Abstract

This study investigates the impact of hybrid learning on student motivation, focusing on class 2A students across varying levels of academic achievement. Employing a qualitative approach with a phenomenological lens, data was gathered through observation, interviews, documentation, and questionnaires. Validity was ensured through technical triangulation. The findings reveal a significant increase in student motivation following the implementation of hybrid learning. Students demonstrated heightened enthusiasm, attentiveness, earnestness, and active engagement in discussions and internet-based research. These results underscore the potential of hybrid learning to enhance student motivation, thus suggesting its relevance for contemporary educational practices.

Highlights :

  • Hybrid learning fosters student motivation: The study showcases how hybrid learning positively impacts students' motivation, resulting in increased enthusiasm and active participation in the learning process.

  • Phenomenological inquiry: Employing a qualitative phenomenological approach, the research delves into the subjective experiences of students, providing rich insights into their perceptions and behaviors within the hybrid learning environment.

  • Implications for educational practice: The findings underscore the potential of hybrid learning as a strategy to enhance student engagement and academic achievement, suggesting its relevance for contemporary educational practices worldwide.

Keywords: Hybrid learning, Student motivation, Phenomenological approach, Academic achievement, Qualitative research

Pendahuluan

Pendidikan merupakan usaha meningkatkan kesejahteraan manusia dan bagian dari pembangunan nasional. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang dilalui, oleh karena itu pendidikan harus dikelolah dengan baik secara kualitas dan kuantitas. Proses pembelajaran yang terencana dan berjalan dengan baik akan memudahkan dan membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat diraih. Sehingga dalam hal ini pendidikan diharapkan menjadi suatu sarana dalam mengembangkan generasi penerus bangsa menjadi warga negara yang mampu menghadapi berbagai tantangan akademik dan bisnis di masa depan serta menjadi pribadi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara [1].

Motivasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, sebagai langkah awal untuk memberikan semangat tentang apa yang akan dipelajari [2]. Salah satu bentuk motivasi yang sering diberikan oleh guru kepada siswanya adalah dengan memberikan penjelasan manfaat dari materi yang akan disampaikan untuk kebutuhan siswanya. Motivasi belajar anak-anak muda tidak akan lenyap tapi ia akan berkembang dalam cara-cara yang bisa membimbing mereka untuk menjadikan diri mereka lebih baik atau juga bisa sebaliknya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru. Motivasi belajar siswa masih rendah, hal ini terlihat dari kurangnya persiapan siswa ketika waktunya pelajaran dimulai di kelas. Meskipun setiap siswa sudah mempunyai sumber belajar (buku paket) akan tetapi mereka masih saja ada yang lupa membawanya ataupun mereka membawanya tapi hanya dibawa saja, tidak mencoba untuk memahaminya. Hal ini juga di dukung beberapa fakta di dalam kelas antara lain kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukan dengan kurangnya pertanyaan maupun tanggapan yang ditujukan untuk guru dan kurangnya perhatian siswa pada materi yang diajarkan.

Faktor - faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Syamsu Yusuf dalam skripsi Rahmawati yaitu 1) Faktor internal a) Faktor psikologis yaitu faktor dari esensial yang menyambung dengan prespektif yang dapat aktif atau menahan kegiatan belajar siswa, faktor ini berkaitan dengan jiwa siswa. b) Faktor fisik yaitu faktor yang dapat merubah dari segi tubuh dan performa pribadi terdiri dari gizi, panca indra dan Kesehatan. 2) Faktor eksternal a) Faktor sosial yaitu faktor yang bermula dari seseorang lingkungan sekitar siswa yaitu teman sebangku, guru, orang tua dan sebagainya. b) Faktor nonsial merupakan faktor yang berawal dari keadaan fisik di sekeliling siswa seperti waktu, udara, fasilitas belajar dan tempat [3].

Menurut Sardiman terdapat beberapa indikator digunakan untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar yaitu tidak mudah putus asa, tekun mengerjakan tugas, mudah bosan dengan tugas- tugas yang rutin, minat dengan masalah orang dewasa, bekerja mandiri, suka mencari dan memecahkan soal baru, dan dapat mempertahankan pendapatnya [4]. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa diperlukan suatu pembelajaran yang menarik dan mampu memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dan sedang berkembang saat ini yakni Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah model pembelajaran HybridLearning.Hybrid learning dikonsepkan sebagai suatu pendekatan pendidikan dengan memakai sistem penggabungan pendidikan online dengan pendidikan tatap muka [5]. Hybrid Learning mempunyai model pelaksanaan yang terdiri dari unsur-unsur tatap muka, personalisasi, blended learning, perlengkapan pendidikan yang adaptif, social distancing, agenda yang fleksibel, pendidikan jarak jauh, serta faktor kesehatan serta keselamatan [6]. Selain itu hybrid learning menyediakan area interaktif antara guru serta area sosial, membentuk kemandirian siswa dalam tingkatkan keterampilannya, serta tingkatkan kinerja pengajar dalam melaksanakan manajemen pendidikan [7]. Saat ini program hybrid yang berkembang adalah penggabungan dari satu atau lebih dimensi perkualiahan face to face, synhronous virtual collaboration, ansyncronous virtual collaboration, dan self pace asynchronous [8].

Hybrid learning dikonsepkan sebagai suatu pendekatan pendidikan dengan memakai sistem penggabungan pendidikan online dengan pendidikan tatap muka [9]. Adapun indikator hybrid learning dikategorikan menjadi 3 yaitu : a. hybrid learning yaitu lingkungan pembelajaran yang menggunakan teknologi internet dalam mengakses materi pembelajaran, b. Pembelajaran tatap muka (face to face learning) mempertemukan guru dengan siswa dalam satu ruangan untuk belajar, c. Belajar mandiri (individualizad learning) yaitu siswa dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi atau materi pembelajaran secara online via internet [10]. Berdasarkan definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa hybridlearningmerupakan penggabungan antara belajar online dengan pembelajaran tatap muka biasa offline. Hanya saja dalam penerapannya perlu adanya penyesuaian, yang mana tergantung kondisi sekolah dan tempat tinggal siswa [11]. Berdasarkan uraian diatas artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan hybrid learning pada motivasi belajar siswa kelas 2A SD Islam Sari Bumi Sidoarjo.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisi data yang diperoleh. Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche(jangka waktu). Konsep epocheadalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epochemenjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk menunda interpretasi tentang apa yang dikatakan oleh partisipan [12].

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2A Sekolah Dasar di SD Islam Sari Bumi dengan fokus Penelitian pada motivasi belajar siswa. Di laksanakan di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo. Bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan melalui interaksi dengan subjek melalui wawancara mendalam. Selain itu, upaya dapat dilakukan dengan melalui observasi pada latar tempat fenomena tersebut yang sedang berlangsung [13]. Oleh karena itu, teknik wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif merupakan teknik yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam uraian yang selanjutnya akan disajikan tentang teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket respon siswa.

Penerapan model hybrid learning melibatkan semua unsur yang ada di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo, sehingga dalam pelaksanaanya dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut. Tahap persiapan yang dilakukan oleh SD Islam Sari Bumi Sidoarjo sebelum menerapkan model hybrid learning adalah 1) rapat koordinasi, bertujuan untuk mengatur strategi dan pembagian tugas dalam pelaksanaan model Hybrid Learning di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo; 2) sosialisasi kepada siswa dan orang tua siswa untuk meningkatkan kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa agar pelaksanaan pembelajaran hybrid learning dapat berjalan lancar. Dari hasil sosialisasi dapat disimpulkan bahwa orang tua siswa sangat mendukung pembelajran hybrid learning; 3) persiapan sarana dan prasarana, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran hybrid earning merupakan pembelajaran yang memadukan tatap muka dan online, maka sarana-prasarana yang dipersiapakan juga meliputi kedua hal tersebut. Sarana untuk pembelajaran hybrid learning meliputi koneksi internet, Learning management system (LMS) dan aplikasi tatap muka secara maya melalui Whatsapp dan Google class room. Sarana untuk hybrid learning meliputi ruangan kelas sesuai prokes, termometerotomatis, wastafel, hand sanitizer; 4) persiapan kurikulum, pembelajaran hybrid learning dilengkapi dengan perangkat pembelajara baik daring maupun luring berupa silabus, media dan materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar didukung dengan media pembelajaran daring dan luring.

Pada pelaksanaan pembelajaran dengan model hybrid learning, perhatian guru berada pada dua waktu yang berbeda. Saat PJJ siswa diberikan orientasi terhadap materi yang akan dipelajari, sumber dan bahan yang sudah disiapkan dan dapat diakses pada LMS misalnya google classroom, sehingga siswa dapat membaca, telaah, mendalami dan mengerjakan komponen tes yang telah disiapkan oleh guru. Kemudian pada saat PTM, tugas guru adalah melakukan konfirmasi dan klarifikasi, pada saaat PTM inilah saatnya para siswa bertanya tentang banyak hal yang telah dipelajari secara mandiri. Pada saat PTM, dalam rangka mengecek pemahaman siswa, guru juga dapat memberikan penugasan untuk praktek atau project. Pada tahap evaluasi dilakukan untuk melihat efektivitas penerapan pembelajaran hybrid learning. Evaluasi dilakukan oleh para guru dan pegawai untuk meningkatkan pelayanan kepada siswa dan mencegah terjadinya penyebaran covid-19 di sekolah. Dalam tahap ini juga dilakukan pengukuran motivasi belajar siswa setelah penerapan pembelajaran hybrid learning.

Hasil dan Pembahasan

Hasil observasi ditemukan bahwa penerapan pembelajaran hybrid learning menggunakan dua metode pembelajaran yaitu online dan offline. Mengingat adanya kondisi pandemi yang tidak memungkinkan adanya pertemuan tatap muka secara langsung antara pendidik dan peserta didik maka dari pihak lembaga pendidikan (sekolah) meminta bantuan (kerja sama) dengan wali siswa untuk pembelajaran secara langsung (offline). Dengan dukungan antara pendidik dengan wali siswa yang memiliki komunikasi yang baik akan memperlancar penerapan model pembelajaran hybrid learning. Seperti yang diterapkan di SD Islam Sari Bumi. Peneliti disini memberikan beberapa angket kepada siswa yang telah dikategorikan tingkat prestasi dengan bantuan wali kelasnya yaitu tingkat tinggi, sedang, dan rendah.

Figure 1.Hasil Angket Motivasi Siswa

Dari hasil wawancara kepada siswa penulis deskripsikan temuan-temuan penelitian yang didapatkan dari informan. 1) Penulis menanyakan kepada informan yaitu Apa yang dirasakan pada saat pelaksaan kegiatan hybrid learning. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa merasa kalau pelaksanaan kegiatan belajar dirumah itu membosankan akan tetapi bisa fokus untuk belajar mandiri. 2) Penulis menanyakan kepada informan yaitu apa aplikasi yang sering anda gunakan untuk mempemudah proses belajar. Berdasrkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang sering digunakan yaitu whatsapp dan google class room, zoom meeting. 3) Penulis menanyakan kepada informan yaitu adakah factor yang menghambat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor penghambatnya seringkali terkendala sinyal. 4) Penulis menanyakan kepada informan yaitu Bagaimana dengan antusias anda pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa antusias siswa masih bersemangat saat proses pembelajaran berlangsung. 5) Penulis menanyakan kepada informan yaitu apakah selalu belajar mandi atau selalu didampingi oleh orangtua. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri atau selalu didmpingi oleh orangtua yaitu kebanyakan dri meraka menjawab lebih sering mandiri akan tetapi masih dalam pengawasan orangtua. 6)Tanggapan pelaksaan hybrid learning dan tatap muka. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa tanggapan siswa tentang pelaksanaan hybrid learning dan tatap muka berjalan dengan lancar akan tetap tampak terlihat dari siswa bahwa lebih suka belajar tatap muka.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti beberapa kali, diketahui bahwa penerapan pembelajaran hybrid learning di kelas 2A telah mencakup semua komponen dalam pembelajaran blended learning yaitu pembelajaran online yang dilakukan dengan menggunakan media online seperti whatsapp dan google class room, zoom meeting. Siswa dan guru berinteraksi secara tidak langsung melalui media-media tersebut dan melaksanakan pembelajaran dengan tahapan hybrid learning. Komponen pembelajaran tatap muka dilakukan untuk pendalaman materi apabila masih ada materi yang belum dipahami pada pembelajaran online. Sementara untuk komponen belajar mandiri, siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang biasanya dijemput di hari Senin atau juga dapat mengerjakan tugas yang diberikan melalui media online. Namun dalam penelitian ini peneliti menggabungkan komponen pembelajaran online dengan belajar mandiri. Karena pada dasarnya belajar mandiri akan mengarah pada pembelajaran jarak jauh yang nantinya juga melibatkan penggunaan media online dalam proses pembelajarannya Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan 74 pendapat oleh Istiningsih dan Hasbullah yang menyebutkan bahwa komponen-komponen pembelajaran blended learning diantaranya : a. Online learning yaitu lingkungan pembelajaran yang menggunakan teknologi internet dalam mengakses materi pembelajaran, b. Pembelajaran tatap muka (face to face learning) mempertemukan guru dengan siswa dalam satu ruangan untuk belajar, c. Belajar mandiri (individualizad learning) yaitu siswa dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi atau materi pembelajaran secara online via internet[14].

Analisis data angket, sebanyak 6 siswa sudah memiliki motivasi belajar yang baik. Sementara 2 siswa belum memiliki motivasi belajar yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar siswa sudah memiliki adanya Hasrat keinginan berhasil dengan belajar tanpa disuruh. Kemudian, siswa memiliki sikap pantang menyerah apabila menemukan sesuatu hal yang dianggap sulit dengan bertanya kepada teman yang lebih mengerti atau kepada guru. Selain sikap positif yang tumbuh dalam diri siswa, banyak juga sikap yang masih harus diperbaiki, diantaranya siswa belum mampu belajar secara mandiri dan masih bergantung dengan orang lain untuk berdiskusi bahkan sekedar menyalin pekerjaan temannya. Waktu yang digunakan siswa kadang terbuang hanya untuk bermain atau mengerjakan hal-hal yang tidak perlu sehingga menghambat proses pembelajaran. Minat dalam diri siswa perlu ditumbuhkan agar memiliki kesadaran untuk berprestasi, bukan sekedar untuk memperoleh nilai melainkan melihat proses dan mendapatkan ilmu-ilmu yang berguna bagi masa depan [15]. Hasil angket tersebut didukung oleh hasil wawancara 3 siswa yang dipilih berdasarkan nilai tertinggi, sedang, dan terendah. Pengambilan siswa ini akan memperkuat jawaban siswa terhadap angketnya.

Hasil wawancara dengan narasumber pertama, yakni siswa yang memperoleh nilai tertinggi, menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki keinginan untuk mempertahankan sebuah prestasi. Sedangkan dengan narasumber kedua, siswa dengan kategori nilai sedang, menunjukkan bahwa ia hanya mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas karena sekedar membutuhkan nilai. Ia tidak peduli apakah ia mengerti materi atau tidak yang terpenting nilai tersebut bisa mendongkrak nilai-nilainya yang kurang bagus. Berbeda halnya dengan narasumber ketiga, siswa dengan nilai terendah, ia akan mengikuti pembelajaran dengan baik apabila suasana hatinya juga sedang baik. Ia mengakui bahwa ia tidak mampu berkonsentrasi terlalu lama dan mudah terganggu oleh lingkungan sekitar atau temannya.

Hal ini berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, ia akan aktif mengikuti pembelajaran apabila ia mengerti materi dan menyukai materi tersebut sehingga terbukti pada hasil belajarnya yang tergolong rendah. Berdasarkan dua hasil analisis data di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki motivasi belajar dengan kategori baik. Hal ini membuktikan pendapat guru bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki motivasi belajar meskipun tidak terlalu baik. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, penerapan model hybrid learning dikatakan dapat meningkatkan motivasi yang baik. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang mengatakan bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki inisiatif dari dalam diri walaupun tidak seutuhnya.

Penerapan hybrid learning ini terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari munculnya indikator-indikator motivasi belajar siswa di kelas setelah dilakukannya pembelajaran hybrid learning. Siswa terlihat bersemangat, penuh perhatian,bersungguh-sungguh dalam belajar serta aktif berdiskusi dan mencari tambahan materi melalui internet. Keberhasilan proses pembelajaran hybrid learning dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tentu juga disebabkan oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh model ini. Kelebihan dari hybrid learning adalah 1) Siswa tidak hanya belajar lebih banyak pada saat sesi online yang ditambahkan pada pembelajaran tradisional, tetapi dapat meningkatkan interaksi dan kepuasan siswa, 2) Siswa dilengkapi dengan banyak pilihan sebagai tambahan pembelajaran di kelas, meningkatkan apa yang dipelajari, dan kesempatan untuk mengakses tingkat pembelajaran lebih lanjut, 3)Penyajian data, lebih cepat disampaikan siswa yang belajarnya menggunakan e-learning, dan 4) Tidak hanya belajar satu arah yang berurutan, dengan hybrid learning siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari materi yang diinginkan, serta pengaturan jadwal dan waktu yang fleksibel pada suatu mata pelajaran.

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh simpulan: 1) penerapan hybrid learning di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo dilakukan melalui tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap persiapan meliputi tahap rapat koordinasi, sosialisasi, persiapan sarana-prasarana, penyesuaian kurikulum,dan skrining siswa. Tahap pelaksanaan dilakukan secara daring dan pembelajaran tatap muka. Sedangkan tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan program hybrid learning, 2) penerapan hybrid learning di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena terlihat dari munculnya indikator-indikator motivasi belajar siswa di kelas setelah dilakukannya pembelajaran hybrid learning. Siswa terlihat bersemangat, penuh perhatian,bersungguh-sungguh dalam belajar serta aktif berdiskusi dan mencari tambahan materi melalui internet.

References

  1. M. Muhardi, "Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia," PT. Gramedia Pustaka Ilmu, vol. XX, no. 4, pp. 345–3, 2004.
  2. Kompri, "Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa," vol. 5, no. 2, 2015.
  3. R. Rahmawati, "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran," Skripsi, 2016, p. 146.
  4. A. M. Nasrah, "Analisis Motivasi Belajaar dan Hasil Belajar Daring Mahasiswa Pada Masa Pandemik Covid-19," Riset Pendidikan Dasar, vol. 3, no. 2, pp. 207–213, 2020.
  5. S. D. Mariani, D. A. Larasati, A. Stiawan, and U. N. Surabaya, "Pengaruh Pembelajaran Hybrid Learning Menggunakan Media Baamboozle Terhadap Hasil Belajar Dan Minat Belajar Siswa," vol. 2, no. 2, pp. 206–216, 2022.
  6. E. Sheninger, "Moving to a Hybrid Learning Model," A Principal’s Reflections Reflections on Teaching, Learning, and Leadership, Jun. 2020. [Online]. Available: http://esheninger.blogspot.com/2020/06/moving-to-hybrid-learning-model.html
  7. D. Hediansah and H. Surjono, "Hybrid Learning Development to Improve Teacher Learning Management," JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, vol. 3, no. 1, pp. 1–9, 2020. https://doi.org/10.17977/um038v3i12019p001
  8. H. Hendrayati and B. Pamungkas, "Implementasi Model Hybrid Learning Pada Proses Pembelajaran Mata Kuliah Statistika Ii Di Prodi Manajemen Fpeb Upi," Jurnal Penelitian Pendidikan, vol. 13, no. 2, 2016. https://doi.org/10.17509/jpp.v13i2.3430
  9. S. D. Mariani, D. A. Larasati, A. Stiawan, and U. N. Surabaya, "Pengaruh Pembelajaran Hybrid Learning Menggunakan Media Baamboozle Terhadap Hasil Belajar Dan Minat Belajar Siswa," vol. 2, no. 2, pp. 206–216, 2022.
  10. A. Tsai, "A Hybrid, E-Learning Model Incorporating Some of The Principal Learning Theories," 2011.
  11. A. S. Wahyuni, "Penerapan Model Hybrid Learning," Indonesian Journal of Educational Development, vol. 2, no. November 2021, pp. 292–297, 2021. https://doi.org/10.5281/zenodo.5681376
  12. M. N. Faradita and E. Rahmawati, "Pengaruh Hybrid Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Hybrid Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Hybrid Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada," vol. 8, no. 3, pp. 2641–2646, 2022. https://doi.org/10.36312/jime.v8i3.3774/http
  13. S. Samsu, "Metode Penelitian Metode Penelitian," Metode Penelitian Kualitatif, vol. 17, p. 43, 2017. http://repository.unpas.ac.id/30547/5/BAB III.pdf
  14. S. Y. Weniati and R. Rochmawati, "Pengaruh Blended Learning, Minat dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Masa Pandemi di SMK," Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 4, no. 3, pp. 3276–3288, 2022. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2614
  15. S. B. Sjukur, "Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK," Jurnal Pendidikan Vokasi, vol. 2, no. 3, 2012. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.411