Islamic Education
DOI: 10.21070/ijis.v12i3.1705

Executing the School Literacy Movement Program within Islamic-Based Excellence Schools


Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Unggulan Berbasis Islam

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

literacy movement elementary schools Islamic curriculum habituation phase qualitative research

Abstract

This qualitative study investigates the habituation phase of literacy movement programs in Indonesian elementary schools, particularly focusing on Islamic-based approaches. Through literature review of 10 relevant references from 2017 to 2020, the efficacy of pre-reading reflections in improving morning literacy skills is analyzed. The findings underscore the potential of this approach for broader implementation, emphasizing its significance in diverse educational settings, especially those with Islamic orientations.

Highlights :

  • Islamic-based approach: Analyzing the effectiveness of Islamic-oriented strategies in enhancing literacy skills among elementary school students.
  • Pre-reading reflections: Investigating the impact of 10 pre-reading reflections on morning literacy skills during the habituation phase.
  • Diverse educational settings: Highlighting the potential for broader implementation of tailored literacy programs, especially in schools with Islamic curriculums.

Keywords: literacy movement, elementary schools, Islamic curriculum, habituation phase, qualitative research

Pendahuluan

Literasi membaca merupakan sebuah aspek yang sangat penting dalam diri seseorag dengan upaya agar dapat menemukan informasi yang belum diketahuinya. Semua proses kegiatan belajar didasarkan pada kegiatan membaca dan menulis, tetapi lebih dominan pada kegiatan membacanya. Menurut Antoro (2017) mengklaim bahwa membaca dapat membantu otak anak tetap sehat dan meningkatkan pemikiran cerdas secara logis dan linguistik mereka. Akibatnya, siswa yang gemar membaca buku lebih condong untuk memahami banyak hal, termasuk hal yang berhubungan dengan mata pelajaran di sekolah dan kehidupan sehari-hari [1]. Semakin tinggi keahlian membaca seseorang maka semakin tinggi juga peluang tingkat keberhasilan seseorang baik disekolah maupun didalam masyarakat yang akan membuka banyak peluang kesuksesan yang akan diraih [2].

Namun, temuan studi tahun 2011 oleh PIRLS menunjukkan bahwa gemar baca siswa kelas IV SD di Indonesia menduduki urutan ke-45 dari 48 negara yang terdaftar sebagai peserta. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia dikatakan masih relatifx rendah dalam beberapa tahun terakhir. Indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 yang dapat diartikan hanya terdapat satu orang Indonesia dalam setiap 1000 yang tertarik membaca, menurut data statistik dari UNESCO (Nafisah, 2014) [2]. Menurut Nurdiyanti & suryanto (2010) terdapat beberapa komponen yang mengakibatkan rendahnya minat baca pada orang Indonesia, yakni: (1) kurikulum pembelajaran serta tata cara yang digunakan guna belajar belum menunjang kompetensi literasi siswa, (2) tayangan tv yang tidak mendidik serta kecanduan teknologi, dan (3) masyarakat memiliki kebiasaan buruk yang hanya banyak bicara dan mendengarkan saja daripada membaca dan menulis [3]. Kemudian dalam rangka mangatasi beberapa persoalan tersebut, pada tahun 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia sepakat untuk mencanangkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan tujuan sebagai berikut: (1) meningkatkan budaya literasi membaca serta menulis untuk siswa di sekolah, (2) menaikkan kesadaran masyarakat serta lingkungan terhadap begitu pentingnya budaya literasi, (3) mengubah sekolah jadi taman belajar yang mengasyikan dan ramah anak, dan (4) menyediakan berbagai buku untuk sumber bacaan serta ruang bermacam strategi membaca agar membantu proses belajar yang sedang berlangsung (Suragangga, 2017) [3].

Berikut adalah prinsip program gerakan literasi sekolah, seperti pendapat yang dikemukakan (Suragangga, 2017): (1) Harus dilakukan secara berkesinambungan, (2) Harus dilakukan dengan berbagai teks, (3) Harus dilakukan dilakukan secara terpadu dan holistik di semua bidang kurikulum, (4) harus melibatkan keterampilan komunikasi lisan dan (5) harus mempertimbangkan keragaman [3]. Membaca sekitar 15 menit sebelum memulai proses pembelajaran merupakan salah satu cara untuk memupuk budaya literasi yang ada di sekolah. Gerakan literasi di sekolah ini pasti memiliki tujuan. Ada dua tujuan dalam buku panduan gerakan literasi sekolah yakni: tujuan umum serta tujuan khusus. Budaya membaca sehari-hari merupakan tujuan utama dari gerakan literasi sekolah yang memiliki tujuan untuk membangun karakter pada siswa. Tujuan khusus kedua dari gerakan literasi sekolah adalah memupuk budaya literasi sekolah, dengan cara terus meningkatkan kemampuan lingkungan sekolah dan warga, serta membuat sekolah menjadi taman belajar yang mengasyikan dan ramah anak sehingga semua siswa dapat memperluas pengetahuan dan melanjutkan pendidikan mereka.

Ada tiga tahapan yang harus mencakup pada program gerakan literasi sekolah berdasarkan buku pedoman literasi sekolah dasar, yakni: (1) tahap pembiasaan: Pada titik ini, tujuan kegiatan literasi adalah menumbuhkan minat baca siswa, (2) tahap perkembangan: Pada titik ini, tujuan gerakan literasi adalah membangkitkan minat baca siswa, (3) tahap pembelajaran: Tujuan gerakan literasi sekolah pada titik ini adalah untuk menjaga minat baca siswa [4]. Nilai–nilai budi pekerti dapat ditanamkan sejak anak masih pada jenjang usia dini karena sejatinya guna untuk membentuk manusia menjadi pandai secara intelektual, dan juga cerdas secara emosional dan serta dapat menanamkan nilai–nilai religious ke dalam kehidupan sehari–hari. Sekolah dasar adalah masa dimana anak–anak mulai berada di usia emas atau bisa dikatakan pada masa dimana anak–anak belum mengetahui kearah manakah ia akan berkembang. Sehingga pada masa ini anak di ajarkan untuk bisa berkembang dalam hal ilmu pengetahuan dan juga intelektualnya. Ilmu penegetahuan akan dapat berkembang dengan seiring berjalannya waktu, dan ilmu penegetuan akan semakin berkembang jika seorang anak dibiasakan untuk gemar membaca.

Meskipun kemeterian pendidikan dan kebudayaan sudah menetapkan system Gerakan Literasi Sekolah (GLS), namun masih banyak sekolah di Indonesia yang masih belum menerapkan GLS khususnya pada jenjang sekolah dasar negeri. Akan tetapi, sebagian besar sekolah–sekolah yang berbasis unggulan sudah menerapakan system Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Dalam penelitian studi literatur ini penulis menelaah atau mengkaji 10 jurnal yang membahas topik permasalahan yang akan diteliti. Oleh sebab itu, penelitian studi literatur yang dilakukan memiliki tujuan untuk mengkaji proses implementasi program gerakan literasi siswa sekolah unggulan berbasis islam. Bersumber dari latar belakang yang sudah dipaparkan serta dari hasil penelitian terdahulu, maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan analisis dan melakukan pengkajian lebih mendalam terkait penerapan program gerakan literasi sekolah di sekolah unggulan berbasis islam dengan melakukan penelitian study literatur yang berjudul “penerapan program gerakan literasi sekolah di sekolah unggulan berbasis islam.” Penelitian ini menganalisis 10 jurnal yang berkaitan atau memiliki tema, judul, dan pembahasan yang sama dengan topik penelitian.

Metode

Metodologi penelitian ini adalah kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, suatu masalah dikaji dari awal penelitian hingga kesimpulannya. Penelitian ini memakai metodologi literatur study.Literaturstudymerupakan rangkaian dari penelitian yang berangkaian dengan metode pengumpulan data yang melalui penggunaan kepustakaan (buku, dokumen, ensiklopedia, jurnal ilmiah, surat kabar, dan majalah [5]. Penelitian literaturstudymempunyai tujuan untuk memotret masalah dari sudut teoritis kepustakaan. Untuk memecahkan masalah, penelitian literaturx studypada dasarnya mengandalkan analisis kritis dan mendalam terhadap kepustakaan yang relevan.

Sumber Data Sumber data yaitu subyek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian yang sedang dilakukan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dari pihak ketiga bukan dari sumber primer di lapangan [6]. Artinya, informasi tersebut berasal dari temuan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan buku, artikel atau jurnal ilmiah, catatan, bukti yang ada, dan arsip-arsip yang semuanya merupakan sumber data sekunder.

Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data Metode penelitian data yakni sebuah penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat, sehingga tidak mengetahui teknik pengumpulan data yang artinya penilaian tidak akan memperoleh data yang memenuhui standar. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan sebagai settingan,sumber,danberbagaimetode(Sugiyono2015:193)[7].Teknikpengumpulandata menggunakan metode dokumen. Dalam pengumpulan dapat dilakukan dengan google schooler, publikasi, sudah terakreditasi dan terdaftar di sinta.

Dokumen adalah rekaman kejadian sebelumnya. Dokumen dapat berupa kata-kata, gambar, atau karya kolosal yang dibuat oleh seorang individu. Dokumentasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data tentang temuan studi dan sebagai bukti yang berkaitan dengan rumusan masalah yang penulis teliti.

Menggunakan analisis deskriptifx sebagai bentuk analisis data dalam penelitian ini. Langkah pertama dalam analisis deskriptif adalah mendeskripsikan suatu fakta, yang dilanjutkan dengan analisis yang tidak hanya menjelaskan isi tetapi juga memberikan pengertian dan penjelasan yang cukup.

Hasil dan Pembahasan

Implementasi gerakan literasi sekolah di sekolah dasar menjadi fokus utama penelitian yang sedang dilakukan. Untuk menentukan seberapa efektifx gerakan literasi akan dilaksanakan di sekolah dasar dengan mencari sumber data lapangan yang relevan terkait dengan penelitian ini. Hasil penelitian diperoleh 10 artikel yang terkait dengan penerapan gerakan literasi. Dalam penelitian ini yang dipilih dengan melalui google schooler, publikasi, sudah terakreditasi dan terdaftar di sinta.

Artikel yang sejalan dengan penerapan program gerakan literasi sekolah di sekolah SD yang memenuhi pembahasan:

Nama Peneliti Indeks Judul Penelitian Hasil Penelitian
FebrinaDafit, Zaka Hadikusuma JurnalBasicedu volume 4 Nomor 4,Tahun 2020 Pelaksanaan Program GerakanLiterasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Dalam kegiatan gerakan literasi perbedaan di kedua sekolah tersebut sudah sesuai hanya berbeda dipelaksaan gerakan literasi
IndahWijaya Antasari Libria, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Tahap PembiasaandiMI Muhammadiyah GandatapaSumbang Banyumas Kegiatan gerakan literasi yang dilakukan pada MI Muhammadiyah GandatapaSubang meningkatkantahapan pembiasaangerakanliterasi..
NurmalaSari Burhan, Nurchasan, ImamAgus Basuki Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 5 Nomor:3 Bulan Maret Tahun2020Halaman: 367-373 Implementasi Tahap Pembiasaan Gerakan Literasi Sekolah Tahap pembiasaan literasi di sekolah dibuat semenarik mungkin berkat gerakan literasi di Tanjung Radeb.
Ranti Wulandari JurnalKebijakan Pendidikan Edisi 3Vol.VI Tahun 2017 Implementasi KebijakanGerakan LiterasiSekolahDi Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman AlHakim Internasional Tahap sosialisasi kegiatan gerakan literasi sekolah telah berlangsung dengan sumber daya yang mendukung kegiatan ini.
Ummul Khair, Siti Partimah Fakar Estetik, Vol.2 No.2, November 2019ISSN 2622-1810 (p)2622-1829 (e) GerakanLiterasi Sekolah (GLS) di SekolahDasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup Sesuai dengan kebijakan gerakan literasi sekolah di SD Aisyiyah Unggulan, siswa dapat meningkatkan kemampuan berbahasanyapada tahap pembiasaan.
SilviaNur Priasti, Suyatno Vol. 7, No. 2: Juni2021.E-ISSN:2442-7667.PP.395-407 PENERAPANPendidikanKarakter GemarMembacaMelaluiProgramLiterasidiSekolah Dasar Dalam sekolah tersebut sudahmelaksanakan tahapan gerakan literasi yaitupembiaasaan, pengembangandanpembelajaran.
Wendri Wiratsiwi JurnalIlmiah Kependidikan.Volume: 10 Nomor2 Juni 2020. ISSN :2087-9385 Penerapan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Tahapan masih dalam pembiasaan, kurangnya buku bacaan hanya dalam buku yang diberi olehpemerintah saja.
Riadul Azimah, Otang Kurniawan JurnalPAJAR. Volume: 3 No. 4.Juni2019.ISSNCetak: 2580-8435 Implementasi Gerakan LIterasiSekolah Dalam Pembelajaran di Kelas Tinggi Tahap pembiasaan gerakan literasi masih perlu support untuk sarana dan prasarana sehingga menarik untukminat baca anak-anak
ArumNisma Wulanjani, Candradewi ProcedingOf Biology Education, 2019, 3. 1, 26-31 MeningkatkanMinat MembacaMelalui Gerakan LIterasiMembaca BagiSiswa Sekolah Dasar Kegiatan gerakan literasi ini sangat antusias untuk siswa dan termotivasi lebih meningkatkan minat dalammembaca.
Ranti Wulandari Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Vol VI Tahun 2017 Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional Dalam sekolah tersebut sudah melakukan pembiasaan gerakan literasi, siswa, guru, dan orang tua sangat menarik dengan kegiatan tersebut.
Table 1.Penulis dan Judul Artikel yang Terpilih Untuk Dianalisis dengan Penerapan Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar

Berdasarkan temuan penelitian dapat dijelaskan terkait gerakan literasi sekolah (GLS) mempunyai 2 tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum GLS merupakan mengembangkan karakter siswa dengan mengembangkan ekosistem literasi di sekolah supaya menjadi pelajaran sepanjang hayat. Sedangkan tujuan khusus gerakan literasi sekolah yakni: (1) menciptakan budaya literasi di sekolah, (2) meningkatkan tingkat literasi warga dan lingkungan sekolah, (3) membentuk sekolah sebagai tempat siswa menikmati belajar, (4) menjaga proses pembelajaran tetap berjalan dengan cara menyediakan berbagai buku yang sesuai dengan preferensi bacaan yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca siswa dan kegiatan terkait membaca selama tahap pembiasaan GLS. Dalam penelitian Purwadi et al. (2019) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memerlukan komitmen realisasinya agar dapat maju sesuai dengan pedoman yang ada [8]. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tahapan pembiasaan SD Muhammadiyah dan SD Muhammadiyah dalam hal pelaksanaan program (GLS). Penelitian ini bersifat kualitatifx dan deskriptif. Tahapan pembiasaan di SD Muhammadiyah dan SD Muhammadiyah meliputi kegiatan pembiasaan serta sarana dan prasarana yang keduanya terkait dengan gerakan literasi sekolah (GLS). Sekolah telah sepenuhnya menerapkan unsur sarana dan prasarana. Sekolah menawarkan kegiatan literasi agama seperti murojaah Al-Quran dan musabaqah Al-Qur'an, selain kegiatan minat literasi yang hampir identik. kebiasaan membaca di luar jam pelajaran. Agar sekolah dapat memaksimalkan GLS pada tahap pembiasaan, juga diperlukan fasilitas tersendiri yang tidak terintegrasi dengan pihak lain.

Berdasarkan penelitian Antasari [9] menjelaskan tentang tahap pembiasaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tahap paling awal merupakan tahap pembiasaan yang menekankan upaya untuk membentuk rutinitas membaca.. Kebiasaan yang bertahan seumur hidup, sebagai gerakan literasi sekolah memiliki tujuan untuk membentuk karakter anak-anak melewati penciptaan lingkungan literasi sekolah untuk mendorong pembelajaran sepanjang hayat. Membacakan buku pelajaran dengan suara keras dan memberikan fasilitas yang memadahi seperti literasi berupa kolam ikan dan kebun merupakan bagian dari program GLS yang telah dilaksanakan di MI Muhammadiyah Gandatapa, meskipun keterlibatan masyarakat luas masih minim. Meski program gerakan literasi sekolah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih dalam tahap awal, MI Muhammadiyah Gandatapa berupaya keras untuk mengimplementasikannya secara penuh. Namun, mengingat kondisi sekolah dan siswa yang sudah ada, sekolah melaksanakan program yang dianggap sangat berperan penting untuk tahap awal mendekatkan siswa dengan literasi manusia.

Penelitian Burhan et al. (2020) Gerakan Literasi Sekolah merupakan inisiatifx menyeluruh yang menggabungkan seluruh masyarakat sekolah dan masyarakat ke dalam ekosistem pendidikan [10]. Menurut Mendikbud, gerakan pembangunan karakter didukung oleh gerakan literasi sekolah. Dengan memakai metode penelitian kualitatif, penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan bagaimana SDIT Ash Shohwa dan SD Tanjung Redab mengimplementasikan gerakan literasi sekolah. Tahap pembiasaan penerapan GLS terus dikembangkan oleh sejumlah sekolah melalui berbagai upaya. Tahap pembiasaan merupakan langkah awal dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap literasi sekolah: 1. mengadakan sarana dan prasarana seperti taman baca, pojok literasi sekolah, dan perpustakaan, 2. memilih buku bacaan untuk literasi, 3. mempraktekkan literasi dasar sebelum terlibat dalam kegiatan membaca serta menulis, 4. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kaya akan teks, melibatkan masyarakat umum dalam pelaksanaan literasi, dimulai dari orang tua siswa.Melaksanakan setiap tahapan dalam pembiasaan gerakan literasi sekolah di masing- masingSDyangditeliti.Namun,karenasetiapsekolahdasarmemilikikewenanganuntuk membiasakan literasi di sekolah berdasarkan latar belakang sekolah, maka konsep penerapannya berbeda-beda di setiap sekolah.

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja untuk menumbuhkan lingkungan belajar serta proses belajar supaya para siswa bisa secara aktifx mengembangkan potensi dalam dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam dirinya, masyarakat, serta negara [11]. Melalui keterlibatanpublik,GLSbertujuanmengubahsekolahmenjadiorganisasipembelajaranyang warganyaadalahpembacaseumurhidup.Sebelumwaktubelajardimulai,kegiatanGLS diwujudkan dengan membaca buku nonpelajaran selama 15 menit. Kegiatan ini dilakukan untuk membangkitkan minat membaca siswa dan meningkatkan keterampilan membaca mereka sehingga mereka dapat belajar lebih cepat. SD Islam Terpadu Lukman Al Hakm International telah mendirikan sudut baca di setiap kelas untuk memfasilitasi akses mudah siswa ke sumber daya literasi yang memenuhi kebutuhan individu mereka untuk perspektifx yang luas Penelitian deskriptifx denganpendekatankualitatifdigunakandalamjenispenelitianini.Programkelompokbaca, motivasi pagi, pojok baca di setiap kelas, pembaca terbaik bulan ini, pecinta buku, kelas bercerita, dan papan buletin merupakan komponen dari Kebijakan SDIT LHI untuk Gerakan Literasi Sekolah. Potensi uru-guru, dana dari orang tua, sekolah, pemerintah, dan sponsor menjadi sumber dukungan untuk kegiatan ini. Komitmen dari lembaga pelaksana dan birokrasi sekolah yang tertata dengan baik ketersediaan fasilitas untuk mensosialisasikan kebijakan, bantuan buku dari orang tua, waktu dan uang, semangat belajar guru, dan partisipasi semua warga sekolah dalam program sekolah merupakan faktor pendukung.

Penelitian Khair et al. [12] Untuk mencapai tujuan individu dan sosial, pendidikan adalah alat yang paling strategis dan penting. Di bawah arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan yang bekerja sama dengan warga sekolah, masyarakat, akademisi, dan pihak[13]. Siswa didorong untuk terbiasa membaca buku. Kebiasaan ini dilakukan seperti 15 menit membaca, dengan berbagai kegiatan literasi yang melibatkan keterampilan reseptifx dan produktif[14]. Elemen pendukung dan penghambat dalam penerapan program gerakan literasi sekolah akan dijelaskan dengan memakai teori penerapan oleh Edward III yang terdiri dari komunikasi, sumber daya, komitmen, serta struktur birokrasi[15]. Wawancara, observasi, dan dokumentasi dimanfaatkan dalam metode pengumpulan data pada penelitian deskriptifx kualitatif ini[16]. Antusiasme siswa yang muncul dapat diterapkan dengan kegiatan membaca serta menulis di dalam ataupun di luar kelas yang menunjukkan bahwa dalam kegiatan literasi di SD unggulan Aisyiyah sudah terlaksana dengan baik serta berperan dalam peningkatan minat baca serta menulis siswa[17]. Siswa berperan aktifx di dalam aktivias literasi dengan cara mengunjungi perpustakaan pada saat jam literasi[18]. Meningkatnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa kegiatan literasi membuktikan bahwa secara tidak langsung dapat mendorong siswa agar gemar membaca serta menulis. Siswa juga mendapat manfaat dari kegiatan literasi dengan menambah wawasan, meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dan membaca, serta mulai menyenangi kegiatan menulis.

Simpulan

Makna yang terungkap dari penelitian ini berasal dari temuan penelitian dan pembahasannya. Setelah menyelesaikan setiap tahapan penelitian, diawali dengan pendahuluan, mempelajari teori, dan mengolah analisis temuan penelitian, maka peneliti menyimpulkan temuan penelitian mengenai implementasi program gerakan literasi sekolah di sekolah unggulan berbasis Islam.

Gerakan literasi dilaksanakan pada sekolah-sekolah Islam pada tingkat pembiasaan. Melalui kegiatan yang sangat mengasyikan dalam lingkungan sekolah, maka dari itu sekolah telah membentuk rutinitas membaca. Sekolah menerapkan rutinitas di mana kegiatan pagi diadakan 15 menit sebelum kelas dimulai. Menumbuhkan minat siswa dalam membaca agar dapat meningkatkan kecakapan literasi pada siswa.

Pembelajaran berlandaskan literasi digunakan di sekolah dasar Islam. Hal itu ditunjukkan dengan cara pengajar dengan memberikan cara kepada siswa untuk gemar membaca buku di rumah atau di pojok baca yang telah disediakan oleh guru di dalam kelas. Kemudiaan siswa diberikan arahan untuk membuat tanggapan dan kesimpulan yang dikembangkan dalam Bahasa mereka dan berdasarkan kemampuan mereka sendiri. Dengan menghubungkan sumber belajar bagi siswa berasal dari buku-buku yang ada di sudut baca, pengajar memanfaatkan sudut baca sebagai alat bantu belajar.

References

  1. B. Antoro, "Gerakan Literasi Sekolah dari Pucuk hingga Akar: Sebuah Refleksi," Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017.
  2. H. H. Batubara and D. N. Ariani, "Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Gugus Sungai Miai Banjarmasin," J. Pendidik. Sekol. Dasar, vol. 4, no. 1, pp. 15, 2018, doi: 10.30870/jpsd.v4i1.2965.
  3. P. R. Wana and P. A. Dwiarno, "Implementasi Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Budaya Literasi di Sekolah Dasar," J. Tunas Bangsa, vol. 5, no. 2, 2018.
  4. Y. Abidin, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
  5. N. S. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
  6. M. Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
  7. R. R. Gumilang, "Implementasi Digital Marketing Terhadap Peningkatan Penjualan Hasil Home Industri," Coopetition J. Ilm. Manaj., vol. 10, no. 1, 2019.
  8. P. Purwadi, M. Hendrik, and S. K. Arafatun, "Gerakan literasi sekolah (gls) tahap pembiasaan: perbedaan implementasi antara sd negeri 3 pangkalpinang dengan sd stkip muhammadiyah bangka belitung," Semin. Nas. Pendidik., pp. 280–296, 2019.
  9. I. W. Antasari, "Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan di MI Muhammadiyah Gandatapa Sumbang Banyumas," Libria, vol. 9, no. 1, 2017.
  10. N. S. Burhan, N. Nurchasanah, and I. A. Basuki, "Implementasi Tahap Pembiasaan Gerakan Literasi Sekolah," J. Pendidik. Teor. Penelitian, dan Pengemb., vol. 5, no. 3, pp. 367, 2020, doi: 10.17977/jptpp.v5i3.13271.
  11. R. Wulandari, "Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional," J. Kebijak. Pendidik. Ed. 3, vol. VI, pp. 319–330, 2017.
  12. U. K. Siti Partimah Fakar, "Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup," Estet. J. Bhs. Indones., vol. 2, no. 2, pp. 113, 2019, doi: 10.29240/estetik.v2i2.1271.
  13. S. N. Priasti and S. Suyatno, "Penerapan Pendidikan Karakter Gemar Membaca Melalui Program Literasi di Sekolah Dasar," J. Kependidikan J. Has. Penelit. dan Kaji. Kepustakaan di Bid. Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, vol. 7, no. 2, pp. 395, 2021, doi: 10.33394/jk.v7i2.3211.
  14. F. Dafit and Z. H. Ramadan, "Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar," J. Basicedu, vol. 4, no. 4, pp. 1429–1437, 2020, doi: 10.31004/basicedu.v4i4.585.
  15. W. Wiratsiwi, "Penerapan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar," Refleks. Edukatika J. Ilm. Kependidikan, vol. 10, no. 2, pp. 230–238, 2020, doi: 10.24176/re.v10i2.4663.
  16. R. Azimah, "Implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam Pembelajaran di Kelas Tinggi," J. PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), vol. 3, no. 4, pp. 934–947, 2019, doi: 10.33578/pjr.v3i4.7567.
  17. R. Wulandari, "Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Al Haim Internasional," J. Kebijak. Pendidik. UNY, vol. 6, no. 3, pp. 319–330, 2017.
  18. A. N. Wulanjani and C. W. Anggraeni, "Meningkatkan Minat Membaca melalui Gerakan Literasi Membaca bagi Siswa Sekolah Dasar," Proceeding Biol. Educ., vol. 3, no. 1, pp. 26–31, 2019, doi: 10.21009/pbe.3-1.4.