Islamic Education
DOI: 10.21070/ijis.v12i2.1714

Enhancing Arabic Speaking Skills in Indonesian Madrasahs


Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Arab di Madrasah Indonesia

Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Drilling Arabic Program Madrasah Aliyah Speaking Skills Qualitative Research Language Education

Abstract

This research investigates the implementation of the Drilling Arabic Program (DAP) in enhancing speaking skills at the Junwangi Krian Siadoarjo Bilingual Madrasah Aliyah. Using qualitative methods, educators and students were surveyed to identify supporting and inhibiting factors and propose solutions. Findings reveal that while DAP is divided into planning, implementation, and evaluation stages, supporting factors include teacher competence and student enthusiasm, while inhibiting factors include teachers' lack of approach and inadequate infrastructure. Solutions include optimizing teacher development groups, improving time management, encouraging Fus-ha Arabic usage, and enhancing infrastructure. These results provide insights for improving Arabic language education in madrasahs and preserving Islamic linguistic heritage.

Highlight: 

1. DAP Implementation Stages: Planning, executing, and evaluating Arabic speaking skill enhancement.
2. Key Supporting Factors: Teacher competence, student enthusiasm, and available infrastructure.
3. Addressing Challenges: Teacher approach, understanding, and infrastructure; solutions proposed.

Keyword: Drilling Arabic Program, Madrasah Aliyah, Speaking Skills, Qualitative Research, Language Education

Pendahuluan

Bahasa merupakan salah satu karakter agama[1]. Bahasa Arab juga salah satu bahasa yang dipelajari di sekolah dan menjadi salah satu mata pelajaran dalam struktur kurikulum madrasah. Bahasa Arab diajarkan di sekolah mulai dari jenjang dasar hingga sekolah menengah atas khususnya sekolah yang berbasis Islam atau Madrasah[2]. Pembelajaran Bahasa Arab berfokus pada peningkatkan empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam penguasaan empat keterampilan berbahasa, sebagian pakar bahasa beranggapan bahwa kemahiran berbahasa seseorang ditentukan oleh penguasaan kosa kata[3]. Dalam meningkatakan keterampilan berbicara berbahasa Arab terdapat pembelajaran maharah kalam.

Keterampilan Berbicara Bahasa Arab adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada lawan bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya[4].

Menurut Abd Rahman Ibrahim Fauzan mengutarakan bahwa berbicara merupakan sesuatu yang dimaksudkan untuk mengekspresikan pikiran seseorang, dan merupakan keterampilan dalam berbahasa[5]. Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara secara umum adalah mampu menggunakan Bahasa Arab untuk berkomunikasi secara lisan. Pada dasarnya keterampilan berbicara (maharah al-kalam) merupakan kemahiran menggunakan bahasa yang sangat kompleks, maksud dari kemahiran berbicara adalah kemahiran mengutarakan buah pikiran dan perasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar, dilihat dari sistem gramatikal, tata bunyi, di samping aspek maharah berbahasa lainnya yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Kemampuan berbicara (maharah al-kalam) didasari oleh; kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapan, dan pengetahuan kosa-kata serta pola kalimat yang memungkinkan siswa dapat mengutarakan maksud pikirannya[6].

Mahmud Kamil al-Naqah berpendapat bahwa urgensi kemahiran berbicara dalam konteks pembelajaran bahasa Asing terlihat pada aspek lisan bahasa itu sendiri. Aspek berbicara yaitu aspek utama dalam kurikulum pembelajaran bahasa Asing. Bahkan sebagian besar praktisi pembelajaran bahasa Asing menganggap kemahiran berbicara sebagai tujuan utama dari program pembelajaran bahasa Asing[7].

Sebagai usaha untuk menunjang keberhasilan penguasaan keterampilan berbicara diperlukan penciptaan kegiatan, lingkungan atau suasana yang mendukung seperti bi’ah lughowiyah, muhadastah, Arabic day, role playing, Arabic audiolingual, direct method, dan lain-lain. Metode jenis apapun yang digunakan dalam pembelajaran tentu tujuannya untuk meningkatkan semangat dan minat belajar siswa. Sama halnya dengan pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Arab tanpa adanya metode yang inovatif tujuan dan capaian pembelajaran akan sulit tercapai.

Ada beberapa penelitian yang terkait dengan pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Arab sebagaimana penelitian Abdul Basith dan Yusuf Setiawan membahas tentang Implementasi Bi’ah Lughowiyyah dalam Meningkatkan Maharah Kalam di As-Salafiyyah Pondok Pesantren Darussalam dengan hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan bi’ah lughowiyyah sangat disiplin yaitu dimulai dari ba’da subuh sampai jam 11 malam. Adapun pelaksanaannya yaitu pengawas bahasa yang bertugas yang telah ditentukan oleh pengurus selalu mengawasi, tidak hanya di dalam asrama juga di dalam kelas saat pembelajaran. Ketika mengajar guru menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa Arab. Untuk meningkatakan semangat mutakhossis, bagi yang berprestasi pengurus akan memberikan penghargaan dan hukuman bagi yang melanggar waktu berbahasa Arab[8]. Sofiya Listiana Implementasi Metode Langsung dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara (maharah kalam) siswa Madrasah Aliyah Darussalam Subah Batang. Pelaksanaan metode langsung ini meliputi tujuan,materi, penerapan metode, media pembelajaran serta evaluasi pembelajaran. Selama proses pembelajaram siswa menggunakan Bahasa Arab dari awal sapai akhir pemebelajaran tanpa menggunakan bahasa Indonesia sedikitpun, apabila ada kata yang kurang dipahami siswa guru dapat menjelaskan secara langsung dengan gerakan-gerakan atau gambar yang ada di buku. Evaluasinya yaitu disetiap pertemuan guru mengadakan tes lisan [9]. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas bahawa persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu metode atau program pembelajaran yang terfokus pada keterampilan berbicara. Perbedaannya yaitu penamaan metode atau program dan gambaran pelaksanaan pembelajaran ditempat yang berbeda serta faktor pendukung dan faktor penghambat.

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang mengembangkan tentang pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab yaitu Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo dengan salah satu programnya yaitu Drilling Arabic Program (DAP). Drilling Arabic Program (DAP) adalah program pembelajaran yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian sidoarjo yang terfokus pada teknik pengulangan (drill) untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Arab siswa baik di lingkungan lembaga atau pesantren. Drilling Arabic Program (DAP) merupakan salah satu mata pelajaran pengembangan diri dimana pelaksanaan pembelajarannya itu sendiri masuk kedalam mata pelajaran wajib sehingga telah terjadwal setiap minggunya disetiap kelas X, XI, dan XII. Dalam seminggu setiap kelas medapat pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) selama 2 jam terhitung 35 menit setiap jamnya. Proses pembelajarannya yaitu pemberian materi hafalan mufrodat di kelas sesuai dengan buku penunjang pembelajaran dan disertai praktik-praktik kebahasaan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Tujuan dari program ini yaitu tidak hanya membiasakan siswa untuk berkomunikasi bahasa Arab sehari-hari namun dapat melatih kompetensi siswa dalam berpendapat serta berfikir kritis terhadap suatu masalah dengan menggunakan bahasa Arab.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo? 2) Apa faktor pendukung dan penghambat Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo? 3) Bagaimana solusi dalam mengatasi adanya faktor penghambat Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo? Mengenai tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan untuk mengetahui : 1) Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo. 2) Faktor pendukung dan penghambat Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo. 3) Solusi dalam mengatasi adanya faktor penghambat Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif[10]. Menurut David William dalam Rukin mengatakan bahwa Penelitian kualitatif adalah usaha peneliti mengumpulkan data berdasarkan latar belakang alamiah[11]. Secara umum tujuan penelitian yakni untuk memperoleh gambaran mengenai Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo. Subyek penelitian adalah Ustadz Anshori sebagai guru mata pelajaran Drilling Arabic Program (DAP) dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Maret 2023 melalui komunikasi lisan dengan pedoman wawancara atau wawancara terstruktur. Adapun wawancaranya yakni terpimpin atau menggunakan pedoman wawancara untuk guru dan siswa dalam rangka menggali data sesuai realitas yang ada. Observasi pada tanggal 28 Februari-30 Maret 2023 dengan mengamati secara langsung proses pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) yang terkait dengan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab di kelas XI. Dokumentasi meliputi data yang berupa dokumen RPP, buku penunjang (LKPD), dan jurnal ilmiah. Adapun teknik analisis data yakni menggunakan model yang digunakan oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data, display data, serta verifikasi atau kesimpulan[12].

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dibahas yakni mengaitkan antara temuan di lapangan dengan kajian teori dijelaskan sebagai berikut :

A. Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Perencanaan pengajaran adalah salah satu tahapan yang harus dilakukan oleh seorang pendidik yaitu guru. Sebelum memasuki kelas sebagai seorang guru tentu harus mempersiapkan apa yang akan diajarkan kepada peserta didik di kelas. Hal yang harus dipersipkan salah satunya yaitu RPP. RPP merupakan pedoman pelaksanakan proses pembelajaran yang dibuat sebelum melakukann kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya RPP capaian pembelajaran akan sulit tercapai karena di dalam RPP sudah tersusun secara sistematis baik itu KI, KD, tujuan pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran.

Perencanaan pengajaran merupakan suatu cara bagaimana mengajarkan segala sesuatu yang sudah tercantum dalam kurikulum. Berdasarkan Kurikulum Tahun 2013, proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan hasil belajar yang ingin dicapai adalah melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi[13].

Seorang guru harus membuat perencanaan sebelum melakukan pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara dengan ustadz Anshori terkait dengan perencanaan pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) selaku guru mata pelajaran beliau mengatakan bahwa:

“Sebelum melakukan proses pembelajaran di kelas bahwa RPP sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Meskipun RPP sudah dibuat namun dalam praktiknya juga terkadang menyesuaikan suasana dan kondisi yang terjadi. Akan tetapi dengan adanya RPP memang sangatlah membantu guru dalam mengajar sehingga tidak kebingungan saat proses pembelajaran di kelas”.

Berdasarkan apa yang beliau katakan dengan observasi yang dilakukan peneliti terbukti benar adanya bahwa Ustadz Anshori membuat RPP hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen RPP. Hasil wawancara dan observasi di atas seiring dengan pendapatnya Abdul Majid dalam Muhammad Qasim yang mengatakan bahwa perencanaan yaitu membuat langkah-langkah penyelesaian terhadap suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terencana untuk mencapai tujuan tertentu[14].

2. Pelaksanaan

Sebagaimana yang termuat dalam RPP yang disusun oleh Ustadz Anshori bahwa pelaksanaan pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) meliputi 3 tahapan yaitu: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup

a. Pendahuluan

Berdasarkan apa yang termuat dalam RPP yang dibuat oleh Ustadz Anshori kegiatan pendahukuan meliputi 3 tahapan yaitu:

  1. -Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan salam dan berdoa, Pendahuluan merupakan tahapan awal pembelajaran yang meliputi salam dan berdoa sebagai bentuk penanaman karakter religius sebagaimana KI-1. Selain salam dan berdoa kedislipinan dan kerapian juga penting dilakukan dengan tujuan memberikan stimulus agar siswa siap dan semangat menerima pelajaran.
  2. Guru memberi sapaan-sapaan Bahasa Arab
  3. Guru mengulas materi sebelumnya tentang الحج والعُمْرَةُ dan bertanya secara lisan, Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustadz Anshori beliau berkata bahwa:

“Proses pembelajarann Drilling Arabic Program (DAP) biasanya saya memulai dengan mengucapkan salam, berdoa serta ungkapan-ungkapan tanya jawab Bahasa Arab seperti: Ahlan wa sahlan, shobahul khoir, dan kaifa khalukum dll.. Setelah itu saya mengkondisikan kelas sebelum memulai berdoa. Kemudian saya bertanya mengenai kesiapan mereka tentang kerapihan dan kebersihan sekitar meja masing-masing siswa. Sebelum memasuki materi selanjutnya saya biasanya mengulas materi minggu lalu dengan bertanya jawab mengenai mufrodat”.

Apa yang dikatakan oleh ustadz anshori diatas sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan siswa salah satunya Hanum Mirza berkata:

“ Pertama-tama Ustadz masuk kelas dengan memberikan salam, memberikan ungkapan-ungkapan seperti: selamat datang, selamat pagi, apa kabar dll menggunakan bahasa Arab, kemudian Ustadz mengulas hafalan mufrodat bahasa Arab materi sebelumnya sehingga kita mengingatnya dan hafal“.

Selama Observasi berlangsung kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru sesuai dengan apa yang disampaikan saat wawancara pada tanggal 2 Maret 2023. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran sangat berpengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran. Jika pengkondisian kelas baik maka proses pembelajaran akan berjalan efektif begitu juga sebaliknya. Dalam kegiatan pendahuluan ini di kahiri dengan Guru mengulas terlebih dahulu hafalan mufrodat yang dipelajari minggu lalu, dengan teknik pengulangan (drill) dan tanya jawab dengan menunjuk masing-masing siswa secara bergantian. Hal itu dilakukan sebagai bentuk stimulus kegiatan belajar mengajar.

Sebagaimana penjelasan diatas bahwa kegiatan pendahuluan adalah proses pembentukan karakter peserta didik dalam aspek nilai agama, moral, dan sosial. Seiring dengan pendapat Muhammad Abduh, menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan kepribadian muslim untuk menjadi insan kamil (manusia sempurna) dengan pola takwa. Insan Kamil berarti manusia utuh ruhani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT[15]. Senada dengan hal ini Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka), ulama dan aktivis politik menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk watak manusia yang lahir di dunia ini supaya menjadi orang yang berguna bagi masyarakatnya, supaya dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk[16].

b. Kegiatan Inti

Kegiatan Inti pembelajaran merupakan kegiatan variasi guru dalam mengajar yang didalamnya mencakup penjelasan materi, pengaplikasian metode mengajar, dan pengkondisian kelas. Kegiatan inti termasuk bagian di dalam RPP yang nantinya dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran. Memasuki kegiatan inti guru mengawali dengan menyampaikan materi selanjutnya. Kemudian melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran yang termuat dalam RPP. Sebagaimana hasil wawancara dengan Ustadz Anshori mengenai kegiatan inti beliau mengatakan bahwa:

“Memasuki materi selanjutnya saya menjelaskan makna mufrodat baru sambil memerintahkan siswa untuk menulisnya di buku pelajaran (LKPD). Setelah itu saya menyuruh siswa membaca hiwar yang ada dibuku untuk melatih Qiroah siswa dan mengoreksi pelafalan kata apakah sudah betul atau belum. Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebelum saya memberikan tugas. Disela-sela siswa mengerjakan tugas biasanya saya mengabsen kehadiran ”.

Kegiatan inti yang termuat dalam RPP yang dibuat oleh Ustadz Anshori terdiri dari beberapa tahapan diantaranya:

1) Guru memberitahu tahu tentang materi hari ini yaitu tentang تكْنُولُوجيا الإعلام والاتصال

2) Guru memerintahkan siswa membuka buku LKPD BAB V تكْنُولُوجيا الإعلام والاتصال

Selama Observasi berlangsung yaitu pada tanggal penulis fokus mengamati dan mencoba mencocokkan apa yang dikatakan guru selama wawancara dengan keadaan di kelas. Ternyata proses pembelajaran memang sesuai. Guru mengawali kegiatan inti dengan membuka materi selanjutnya dan menjelaskan makna mufrodat baru sesuai dengan tema BAB V yaitu تكْنُولُوجيا الإعلام والاتصال

3]Guru membacakan mufrodat baru dan diikuti siswa

Setiap awal BAB pada buku pelajaran (LKPD) selalu menyajikan mufrodat-mufrodat baru. Guru menjelaskan makna satu persatu mufrodat. Setelah itu guru mengulangi (drill) membacakan mufrodat dan diikuti siswa.

المُفْرَدَات
نِظَامُ تَحْدِيدِ المواقع الجُغْرَافِيَّة العَالَمِيَّة شَاشَةُ الحَاسُوبِ
وَايْ فَايْ (شَبَكَةُ الاِتِّصَالَ اللَّاسلكي لَوْحَةُ المَفاتيح
حَاسُوبٌ مَحْمُولٌ أَلْعَابٌ
اخْتِرَاقُ الفَارَةُ
رُوبُوت (الإِنْسَان الآلي) اسْمُ الملف
شَاشَةٌ لَمْسِيَّةٌ مُتَابَعَة
شَاحِنٌ تَحْمِيل
Table 1.

4) Guru menunjuk siswa secara acak untuk membaca hiwar secara bergantian

Hiwar selalu ada dalam setiap BAB. Oleh karena itu guru selalu memerintahkan siswa untuk membaca secara bergantian sebagai bentuk latihan kebahasaan seperti makhraj, intonasi, kelancaran, dan ekspresi ketika berbicara bahasa Arab di dalam kelas. Saat menjelaskan guru menjelaskan tidak hanya diam ditempat akan tetapi sambil berkeliling untuk memeriksa masing-masing siswa.

5) Guru memberikan kesempataan kepada siswa untuk bertanya

Setelah mejelaskan semua materi yang ada di buku guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai mufrodat-mufrodat yang kurang dimengerti.

6) Guru memerintahkan siswa menulis mufrodat baru yang ada dibuku serta menghafalkannya

7) Guru mengabsen kehadiran siswa

Disela-sela fokus siswa mengerjakan tugas, guru mengisi buku jurnal kehadiran yang ada di meja kelas. Tak lupa guru juga mengabsen kehadiran siswa.

8) Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa sambil mendengarkan setoran hafalan siswa

Siswa yang selesai menulis dan yang sudah hafal maju ke meja guru untuk hafalan dihadapan guru sambil guru memberikan nilai hasil pekerjaan siswa.

Selama proses pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) pada hari itu guru banyak menggunakan metode tanya jawab (thariqoh mubasharoh) dan hafalan (Metode Mim-Mem) Akan tetapi saya pernah bertanya dalam kegiatan wawancara dengan Ustadz Anshori. Beliau mengatakan bahwa:

“Metode yang saya gunakan saat mengajar menyesuaikan dengan materi dan tidak lepas dari pengulangan-pengulangan (drill) hafalan kebahasaan sesuai dengan mata pelajarannya yaitu Drilling Arabic Program (DAP)”

Apa yang dikatakan oleh Ustadz Anshori sejalan dengan apa yang dikatakan Abu Bakar Muhammad bahwa guru harus memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun bahan itu, dan menjadikan susunanan bahan mata pelajaran itu sebagai mata rantai sambung menyambung[17]. Menurut Tayar Yusuf dan Saiful Anwar dalam M. Husni Arsyad mengatakan bahwa metode percakapan adalah cara yang dilakukan oleh pendidik untuk menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, baik percakapan itu terjadi antara peserta didik maupun antara peserta didik dan pendidik yang disertai dengan penambahan mufradat atau kosakata baru dalam proses percakapan berlangsung[18].

c. Penutup

1)Guru dan siswa melakukan rerfleksi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan

2) Guru memberikan motivasi terhadap siswa

3) Guru menutup pembelajaran dengan doa

Kegiatan penutup pelajaran merupakan proses terakhir kegiatan pembelajaran yang berisi tenteng refleksi pembelajaran, motivasi, dan doa. Sebagaimana hasil wawancara, Ustadz Anshori berkata bahwa:

“Sebelum menutup pelajaran saya biasanya mereflesksi sebentar tentang pelajaran yang telah dipelajari, kemudian tidak lupa memberikan sedikit tugas untuk dibawah pulang (Asrama). Kemudian terakhir berdoa.”

Apa yang dikatakan oleh Ustadz Anshori memang sesuai dengan observasi yang Peneliti lakukan. Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan Ustadz Anshori untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran[19].

3. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemampuan dan tingkat pehamaman siswa terhadap materi pembelajaran. Ustadz Anshori dalam wawancaranya mengatakan bahwa:

”Kegiatan evaluasi saya biasanya hafalan itu yang paling penting serta tugas rumah jarang-jarang karena kegiatan anak-anak di pondok pesantren banyak sehingga saya tidak mau membebani mereka. Evaluasi pembelajaran Drilling Arabic Program DAP disetiap akhir pembelajaran yaitu berupa pertanyaan atau mengerjakan soal, terkadang juga ada praktik, untuk melatih maharah qiroah agar sesuai dengan apa yang mereka pahami. Selain itu evaluasi tertulis setiap semester yaitu UTS dan UAS”.

Sebagaimana hasil wawancara bersama Ustadz Anshori diatas juga sejalan dengan pendapat salah satu siswa Salsabila Jahran Rafidah mengatakan bahwa:

“Saya senang dengan mata pelajaran Drilling Arabic Program DAP karena lebih sering menghafal mufrodat dengan begitu banyak perbendaharan kosa kata yang saya punya. Selain itu Ustadz jarang memberi tugas dan materi yang diajarkan mudah masuk….”

Kegiatan Evaluasi yang diterapkan oleh Ustadz Anshori sangat sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa tidak merasa terbebani dan nyaman untuk belajar Drilling Arabic Program (DAP). Evaluasi Pembelajaran adalah suatu proses berkesinambungan tentang pengumpulan dan pemahaman informasi, untuk menilai (assessment) keputusan yang dibuat sebagai bahan merancang suatu sistem pembelajaran[20]. Rusydi Ahmad Thuʻaimah dalam Aziz Fahrurrozi mengatakan bahwa seseorang harus menguasai kosakata suatu bahasa agar dapat menguasai bahasa tersebut[21].

B. Faktor pendukung dan penghambat Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo

Faktor pendukung dan penhabat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

a. Kompetensi Guru sudah linear

Keilmuan dan tingkat pendidikan seorang guru sangatlah mempengaruhi kualitas pengajaran. Guru yang profesional dibidangnya tentu akan membuat proses pengajaran lebih efektif. Pengalaman yang banyak dan relevan juga menjadi penentu profesionalitas seorang guru yang nantinya akan diaplikasikan saat proses mengajar. Dalam satuan pendidikan syarat terpenting bagi seorang guru untuk bisa mengajar yaitu minimal sarjana. Gelar sarjana merupakan salah satu bukti tertulis seorang guru memiliki kompetensi dibidangnya.

Berdasarkan data dokumentasi guru yang penulis peroleh dari buku lembaga Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo maka dapat ditarik kesimpulan bahwa para pendidik bahasa Arab di Madrasah Aliyah Blingual Junwangi Krian Sidoarjo telah memiliki kompetensi guru yang professional sesuai atau linear dengan rumpun keilmuan bahasa Arab.

b. Antusias Siswa yang tinggi

Siswa merupakan elemen terpenting dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya sebuah program yang dijalankan dapat dilihat dari minat, perhatian, dan hasil belajar siswa saat proses pembelajaran. Siswa yang memiliki minat dan perhatian besar terhadap suatu mata pelajaran pasti akan senang dan akan mempengaruhi prestasi akademiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang mempunyai minat besar terhadap proses pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP). Salah satunya yaitu Nawwira mengatakan bahwa:

“Saya senang dengan mata pelajaran Drilling Arabic Program (DAP), karena saya dapat belajar mufrodat-mufrodaat baru”.

Sebagaimana hasil wawancara dengan siswa diatas menunjukkan bahwa atusias siswa di kelas ketika pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) sangat tinggi. hal itu terlihat ketika beberapa dari siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru. Adapun hal lainnya yaitu ketika Ustadz Anshori melempar beberapa pertanyaan mereka saling berebut mengangkat tangan untuk menjawab. Saryatna Rafi’i mengatakan bahawa Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa ikut serta dalam interaksi dengan media sebagai bahan pembelajarannya. Kegiatan belajar mengajar adalah proses untuk mencapai suatu tujuan. Tujuannya ialah dibuktikan dalam interpretasi tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya[22].

c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang mendukung

Keberhasilan suatu pembelajaran juga harus didukung dengan adanya sarana dan prasarana. Keberadaan sarana dan prasarana dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Kenyamanan siswa dalam belajar adalah hal utama yang perlu diperhatikan agar siswa memiliki minat dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Anshori beliau berkata bahwa:

“Media berupa papan tulis dan audio. Jadi di setiap kelas tersedia audio. Audio yang mana bersifat umum jadi 1 audio kita nyalakan yang mendengar umum 1 kelas. Kemudian buku LKPD yang dari kemenag dan artikel-artikel berita bahasa arab. Selain itu perpustakaan juga biasanya saya jadikan tempat belajar agar siswa tidak jenuh dikelas”.

Penulis dapat menyimpulkan berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa beberapa hal yang mendukung proses pembelajaran diantaranya adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang penulis ketahui ketika pembelajaran dikelas diantaranya tersedia papan tulis, audio, dan buku LKPD yang wajib dimiliki masing-masing siswa. Selain itu perpustakaan juga sering dijadikan tempat belajar sebagai bahan variasi guru mengajar agar siswa lebih nyaman dan bisa menambah pengetahuan pustakanya terkait kebahasa Araban khususnya keterapilan berbicara. Berkaitan dengan sarana dan prasarana Rohiat menjelaskan bahwa manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses perencanaan pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang dimanfaatkan agar tujuan pendidikan di sekolah bisa tercapai dengan efektif dan efisien[23].

d. Kegiatan kabahasaan Pondok Pesantren

Selain dari program pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) yang disampaikan dalaam sistem pembelajaran formal ada kegiatan-kegiatan lainnya diluar sekolah yang mendudkung kemapuan berbicara bahasa Arab siswa yakni kegiatan kebahasan yang dilaksanakan di pondok pesantren.

Pelaksanaan proses pendidikan di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi mengacu pada kurikulum pesantren al-amanah dan kementerian agama, santri diharuskan untuk bertempat tinggal di pesantren. Kegiatan dan proses pendidikan sangat saling mendukung dan tepadu. Segala lingkup di madrasah dan pesantren menjadi media atau sarana dan prasarana pendidikan. Proses pembelajaran santri berlangsung selama 24 jam, kegiatan belajar mengajar bersama guru di kelas dimulai pada pukul 06.45 – 15.00. Sedangkan pembelajaran di pesantren bersama asatidz atau asatidzah di mulai pukul 15.00 – 06.45. Sebagai bentuk pengaplikasian teori pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP), Madrasah dan pesantren mewajibkan siswa atau santrinya untuk berbahasa Arab setiap hari. Tumbuh kembangnya santri selalu di pantau dan menjadi tanggung jawab bersama para guru di madrasah atau di pesantren. Hal itu merupakan suatu bentuk dukungan bagi siswa agar mahir berbahasa arab sesui dengan pengucapan dan kaidah yang sesuai. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Anshori beliau berkata bahwa:

“Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pengucapan bahasa arab atau gramatikalnya setiap hari sabtu madrasah mengadakan program islakhul lughoh, program ini sebagai bahan untuk memperbaiki kebahasaan siswa yang sering salah dalam kaidah susunan dan pengucapannya”.

Bersadarkan observasi di lapangan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kegiatan madrasah sebagai pendukung pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) yaitu islakhul lughoh sangatlah menunjang kualitas kebahasaan siswa. Siswa sangat menikmati kegiatan tersebut karena dilaksanakan diluar kelas dan dikemas dengan cara menyenangkan diantaranya yaitu berdiskusi, kuis-kuis, dan permainan-permainan Bahasa Arab. Adanya program lain yang menunjang pembelajaran secara tidak langsung dapat meningkatakan motivasi belajar siswa terkait Drilling Arabic Program (DAP) . Salah satu motivasi belajar menurut Hamzah adalah adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa belajar dengan baik[24].

2. Faktor Penghambat

a. Kurangnya pendekatan guru terhadap siswa

Selain menyampaikan ilmu sebagai seorang guru juga harus memahami kebutuhan siswanya. Perhatian dan pendekatan guru terhadap siswa yang kurang memahami atau masih kesulitan dalam berbicara bahasa arab sangatlah perlu. Memberikan pendekatan dan perhatian lebih terhadap siswa yang kurang memahami pembelajaran juga akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. Sebagaimana hasil wawancara seorang siswa Thalita mengatakan:

“ Tidak semua teman-teman menyukai bahasa Arab jadi terkadang ada rasa malas, karena ada yang yang belum begitu mengerti kosa kata bahasa Arab”.

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa saat pembelajaran berlangsung beberapa siswa lambat dalam menghafal kosa kata bahasa Arab dan terkadang perhatiannya tidak fokus. Oleh karena itu Seorang guru harus memahami kebutuhan masing-masing siswanya dengan melakukan pendekatan terkait kesulitan yang dihadapi siswa saat belajar. Maka dengan adanya pendekatan tersebut guru dapat memberikan metode-metode lainnya ketika mengajar agar siswa dapat memahami pembelajaran. Seperti apa yang disampaikan oleh Diah Rahmawati As’ari untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, guru harus pandai memilih metode dan membuat berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik[25].

b. Kurangnya pemahaman kaidah kebahasaan siswa

Secara umum problematika siswa dalam pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) adalah kaidah kebahasaan dan pengucapan yang belum fashih. Ustadz Anshori mengatakan bahwa:

“Siswa berbicara bahasa Arab tapi dengan dialek jawa, tidak sesuai dengan kaidahnya. Tapi hal itu dimaklumi karena bagi guru kemauan siswa mau berbicara bahasa Arab dalam kesehariannya saja itu hal yang bagus karena sudah berusaha”.

Apa yang dikatakan oleh Ustadz Anshori diatas sejalan dengan salah satu wawancara penulis dengan siswa yaitu Salsabila Jahran Rafidah berkata bahwa:

“ Kita sudah dapat pembelajaran bahasa Arab yang benar dari Ustadz tapi terkadang temen-temen masih menggunakan bahasa yang kurang benar, karena sudah kebiasaan. Yang benar kadang dilupakan yang salah diteruskan”.

Sebagaimana hasil wawancara ysng dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa kaidah kebahasaan yang kurang tepat merupakan faktor penghambat yang harus dijadikan perhatian lebih oleh guru. Tidak hanya itu merangkum dari hasil wawancara bersama siswa lain mereka berpendapat mengenai hal yang menghambat pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) antara lain terlalu banyaknya target hafalan mufrodat, kurang minat mata pelajarannya, dan waktu yang sedikit untuk menghafal. Dari Sebagaimana pendapat Hasanah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, ada lima jenis variable sebagai penentu keberhasilan bagi peserta didik, yaitu: melibatkan peserta didik secara aktif, menarik perhatian dan minat peserta didik, membangun motivasi peserta didik, prinsip individualitas dan peragaan dalam pengajaran[26].

c. Ketersediaan laboratorium bahasa belum memenuhi

Sarana dan prasarana yang belum menunjang pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) adalah laboratorium bahasa. Laboratorium bahasa masih dalam proses perencanaan oleh karena itu guru memanfaatkan fasilitas yang ada dulu. Sebagaimana wawancara bersama Ustadz Anshori beliau berkata bahawa:

“Untuk sarana pihak Madrasah masih terus berusaha untuk memperbaiki. Yang belum ada sekarang ini yaitu sarana laboratorium bahasa. Jadi guru memanfaatkan fasilitas yang ada terlebih dahulu sambil memeperbaiki yang lain”.

Selama observasi selain dikelas penulis juga berkeliling Madrasah dan terlihat bahwa laboratorium masih dalam proses perencanaan. Laboratorium adalah sarana yang seharusnya ada dalam sekolah yang menerepakan Bilingual school. Berbeda dengan media audio yang bersifat umum, laboratorium bahasa lebih bersifat khusus atau individu. Megarsari R. menjelaskan bahwa effisien tidaknya prasarana pembelajaran yang digunakan dan tata pengelolaannya mempengaruhi tingkat keefektifan pembelajaran[27].

C. Solusi dalam mengatasi adanya faktor penghambat Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo.

Berdasarkan hasil wawancara dan obesrvasi yang telah dipaparkan diatas khususnya faktor penhambat, maka dibutuhkan adanya solusi agar kedepannya pembelajaran Drilling Arabic program (DAP) berjalan lebih baik dan efektif sehingga tercapainya hasil yang diharapkan. Solusi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan yaitu:

1. Optimalisasi MGMP

Seluruh guru di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo agar terus berusaha meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilannya dalam mengelola pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang dicapai bisa berjalan lebih baik. Ustadz Anshori dalam wawancara menyatakan bahwa:

“Biasnya para guru selalu ada rapat setiap bulannya bersama kepala sekolah terkait informasi-informasi terupdate seputar pendidikan. Ada juga pelatihan atau perkumpulan guru-guru se-kabupaten (MGMP) untuk bertukar ide dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya guru Bahasa Arab. Terkait waktu mengajar mungkin terkadang juga membuat siswa resah karena tidak adanya kehadiran guru. Dari situ kami juga harus lebih profesional”.

Berdasarkan wawancara diatas jika disambungkan dengan observasi dilapangan penulis melihat saat jam istirahat adakalanya para guru mengadakan rapat di ruang guru bersama kepala sekolah. Rapat tersebut membahas mengenai berita-berita terbaru mengenai dunia pendidikan. Selain itu juga membahas inovasi-inovasi baru dalam dunia pengajaran agar guru bisa menerapkannya saat mengajar.

2. Kedisiplinan waktu siswa dan guru harus ditingkatkan

Kedislipinan guru dan siswa agar lebih diperhatikan saat jam pelajaran. Sebaliknya adakalanya guru mengajar tapi siswa yang hadir tidak seluruhnya. Salah satu siswa Zahra mengatakan bahwa:

“Terkadang Ustadznya tidak hadir karena ada kegiatan, namun tetap meninggalkan tugas. Akan tetapi temen-temen kalau tidak ada guru suka rame dan berkeliaran keluar masuk kelas. Begitu juga teman-teman kadang terlalu fokus kegiatan diluar kelas sehingga rela tidak hadir saat pemebelajaran Drilling Arabic Program DAP”

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan bahwa terkait waktu terkadang penulis menjumpai kelas yang tidak dimasuki oleh guru saat jam pelajaran berlangsung. Ketidakdislipinan waktu dalam belajar maupun mengajar juga mempengaruhi kualitas pengetahuan siswa. Sebagaimana pendapat Ahmad Fuad Effendy menjelaskan Kecakapan guru terhadap suatu bahasa tidak menjamin kecakapannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Begitu pula dalam meningkatkan kualitas belajar peserta didik, guru diharuskan memiliki multi peran, agar tercipta suasana pembelajaran yang efektif. Salah satu cara agar guru dapat mengajar efektif adalah harus meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya[28].

3. Pembiasaan berbahasa arab yang fushah bagi siswa

Seluruh siswa Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo untuk lebih giat lagi belajar dan meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Arab dan menyukai pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP). karena dengan meningkatkan rasa minat pada suatu pelajaran mindset kita akan tersugesti untuk lebih bersemangat dan materi akan mudah masuk. Sebagaimana wawancara bersama Ustadz Anshori beliau berkata bahwa:

“Siswa harus terus dibisakan berbicara Bahasa Arab yang fushah sesuai dengan kaidah kebahasan, agar kesalahan yang terjadi tidak tertanam terus menerus, oleh karena itu di Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi ini ada mata pelajaran Bahasa Arab lain seperti Nahwu, Imla’, dan shorof”.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ustadz Anshori di atas semua siswa juga menyadari bahwa kekurangan dari berbicara bahasa arab mereka yaitu masih terbawa dialek orang jawa bukan dialek orang arab. Akan tetapi siswa harusmemiliki motivasi dalam dirinya untuk tetap semangat belajar bagaimana kebenaran yang semestinya. Terkait hal ini menurut Hamzah dalam Wakhidati Nurrohmah Putri motivasi adalah kekuatan penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan, untuk mencapai tujuan tertentu, motivasi juga merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha melakukan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya[29].

4. Optimalisasi Sarana dan Prasarana

Pengelola Madrasah Aliyah Bilingual Junwangi Krian Sidoarjo untuk lebih memperhatikan guru dan lebih menyediakan sarana dan prasarana pendidikan terkhusus laboratorium bahasa dan terus melakukan perbaikan sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP). Dalam wawancara dengan Ustadz Anshori beliau mengatakan bahwa:

“Mungkin untuk laboratorium bahasa harus disegerakan, karena disana pemebelajaran yang diserap masing-masing siswa akan lebih optimal, khususnya keterampilan menyimaknya. Hal itu juga bisa memperbaiki kualitas kebahasaan siswa karena di laboratorium bahasa kita bisa menstimulus siswa bagaimana dialek berbahasa Arab yang benar malalui Listening.

Sebuah pembelajaran akan berjalan lebih efektif jika dilengkapi sarana dan prasaran yang menunjang. Dalam bukunya yang berjudul “Managemen Sarana dan Prasarana Pendidikan” Ananda R. dan Kinata B. mengatakan dengan adanya Laboratorium bahasa dapat membantu siswa mempelajari bahasa Asing dengan mendengarkan materi pelajaran yang dibantu perangkat elektronik yang tersedia, tujuannya ialah agar mereka dapat berfokus pada materi. Seluruh siswa dapat berkonsentrasi mendengarkan percakapan bahasa yang diberikan oleh guru pada salah satu channel tanpa merasa terganggu sedikitpun[30].

Simpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa 1) Implementasi Drilling Arabic Program (DAP) melalui tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tahap perencanaan, seperti melihat kurikulum 2013, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), mempersiapkan materi dari buku penunjang atau LKPD, mempersiapkan metode yang akan digunakan. Kemudian tahap pelaksanaan, guru membacakan mufrodat baru sesuai materi di LKPD dan diikuti siswa. Kemudian guru menerjemahkan mufrodat satu persatu supaya siswa mengerti makna mufordat yang asing bagi mereka. Selanjutnya, tahap evaluasai. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi tertulis untuk evaluasi pembelajaran bahasa Arab secara keseluruhan dan evaluasi tidak tertulis untuk evaluasi pembelajaran bahasa Arab keterampilan berbicara. 2) Faktor pendukungnya yaitu kompetensi guru sudah linear, antusias siswa yang tinggi, ketersediaan saran dan prasarana yang mendukung, dan kegiatan kebahasaan pondok pesantren. Faktor penghambatnya ialah kurangnya pendekatan guru terhadap siswa, kurangnya pemahaman kaidah kebahasaan siswa, ketersediaan laboratorium bahasa yang belum memenuhi. 3) Solusi dari adanya faktor penghambat tersebut ialah Optimalisasi MGMP, Kedislipinan waktu siswa dan guru harus ditingkatkan, Pembiasakan berbahasa Arab yang fushah bagi siswa, dan optimalisasi saran dan prasarana.

References

  1. A. ’Izzan, metodologi pembelajaran bahasa arab, Cet III. Bandung: Humaniora, 2009.
  2. N. Mutmainah and L. Marlina, “Implementasi Metode Mubasyarah Dalam Pembelajaran Muhadatsah,” TSAQOFIYA Jur. Pendidik. Bhs. Arab IAIN Ponorogo, vol. 2, no. 2, pp. 30–43, 2020, doi: 10.21154/tsaqofiya.v2i2.21.
  3. M. Saiful, Startegi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN Maliki Press, 2011.
  4. A. F. Mahmud Ilyan, Al-maharat al-Lughawiyyah: Mahiyatuha wa Thariq Tadrisiha. Dar al-Muslim Li al-Nasyr wa al-Tauzi. Riyadh, 1992.
  5. A. Fauzān, Abdurrahman and -, al - Idhāāt li mu’allim al - Lughah al - ‘Arabiyyah Li Ghairi al - nātiqina bihā. al - Riyad: PT. Future Media Gate, 2015.
  6. A. F. Mahmud Ilyan, Al-maharat al-Lughawiyyah: Mahiyatuha wa Thariq Tadrisiha. Dar al-Muslim Li al-Nasyr wa al-Tauzi. Riyadh, 1992.
  7. M. Al Naqah, Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahahiluh, Thuruq Tadrisih. Makkah al-Mukarramah: Jami’’at Um al-Qura.
  8. A. Basith and Y. Setiawan, “Implementasi Biah Lughowiyyah dalam Meningkatkan Maharah Kalam,” TADRIS AL-ARABIYAT J. Kaji. Ilmu Pendidik. Bhs. Arab, vol. 2, no. 1, p. 142, 2022.
  9. L. Sofia, “Implementasi Metode Langsung Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah Kalam) Siswa Kelas Xi Ma Darussalam Subah Batang,” J. Ekon. Islam, no. Marketing Mix, 2018.
  10. Z. Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. syakir Media Press, 2021., 2021.
  11. J. Moloeng Lexy, Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2007.
  12. P. D. C. R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, 2010.
  13. N. A. Baki, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Dilengkapi Pembahasan Kurikulum 2013), 1st ed. Yogyakarta: Eja Publiser, 2014.
  14. M. Qasim and Maskiah, “Perencanaan Pengajaran dalam Kegiatan Pembelajaan,” J. Diskurs. Islam, vol. 4, no. 3, pp. 484–492, 2016, doi: https://doi.org/10.24252/jdi.v4i3.7365.
  15. S. Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, I. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
  16. S. Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, I. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
  17. A. B. Muhammad, Metode Kḥusus Pengajaran Baḥasa Arab. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
  18. M. H. Arsyad, “Metode-Metode Pembelajaran Bahasa Arab Berdasarkan Pendekatan Komunikatif Untuk Meningkatkan Kecakapan Berbahasa,” Shaut al Arab., vol. 7, no. 1, p. 13, 2019, doi: 10.24252/saa.v1i1.8269.
  19. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
  20. D. R. Febriana, M. Pd., Evaluasi Pembelajaran, I. Jakarta: Bumi Aksara, 2019.
  21. Fahrurrozi Aziz, “Pembelajaran Bahasa Arab: Problematika dan Solusinya,” Arab. (jurnal Pendidik. Bhs. Arab dan Kebahasaaraban), vol. 1, no. November 2014, 2014.
  22. S. Rafi’i, Teknik Evaluasi. Bandung: Angkasa, 1985.
  23. Rohiat, Managemen Sekolah: Teori Dasar dan raktik. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010.
  24. H. B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
  25. Diah Rahmawati As’ari, “Strategi dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab,” Konf. Nas. Bhs. Arab I, vol. 1, pp. 113–120, 2010, [Online]. Available: http://eprints.walisongo.ac.id/355/1/UmiHanik_Tesis_Coverdll.pdf
  26. S. U. Hasanah, “Studi Komparasi Penerapan Metode Active Learning Model Reading Aloud Dan Metode Konvensional Model Ceramah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Dan Pengaruhnya Terhadap Respon Siswa Kelas V Mi Ma’Arif 01 Pahonjean Majenang,” J. Tawadhu, vol. 3, no. 1, pp. 804–822, 2019, [Online]. Available: https://ejournal.iaiig.ac.id/index.php/TWD/article/view/138
  27. R. Megarsari, “Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatan kualitas pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi.,” J. Bahana Manag. Pendidik., vol. 2(1), no. 636–648, 2020, doi: https://doi.org/10.24036/bmp.v2i1.3808.
  28. A. F. Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat, 2012.
  29. W. Nurrohmah P, “Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa Madrasah Tsanawiyah,” vol. 1, no. 1, pp. 1–16, 2017, doi: http://dx.doi.org/10.18326/lisania.v1i1.1-16.
  30. R. Ananda dan Kinata B, Managemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, 1st ed. Medan: CV. Media Puspita, 2017.