun, penelitian ini juga menambahkan wawasan baru tentang pentingnya fokus pada pengembangan keterampilan interpersonal dan pengelolaan konflik sebagai bagian integral dari pelatihan kepemimpinan.

3.3 Implikasi Penelitian

3.3.1 Implikasi bagi Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum yang lebih menekankan pada pendidikan karakter dan kepemimpinan, terutama yang berbasis pada nilai-nilai Islam, sangat diperlukan. Kurikulum ini harus mencakup lebih banyak program yang memungkinkan siswa untuk mempraktikkan kepemimpinan dalam konteks yang aman dan terstruktur.

3.3.2 Implikasi bagi Pihak Sekolah dan Pengajar

Sekolah dan pengajar perlu memberikan lebih banyak perhatian pada pelatihan kepemimpinan yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada penerapan praktis di lapangan. Pengajar juga perlu dibekali dengan keterampilan untuk membimbing siswa dalam mengatasi tantangan yang mereka hadapi selama kegiatan kepemimpinan.

3.3.3 Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini menyarankan agar penelitian lanjutan dilakukan dengan fokus pada pengembangan metode yang lebih efektif untuk mengatasi hambatan yang dihadapi siswa dalam menerapkan nilai-nilai kepemimpinan. Selain itu, penting juga untuk mengeksplorasi bagaimana dampak jangka panjang dari program seperti LDKS terhadap kesuksesan akademik dan profesional siswa.

Simpulan

Penelitian ini menyoroti peran penting Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dalam membentuk karakter pemimpin Islam pada peserta didik. Melalui berbagai simulasi dan tantangan, kegiatan ini terbukti efektif dalam mengembangkan nilai-nilai kepemimpinan seperti keadilan, amanah, dan keteladanan. Peran ketua kelompok yang dijalankan oleh siswa dalam LDKS memberikan mereka kesempatan untuk merasakan tanggung jawab nyata sebagai pemimpin, yang pada gilirannya membantu mereka menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam situasi praktis. Selain itu, peningkatan keterampilan komunikasi dan public speaking juga menjadi salah satu hasil positif dari LDKS, di mana siswa menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menyampaikan ide secara jelas dan persuasif

LDKS juga berhasil memperkuat kerja sama tim dan kemampuan pengambilan keputusan peserta didik. Tantangan yang dihadapi selama kegiatan ini memungkinkan siswa untuk belajar bekerja sama dengan orang lain, mengatasi konflik, dan membuat keputusan yang bijaksana dalam situasi yang menuntut. Implementasi nilai-nilai kepemimpinan Islam dalam kegiatan ini juga menunjukkan relevansi yang kuat, meskipun ada beberapa tantangan dalam konsistensi penerapannya di berbagai situasi.

Dari perspektif pendidikan, penelitian ini menegaskan pentingnya memasukkan pendidikan karakter dan kepemimpinan ke dalam kurikulum secara lebih mendalam. LDKS memberikan pengalaman praktis yang sangat berharga bagi siswa, yang tidak hanya mengajarkan teori kepemimpinan tetapi juga membentuk mereka menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan berkarakter. Oleh karena itu, kegiatan seperti LDKS diharapkan dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk menghasilkan generasi pemimpin masa depan yang kompeten dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

References

  1. A. Al-Huda and M. Anwar, “Penguatan Pendidikan Karakter Religius Sebagai Upaya Mengatasi Bullying di MTs Al Amin Mojokerto,” *Jurnal*, vol. 16, no. 1, 2024, doi: 10.35457/konstruk.v16i1.3404.
  2. A. Fahmi, M. Aryani, and A. Muslim, “Basic Training Leadership Management for Student,” vol. 1, no. 1, 2021.
  3. D. Fitria et al., “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa Di SMP Negeri 1 Kayutanam,” *Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Teknologi Informasi*, vol. 3, no. 2, 2022. [Online]. Available: http://ejournal.stkip-mmb.ac.id/index.php/JIPTI.
  4. D. Irawan, “Ragam Upaya Menyiapkan Generasi Emas Indonesia,” *Jurnal Civic Hukum*, vol. 7, pp. 183–192, Nov. 2022.
  5. A. Syafitri Ardeliyani, A. Dery, and R. E. S., “Cendikia Pendidikan,” *Cendekia Pendidikan*, vol. 1, no. 1, pp. 1–13, 2023. [Online]. Available: https://ejournal.warunayama.org/index.php/sindorocendikiapendidikan/article/view/769.
  6. M. J. Ahmad, H. Adrian, and M. Arif, “Jurnal Pendais Volume 3 No. 1 Juni 2021,” *Jurnal Pendais*, vol. 3, no. 1, pp. 1–24, 2021.
  7. M. R. Syahputra, A. Saputra, and J. Thahir, “Latihan Dasar Kepemimpinan Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP Negeri Kabupaten Deli Serdang,” *Jurnal Ilmu Pendidikan*, vol. 2, no. 1, pp. 3021–8632, 2023, doi: 10.47766/ibrah.v2i1.908.
  8. G. Ester et al., “Latihan Dasar Kepemimpinan Dalam Membentuk Jiwa Kepemimpinan Pengurus OSIS SMA Negeri 7 Manado,” unpublished.
  9. O. Hendra et al., “Pengembangan Kemampuan Leadership bagi Anggota,” *Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat*, vol. 3, no. 2, 2024, doi: 10.32877/nr.v3i2.
  10. U. Kulsum and A. Muhid, “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Digital,” *Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman*, vol. 12, no. 2, pp. 157–170, 2022, doi: 10.33367/ji.v12i2.2287.
  11. M. Ria, S. Mashuri, and A. Pettalongi, “Analisis Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Pola Kepemimpinan Santri Di Pondok Pesantren Putri Alkhairaat Madinatul Ilmi Dolo Kabupaten Sigi,” *Jurnal Integrasi Manajemen Pendidikan (JIMPE)*, unpublished.
  12. K. S. Pendidikan, A. F. Azzahra, M. H. Fauzan, and N. Lisnaini, “Peran Kepemimpinan Secara Islam Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan,” *Jurnal Komunikasi Dan Media Pendidikan*, vol. 1, no. 2, 2023. [Online]. Available: https://journals.ldpb.org/index.php/cognoscere.
  13. B. Effendi, M. Fathrezza Imani, and I. Pekalongan, “Latihan Dasar Kepemimpinan Untuk Penguatan Jiwa Kepemimpinan Pada Ikatan Pelajar Muhammadiyah,” unpublished.
  14. I. Mardianah, N. N. Liani, F. Karomah, and M. F. Haq, “Pelatihan Program LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) Sebagai Pembentukan Karakter Kepemimpinan Siswa Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Bahrul Ulum Tajinan Kabupaten Malang,” *Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat*, vol. 1, no. 2, 2023.
  15. N. Putu Nidya Candra and I. Chairun Nissa, “Pelatihan Dasar Kepemimpinan Bagi Siswa SMK,” *Indonesian Journal of Community Service*, vol. 1, 2021.
  16. R. Laghung, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,” *Cendekia: Jurnal Ilmu Pengetahuan*, vol. 3, no. 1, pp. 1–9, 2023, doi: 10.51878/cendekia.v3i1.1950.
  17. S. Sarwahita et al., “Persepsi Siswa Tentang Pembentukan Karakter Disiplin Melalui Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (Studi Lapangan Siswa Kelas VII di MTsN 2 Kota Surabaya),” *Cendikia Pendidikan*, vol. 1, no. 9, pp. 1–10, unpublished.
  18. U. Nurul, *Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya*, 3rd ed. Malang, Indonesia: Media Nusa Creative, 2015, pp. 19-20.
  19. P. D. Sugiono, *Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D*, 2014, pp. 12.
  20. M. Sutijan, H. Makhfud, L. C. Lestari, “Pengembangan Instrumen Penilaian Pendidikan Karakter Terpadu,” *Jurnal Pendidikan Karakter*, vol. 18, no. 2, 2015.