Abstract

Abstract: The 4.0 industrial revolution compels educational institutions, including Islamic boarding schools, to adopt advanced digital library services for enhanced literacy. General Background: Many libraries, such as that of Al Fattah Islamic Boarding School in Sidoarjo, still depend on physical books and lack accreditation, resulting in outdated collections. Specific Background: There is a significant gap in structured digital library frameworks that provide extensive access to both general and Islamic literature. Aims: This study aims to develop a school development plan for a Bookless Library that enhances digital literacy. Results: Employing a Research and Development (R&D) approach, the study outlines a five-year strategic plan for implementing a digital library, utilizing QR codes for quick access to resources. Novelty: It proposes a global access model for the Bookless Library, allowing users beyond the server's immediate area to engage with digital resources. Implications: The expected outcome is a dynamic learning environment that promotes literacy and positions Al Fattah Islamic Boarding School competitively in a technology-driven educational landscape.

Highlights:

  • Technological Adaptation: The implementation of digital libraries addresses the evolving needs of students in the 4.0 industrial revolution.
  • Resource Accessibility: QR codes facilitate instant access to a vast array of digital resources, enhancing learning opportunities.
  • Global Reach: The proposed Bookless Library model allows users beyond local boundaries to engage with diverse literature.

Keywords: Digital Library, Bookless Library, Islamic Boarding School, Literacy Enhancement, Research and Development

Pendahuluan

Perkembangan teknologi dan informasi seiring berjalannya waktu kini telah memasuki babak baru. Jika sebelumnya kita dikenalkan dengan era millenial, kini masyarakat telah memasuki era 4.0 revolusi industri di mana teknologi otomasi sangat berperan penting di lingkup industri [1]. Tidak berhenti sampai disitu, wacana era baru pun sudah mulai terdengar yaitu era 5.0 Society, di mana sistem sosial masyarakat saling berintegrasi antara ruang fisik dan siber. Dalam hal ini, tentunya media sosial memegang peranan yang sangat penting. Lebih lanjut, masyaratak kini juga mulai diramaikan dengan hadirnya teknologi AI (Artificial Intelligent) yang semakin berkembang dan merambah ke segala aspek kehidupan, baik itu aspek sosial, budaya, bisnis, perdagangan, bahkan pendidikan. Hadirnya AI diprediksi akan mampu menggantikan sebagian besar aktifitas manusia. Namun di sisi lain, perkembangan teknologi AI ini juga diharapkan mampu membawa sinyal positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi AI yang tepat akan mampu mendorong proses kegiatan pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien [2].

Selaras dengan hal tersebut, revolusi kurikulum pendidikan di Indonesia pun semakin mengalami perkembangan dari waktu ke waktu menyesuaikan peradaban dan perkembangan zaman, mulai dari kurikulum yang menitikberatkan pada kerjasama, kompetensi, hingga kurikulum yang berfokus pada pendidikan karakter, bahkan kurikulum terbaru yang diterapkan di Indonesia saat ini, yaitu Kurikulum Merdeka [3]. Semua itu dilakukan agar mutu pendidikan di Indonesia terus meningkat sehingga mampu mewujudkan lulusan yang berintegrasi dan berdaya saing.

Dengan berkembangnya berbagai kebaharuan tersebut, memunculkan tantangan baru bagi seluruh lembaga pendidikan baik Sekolah, Universitas, bahkan Pondok Pesantren atau Lembaga Pendidikan berbasis “Boarding school” lainnya agar tidak tertinggal dengan pesatnya peradaban [4]. Pesantren atau boarding school merupakan Lembaga Pendidikan yang tidak dapat dipandang sebelah mata walaupun sering menjadi pilihan kedua setelah sekolah umum. Hal tersebut didasari dari peran pesantren sendiri yang tidak hanya dituntut mampu mencetak santri menjadi kader agama yang memiliki kemampuan intelektual, namun juga sosial, dan spiritual [5], terlebih lagi mengingat bahwa peserta didik saat ini sudah banyak yang berasal dari generasi Z dan Alpha yang sangat butuh akan pendidikan karakter dan digitalisasi kegiatan pendidikan [6].

Bagi anak di usia tersebut, lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap proses pendidikannya. Lingkungan yang representatif akan membantu mereka dalam proses kematangan diri. Tentunya lingkungan sekolah menjadi salah satu unsur penting yang berpengaruh. Sekolah Diharapkan mampu mewujudkan iklim pertemanan yang sehat, pembelajaran yang berkemajuan, fasilitas yang mendukung, serta integrasi teknologi di setiap unsur. Konsep tersebut dapat diartikan sebagai Smart School atau Smart Pesantren, yaitu sebuah iklim pendidikan yang didasarkan pada integrasi antara sekolah dan teknologi [7].

Untuk dapat mewujudkan konsep Smart Pesantren bagi Lembaga Pendidikan dengan konsep Boarding School salah satunya ialah dengan melakukan upgrade perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu sarana sekolah yang paling penting untuk menunjang pembelajaran peserta didik, terutama bagi sekolah yang menerapkan sistem Boarding School di mana peserta didik banyak menghabiskan waktunya di lingkungan pesantren. Tentunya perpustakaan menjadi tempat terbaik untuk menggali informasi di luar ruang kelas, bahkan ada kata mutiara yang menyatakan “Untuk melihat kualitas sebuah sekolah, lihatlah perpustakaannya”.

Dalam konsep Smart Pesantren, perpustakaan tidak hanya terbatas pada tempat dan buku fisik, namun bisa dikembangkan lebih lanjut lagi dengan membangun suatu Digital Library yang dapat menyediakan buku-buku digital bagi para peserta didik [8]. Lebih lanjut, perpustakaan juga bisa dikembangkan menjadi Bookless Library, di mana seseorang tidak membutuhkan buku fisik untuk bisa membaca, melainkan dengan sistem digitalisasi menggunakan gadget. Metode tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti membuat Sistem Informasi perpustakaan digital berbasis website [9], atau dengan menggunakan metode QR-Code.

QR-Code merupakan salah satu metode pembacaan data secara instan yang mampu memberikan akses cepat terhadap suatu informasi yang dikodekan. Metode ini sangat cocok digunakan untuk mendukung proses scanning device ke portal buku digital. Cara ini juga terbilang efektif untuk membantu peserta didik dalam mengakses berbagai media belajar di internet [10].

Penarapan konsep Bookless Library ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik dalam menggali sumber ilmu, namun juga bisa dimanfaatkan bagi guru dan civitas pesantren dalam mencari referensi secara lebih cepat dan efisien. Berangkat dari hal tersebut, Rencana Pengembangan Sekolah ini disusun agar bisa diimplementasikan di Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo.

Metode

Penelitian ini termasuk jenis penelitian Research and Development (R&D), yaitu metode untuk menciptakan produk baru atau mengembangkan dan menyempurnakan produk yang sudah ada[11]. Adapun produk yang akan dihasilkan nantinya ialah berupa Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Hasil dan Pembahasan

A. Analisis Kondisi Pendidikan Saat Ini

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, terdapat 5 indikator bagi sebuah perpustakaan untuk dapat dikatakan memenuhi standar yaitu, memiliki struktur kelembagaan yang kuat, memiliki desain ruang yang menarik, menyediakan koleksi sumber literasi yang variative sesuai keinginan pembaca, peningkatan kualitas dan kuantitas pustakawan, dan memiliki pelayanan yang berkualitas [12].

Perpustakaan di Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo walaupun sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu, namun hingga saat ini masih belum terakreditasi. Seluruh buku yang ada di perpustakaan Pesantren Al Fattah Sidoarjo masih berupa buku cetak/fisik dan banyak yang dalam kondisi kurang layak. Sebagian buku juga perlu diarsip atau dikompilasi ulang karena sudah terlalu lama dan ketinggalan zaman.

Di sisi lain, saat ini sudah banyak beredar buku-buku elektronik di dunia maya yang dapat diakses secara gratis oleh setiap orang, hanya saja perlu adanya pengkompilasian dan pengkategorian secara terstruktur agar para pembaca lebih mudah untuk mencari buku yang diinginkan.

Pondok Pesantren Al Fattah memiliki ruang perpustakaan yang cukup baik, namun untuk koleksi buku masih sangat minim dan kurang bervariasi, sehingga para santri sering mengeluh dan meminta untuk penambahan buku baru. Begitupun dalam segi pengelolaan perpustakaan, masih banyak kerepotan yang dihadapi seperti perawatan dan peremajaan buku secara berkala, mempersiapkan tenaga pustakawan yang kompeten, dan masalah-masalah lain.

Dari kondisi yang telah dipaparkan tersebut, sangat dibutuhkan Solusi berupa adanya perpustakaan digital pesantren. Perpustakaan digital akan mampu menambah nilai futuristik dan fungsional yang lebih baik dari perpustakaan biasa. Perpustakaan digital juga mampu menampung seberapapun banyaknya koleksi buku yang diinginkan, sehingga akan memperbaiki kualitas sumber bacaan dan juga pustakawan yang ditugaskan.

Perpustakaan digital yang dibutuhkan ialah yang mempu memberikan fitur kemudahan, fleksibilitas, efektifitas, efisien, up-to-date, akses yang cepat, serta mampu menampung sumber literasi yang tak terbatas sehingga terwujud iklim belajar Smart Pesantren yang diharapkan.

B. Tantangan Kondisi Pendidikan Masa Datang

Untuk mewujudkan suatu perpustakaan yang representatif, sangat perlu untuk dilakukan akreditasi perpustakaan di Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo. Dengan demikian, legalitas dan kredibilitas perpustakaan akan semakin baik.

Jika ditinjau Secara fisik, pengembangan ruang perpustakaan tidak akan pernah cukup untuk mengimbangi tuntutan jumlah dan jenis buku yang terbit secara berkelanjutan hingga masa mendatang. Sementara itu, jumlah buku elektronik pun semakin hari semakin banyak, sehingga sangat dibutuhkan adanya perpustakaan digital.

Ditambah lagi dengan hadirnya para santri/peserta didik saat ini sebagai generasi Z dan Alpha yang lebih menyukai kepraktisan dan keefisienan dalam berbagai hal, termasuk dalam segi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pesantren dituntut mampu bersaing di bidang manajemen perpustakaan digital yang canggih dan mampu memberikan efisiensi, fleksibelitas, serta koleksi buku yang sangat banyak kepada para pembaca, sehingga pesantren tidak tertinggal dari lembaga lain dalam hal teknologi.

Pada penelitian terdahulu sudah ada yang mengembangkan Bookless Library, namun hanya terbatas untuk akses di lingkungan sekitar posisi server saja [13], sehingga para pembaca yang berada di tempat jauh tidak bisa menikmati layanan tersebut. Rencana Pengembangan Sekolah ini akan menerapkan konsep Bookless Library yang lebih luas, tidak hanya dapat diakses oleh pengguna di sekitar area server, namun juga bisa diakses oleh seluruh user secara global[14]. Koleksi buku yang disediakan akan diperbarui secara berkala, tidak hanya buku yang bersifat umum, namun juga buku-buku Islami yang jarang dijumpai, serta buku hasil karya santri dan guru, sehingga akan semakin meningkatkan minat baca warga pesantren[15].

C. Visi Perpustakaan

Dari hasil kajian dan analisis data, maka dirumuskan visi perpustakaan ialah “Terwujudnya Perpustakaan Digital Bagi Pesantren Yang Menyediakan Sumber Literasi Tanpa Batas”. Adapun indikatornya ialah terwujudnya perpustakaan yang senantiasa up-to-date terhadap setiap kemajuan zaman, terwujudnya perpustakaan yang terdigitalisasi dan dapat diakses kapanpun dan di manapun secara cepat, efektif, dan efisien, serta terwujudnya perpustakaan yang memiliki sumber referensi lengkap dan mampu memenuhi kebutuhan warga pesantren.

D. Misi Perpustakaan

Untuk dapat mencapai visi yang diharapkan, perpustakaan memiliki misi untuk mewujudkan perpustakaan yang up-to-date, bermutu, dan berkemajuan, memiliki koleksi buku dan sumber referensi tak terbatas, menyediakan layanan informasi yang dapat diakses kapanpun dan di manapun, menyediakan jaminan keamana bagi data-data sensitif yang menyangkut privasi, serta menyediakan media bagi peserta didik dan guru untuk ikut berkontribusi dan berkarya sebanyak-banyaknya.

E. Strategi Pelaksanaan

Untuk dapat mewujudkan Rencana Pengembangan Sekolah seperti yang dimaksud, yaitu untuk mewujudkan perpustakaan pesantren digital berbasis Bookless Library, maka diperlukan strategi pelaksanaan yang dibagi menjadi 5 tahap timeline sebagai berikut.

Kegiatan Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5
Menyiapkan infrastruktur
Menyiapkan database buku digital
Menyediakan media untuk scan QR-Code
Sosialisasi pemanfaatan Bookless Library
Table 1.Tabel Strategi Pelaksanaan

Figure 1.Roadmap Strategi Pelaksanaan

Simpulan

Dari Rencana Pengembangan Sekolah yang telah dijabarkan, diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi lembaga menuju konsep Smart Pesantren dan dengan terwujudnya Bookless Library, diharapkan akan semakin menambah semangat literasi bagi seluruh warga pesantren, serta mampu mewujudkan iklim belajar yang lebih efektif dan efisien.

References

  1. M. I. Kahar, H. Cika, Nur Afni, and N. E. Wahyuningsih, “Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0 Di Masa Pandemi Covid 19,” Moderasi J. Stud. Ilmu Pengetahuan Sosial, vol. 2, no. 1, pp. 58–78, Sep. 2021, doi: 10.24239/moderasi.vol2.iss1.40.
  2. C. Halim and H. Prasetyo, “Penerapan Artificial Intelligence dalam Computer Aided Instruction (CAI),” J. Sistem Cerdas, vol. 1, no. 1, pp. 50–57, Jul. 2018, doi: 10.37396/jsc.v1i1.6.
  3. M. Cholilah, A. G. P. Tatuwo, Komariah, and S. P. Rosdiana, “Pengembangan Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Serta Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Abad 21,” Sanskara Pendidik. dan Pengajaran, vol. 1, no. 2, pp. 56–67, May 2023, doi: 10.58812/spp.v1i02.110.
  4. M. A. Haris, “Urgensi Digitalisasi Pendidikan Pesantren di Era Society 5.0 (Peluang dan Tantangannya di Pondok Pesantren Al-Amin Indramayu),” Islam. Manag. J. Manaj. Pendidik. Islam, vol. 6, no. 1, pp. 49–64, Jan. 2023, doi: 10.30868/im.v4i02.3616.
  5. S. Assa’idi, “The Growth of Pesantren in Indonesia as the Islamic Venue and Social Class Status of Santri,” Eurasian J. Educ. Res., vol. 2021, no. 93, pp. 425–440, 2021, doi: 10.14689/EJER.2021.93.21.
  6. E. B. Anindia, M. Asbari, and R. Akmal, “Literasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Solusi e-Book terhadap Pembentukan Moralitas Generasi Z?,” Literasi J. Manaj. Pendidik., vol. 1, no. 1, pp. 152–156, Jun. 2023, doi: 10.1111/LITERAKSI.V1I01.142.
  7. E. S. Soegoto, I. P. Yunus, and T. Valentina, “Smart School for Senior High School,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 407, no. 1, p. 012003, Aug. 2018, doi: 10.1088/1757-899X/407/1/012003.
  8. B. Pratala, “Peningkatan Layanan Perpustakaan IPDN Kampus Jakarta Melalui Sistem Perpustakaan Digital,” Cendekia J. Ilmu Pengetahuan, vol. 2, no. 1, pp. 1–7, Jan. 2022, doi: 10.51878/cendekia.v2i1.831.
  9. I. Ispandi, “Membangun Teknologi Informasi Perpustakaan Digital Berbasis Web,” J. Pendidik. Teknol. dan Kejuruan, vol. 16, no. 2, p. 225, 2019, doi: 10.23887/jptk-undiksha.v16i2.18476.
  10. Z. Deineko, N. Kraievska, and V. Lyashenko, “QR Code as an Element of Educational Activity,” International Journal of Academic Information Systems Research, vol. 6, no. 4, pp. 26–31, 2022.
  11. J. Okpatrioka, “Research and Development (R&D) Penelitian Yang Inovatif Dalam Pendidikan,” J. Pendidikan, Bahasa dan Budaya, vol. 1, no. 1, pp. 86–100, 2023.
  12. Menteri Pendidikan Nasional, “Undang-Undang No 43 Tahun 2007,” Indonesia, 2007. [Online]. Available: https://jdih.perpusnas.go.id/file_peraturan/UU_No._43_Tahun_2007_tentang_Perpustakaan_.pdf.
  13. M. R. M. Dr. Maslamah and M. Anwarudin, “Literasi Digital Pada Masyarakat,” Sulur, 2018. [Online]. Available: www.sulur.co.id.
  14. D. Ismunandar and A. Fachrurozi, “Rancang Bangun Perpustakaan Kelurahan Online Berbasis Website,” Indonesian J. Network Security, vol. 12, no. 1, Aug. 2023, doi: 10.55181/IJNS.V12I1.1823.
  15. F. I. Qulloh, “Pengembangan Literasi Dalam Peningkatan Minat Baca Santri Pada Perpustakaan Mini Pesantren Pelajar Al-Fath Rejomulyo Kediri,” J. Pengabdian Kepada Masyarakat Nusantara, vol. 1, no. 2, p. 2, 2021.