Abstract

This study delves into the implementation of the instructional book 'Ta'alam al-'Arabiyyah Ma'ana' Volume 1 in Arabic language courses at Madrasatul Alsun Sidoarjo. Employing a descriptive qualitative approach, data was gathered through observation, interviews, and documentation. The analysis encompassed data collection, reduction, and conclusion drawing. The findings reveal a structured three-stage learning process, encompassing lesson planning, implementation, and evaluation. Supportive factors include proficient educators, student focus, discipline, and adequate facilities. Conversely, challenges encompass student attentiveness, suboptimal learning environments, and fluctuating motivation. Mitigative strategies involve targeted verbal cues, crowd control measures, and sustained motivation through reinforcing the significance and goals of Arabic language acquisition. This research provides valuable insights for optimizing Arabic language education.

Highlight:

  • Three-Stage Learning Process: The study outlines a structured approach to Arabic language education, encompassing lesson planning, implementation, and evaluation, demonstrating the importance of a well-organized curriculum.
  • Factors Influencing Success: Proficient educators, student focus, discipline, and adequate facilities are identified as supportive elements, emphasizing the role of these factors in effective language instruction.
  • Overcoming Challenges: The research highlights strategies to address challenges like student attentiveness, suboptimal learning environments, and fluctuating motivation, underscoring the need for proactive measures to enhance the learning experience.

Keyword: Arabic Language Education, Instructional Book, Implementation, Qualitative Research, Learning Process

PENDAHULUAN

Teknologi yang semakin berkembang dan maju dewasa ini telah banyak mempengaruhi keilmuan, kebudayaan masyarakat, dan peradaban Islam. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Arab mulai dari tingkat dasar hingga tinggi di berbagai lembaga pendidikan. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi kaum akademisi dan intelektual Muslim dalam memajukan sistem dan mutu pendidikan, terlebih Islam. Mengingat bahasa Arab merupakan setengah dari agama Islam [1].

Dalam mempelajari bahasa Arab ada hal-hal yang harus diperhatikan, karena bahasa Arab tidak semata-mata digunakan sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai alat untuk memahami teks-teks atau literatur berbahasa Arab yang tertuang didalam kitab kontemporer, hadist, maupun majalah dan koran berbahasa Arab. Untuk itu penting bagi siswa dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis, beserta kaidah-kaidah kebahasaan lainnya [2].

Untuk dapat memahami teks-teks berbahasa Arab, maka siswa disyaratkan memiliki pemahaman yang memadai tentang materi atau jalan cerita yang terkandung dalam teks bacaan [3], agar apa yang mereka pelajari dapat memberi pemahaman yang mendalam dan mampu meningkatkan pola pikir. Hal ini menjadi tantangan sekaligus tuntutan bagi seorang pengajar dalam membelajarkan siswanya, dalam memilih strategi, pendekatan, metode, dan media pembelajaran [4]. Buku yang merupakan sumber belajar haruslah disusun sebaik mungkin dan menarik, untuk memudahkan siswa dalam memahami materi ajar. Terlebih, buku atau modul tersebut akan menjadi pedoman siswa dalam belajar. Penggunaan buku ajar bahasa Arab di setiap lembaga pendidikan pun beragam, umumnya buku yang digunakan untuk pembelajaran bahasa Arab yaitu, mulai dari buku ajar terbitan kemenag RI, al-‘Arabiyah Bayna Yadaik, Durush Al-Lughah, Silsilah Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah, dan masih banyak lagi buku atau modul bahasa Arab dengan pengarang-pengarang luar maupun dalam negeri [5].

Maraknya pengajaran bahasa Arab yang tersebar di Indonesia, membuktikan adanya semangat dan motivasi tinggi dari siswa untuk mempelajari bahasa Rasulullah SAW, terlepas dari tujuan mereka masing-masing. Dan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang hingga kini masih diminati sebagian masyarakat adalah program kursus bahasa Arab yang berada di kelurahan Pucang, Kabupaten Sidoarjo, yakni Madrasatul Alsun. Sebuah lembaga pendidikan umum untuk pembelajaran bahasa Arab dan sebagai pusat kajian Islam, letaknya yang berada di tengah kota membuatnya disinggahi berbagai kalangan akademisi, pelajar, maupun masyarakat umum sejak pertama didirikannya pada tahun 1989. Kursus bahasa Arab (anak-anak dan dewasa), tahfidzul qur’an (menghafal al-Qur’an), halaqoh (kajian kebahasaan modern), konsultasi/training metodologi pembelajaran bahasa Arab, majelis ta’lim (bimbingan membaca kitab kuning), dan perpustakaan linguistik bahasa Arab dan keislaman turut hadir untuk melengkapi program pembelajaran bahasa Arab di lembaga Pendidikan Madrasatul Alsun.

Buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana merupakan sebuah produk dari lembaga Madrasatul Alsun yang dijadikan sebagai buku ajar dalam pembelajaran bahasa Arab pada program kursus bahasa Arab dewasa sebagai sarana keterampilan berbahasa. Buku ini disusun oleh pengasuh sekaligus kepala Madrasatul Alsun yakni, Ustadz Muhammad Naser Abdurrahman. Terbagi menjadi empat jilid, jilid 1 untuk tingkat dasar, jilid 2 untuk tingkat menengah, jilid 3 untuk tingkat atas, dan jilid 4 untuk tingkat lanjutan. Setiap jilid memiliki struktur materi yang sama, namun isi yang berbeda sesuai dengan tingkatan siswa, dan diajarkan secara berkesinambungan.. Buku ini disusun oleh kepala sekaligus pendiri Madrasatul Alsun, yakni Ustadz Muhammad Naser Abdurrahman. Alumni King Saud University tersebut, telah melakukan upaya perbaikan dalam pembuatan buku ajar yang digunakan untuk membelajarkan siswanya dalam belajar bahasa Arab. Hingga saat ini buku yang disusunnya tersebut semakin baik mulai dari desain cover hingga ke isinya.

Beberapa penelitian yang terkait dengan implementasi buku ajar dalam pembelajaran bahasa Arab sebagaimana berikut ini; 1) Nurfadila Rasyid, dkk., “Implementasi Buku Al-Arabiyatu Baina Yadaik Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Pada Program Kursus Bahasa Arab Baitul Arabi Aceh”. Fokus penelitian ini ada pada mendeskripsikan implementasi buku Al-Arabiyatu Baina Yadaik dalam pembelajaran bahasa Arab pada program kursus bahasa Arab di Baitul Arabi Aceh [6]. 2) Umi Nurmawaddah, “Implementasi Kitab Durush al-Lughah al-Arabiyah dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Siswa Kelas X MA Khozinatul Ulum Blora Tahun Ajaran 2020/2021 M”. Fokus penelitian ini ada pada gambaran implementasi kitab durush al-Lughah al-Arabiyah udalam meningkatkan pembelajaran bahasa Arab, serta faktor-faktor pendukung, penghambatnya dan solusi untuk mengatasi hambatan tersebut [7].

Anggapan bahwa mempelajari bahasa Arab itu sulit masih sering menghantui pikiran siswa, sehingga menjadikan kendala yang berujung pada hasil belajar mereka dalam mencapai kompetensi, yakni terampil dalam menggunakan bahasa Arab [8]. Masalah-masalah yang dihadapi siswa seperti ini hendaknya menjadi perhatian khusus dan tanggung jawab bagi seorang guru di kelas. Selain memahamkan materi terhadap siswa, guru juga dituntut memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa demi menjaga semangat mereka untuk terus belajar hingga mencapai tujuan mereka. Sebab, guru yang terampil adalah ia yang bekerja untuk menarik perhatian siswanya terhadap jalannya pembelajaran, sehingga ia menggunakan cara-cara khusus yang mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan di kelas [9]. Setiap guru memiliki cara masing-masing dalam menyampaikan isi materi dari buku ajar sesuai tingkat kreatifitas bagaimana mengolah siswa, waktu, dan kelas, walaupun selama penyampaian materi tentu tidak terlepas dari hambatan. Untuk alasan itulah, maka peneliti ingin meneliti buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana bagaimana ketika diterapkan di dalam kelas bagi siswa pemula atau dasar yang mana fokus penelitian ini pada buku jilid 1.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1) implementasi buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasatul Alsun Sidoarjo, 2) faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasatul Alsun Sidoarjo, 3) solusi untuk mengatasi faktor penghambat dalam mengimplementasikan buku tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui gambaran implementasi buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasatul Alsun Sidoarjo, 2) mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat selama mengimplementasikan buku tersebut, serta 3) mengetahui solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dimana berperan untuk menjelaskan bagaimana implementasai buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 ini sebagai buku panduan dalam mempelajari bahasa Arab.

Subjek penelitian ini diambil dari dua sampel yaitu guru dan siswa pengguna buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kalimat pendeskripsian tentang penggunaan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 yang juga didukung dengan gambar kegiatan pembelajaran bahasa Arab menggunakan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 [10].

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi [11]. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara, lalu observasi dilakukan dengan cara partisipan, kemudian dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan segala bentuk dokumen yang berkaitan dengan implementasi buku ajar yang digunakan untuk pembelajaran bahasa Arab.

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan [12].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi terkait implementasi buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 dalam pembelajaran bahasa Arab, faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta solusi untuk mengatasi faktor penghambat tersebut dapat disajikan dan dibahas di bawah ini.

A. Implementasi Buku Ta'alam al-'Arabiyah Ma'ana Jilid 1 dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Ada tiga tahapan dalam implementasi buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana sebagai berikut: 1) perencanaan 2) pelaksanaan 3) evaluasi.

1. Perencanaan

Sebelum mengajarkan bahasa Arab menggunakan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1, pengajar terlebih dahulu mengetahui panduan dan sistematika penggunaannya yang telah ditetapkan. Ustadz Jazuli selaku pengajar buku jilid 1 tersebut mengatakan, bahwa hampir semua guru yang mengajar adalah alumni lembaga Madrasatul Alsun, jadi secara tidak langsung mereka sudah lebih banyak mengetahui cara pembelajaran di kelas, sehingga jika ingin menerjunkan mereka untuk mengajar hanya diberi arahan cara mengajar dan microteaching oleh kepala lembaga tersebut sesuai prosedur pemakaian buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana yang terdapat dalam buku panduan sekaligus waktu pembelajaran [13].

Berdasarkan hasil studi dokumentasi melalui buku panduan mengajar pembelajaran bahasa Arab di Madrasatul Alsun menunjukkan bahwa pengajar dalam mengajarkan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 sudah sesuai dengan prosedur yang terdapat pada buku panduan yang dibuat dengan cukup baik dan ringkas, serta sesuai dengan materi. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) hendaklah disusun dengan baik dan detail dan mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam kelas termasuk penilaian dan target pembelajaran yang ingin dicapai agar tujuan pembelajaran semakin terarah [14]. Adapun mengenai detail RPP yang digunakan di lembaga Madrasatul Alsun sebagaimana terlampir pada bagian lampiran.

2. Pelaksanaan

Setelah melaksanakan perencanaan, kemudian terjadi pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Arab, yaitu dengan mengimplementasikan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1. Buku tersebut digunakan sebagai acuan siswa dalam mempelajari keterampilan berbahasa dalam kelas. Untuk pengajaran sesuai dengan tingkat kemampuan, buku tersebut terbagi menjadi empat jilid. Jilid 1 untuk tingkat dasar, jilid 2 untuk tingkat menengah, jilid 3 untuk tingkat atas, dan jilid 4 untuk tingkat lanjutan. Setiap jilid memiliki struktur materi yang sama, namun isi yang berbeda sesuai dengan tingkatan siswa, dan diajarkan secara berkesinambungan. Berdasarkan studi dokumentasi peneliti, di dapati bahwa kosakata yang ada dalam buku cukup sederhana aplikatif, gambar yang menarik, kaidah-kaidah kebahasaan yang mudah, serta latihan-latihan soal turut melengkapi buku ini. Bahasa yang digunakan dalam buku inipun tentu menggunakan fushah, yang mana dapat memudahkan siswa yang merupakan penutur non Arab untuk bisa menyelami bahasa Al-Qur’an. di dalam buku ini mengandung beberapa dars, satu dars tersebut mengandung materi antara lain; al-qiro’ah, ta’bir syafawiyyan wa taqririyan, al-Qowaid an-Nahwiyah, idhofi, dan tadribat.

Berdasarkan hasil observasi di kelas, kegiatan pembelajaran bahasa Arab yang terjadi sesuai dengan ungkapan yang disampaikan Ustadz Naser, yakni selama proses pelaksanaannya terdapat tiga tahapan sebagaimana berikut ini:

a. Kegiatan Awal

Ustadz Naser selaku kepala madrasah sekaligus pengajar buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana Jilid 1 ini mengatakan bahwa, sebelum penyampaian materi guru membimbing siswa untuk berdoa, agar mendapatkan kemudahan dalam memahami ilmu. Setelah itu, menanyakan kabar siswa sembari mengamati kehadiran siswa. Selanjutnya menanyakan pembahasan terakhir, lalu mengulas sedikit tentang materi tersebut [13].

Hal ini sejalan dengan pengamatan peneliti melalui observasi, bahwa guru melakukan rangkaian kegiatan tersebut di awal sebelum penyampaian materi, tidak lain sebagai stimulus siswa untuk merespon apa yang telah mereka pelajari. Bagaimana para siswa antusias dalam merespon pertanyaan dari guru di kelas saat proses mengulas pelajaran, fenomena ini sesuai dengan hukum latihan (Law of Exercise), yaitu jika respon terhadap stimulus diulang-ulang, maka akan memperkuat hubungan antara respons dengan stimulus. Sebaliknya jika respons tidak digunakan, hubungan dengan stimulus akan semakin lemah [15].

b. Kegiatan Inti

Figure 1. Proses Pembelajaran dalam Kelas

Menurut pernyataan Ustadz Naser ketika sesi wawancara, bahwa pada kegiatan inti terjadi banyak intruksi yang dilakukan guru kepada siswa dalam memberikan setiap materi. Guru mengarahkan siswa untuk berbicara dan berdialog sesuai topik-topik yang disajikan di setiap materi dalam buku ajar, kemudian memberikan materi tambahan qowaid yang ada pada setiap bab, lalu membahas bersama soal mengenai bab qowaid tersebut. Topik-topik materi tersebut diantaranya: Hiwar, Qiroah, Ta’bir Syafawiyan wa Tahririyan, Qowaid Nahwiyah, Idhofi, dan Tadribat[13].

Hal ini sesuai dengan observasi peneliti bahwa apa yang disampaikan narasumber benar, bahwa proses interaksi antara guru dengan siswa membuat suasana kelas aktif dengan metode yang bervariatif yang digunakan guru di kelas. Terlihat bahwa guru melatih siswa agar terbiasa berbicara bahasa Arab selama proses pembelajaran pada topik-topik berikut ini:

1) Hiwar : Berisi percakapan sederhana antara 2 orang mengenai suatu topik. Dalam hal ini penerapannya dimulai dengan guru yang mencontohkan kemudian siswa menirukan, hal ini dilakukan secara berulang-ulang sembari memberi arti pada kosakata baru.

Figure 2.Materi Hiwar

2) Qiro’ah : Berisi teks cerita yang beragam dan dilengkapi dengan latihan-latihan soal. Guru membacakan teks sepenggal demi sepenggal sembari mengartikan kosakata baru, kemudian ditirukan siswa. Setelah itu pengajar bertanya kepada siswa dengan pertanyaan yang mengandung unsur ما, لماذا, متى, أين, كيف, kemudian siswa menjawab. Lalu pengajar menunjuk salah satu siswa untuk membaca teks tersebut secara bergiliran dan diakhiri dengan tanya jawab antar siswa.

Figure 3.Materi Qiro’ah

3) Ta’bir Syafawiyan wa Tahririyan : Berisi rangkaian cerita bergambar imajinatif yang menjadi kesatuan cerita. Guru bercerita mengenai cerita bersambung tersebut sesuai urutan gambar sembari memberikan contoh kepada siswa, siswa mendengar lalu menirukan bercerita yang telah dicontohkan secara bergiliran, selanjutnya terjadi kegiatan berdialog antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa terkait cerita tersebut. Dialog tersebut berisi tanya-jawab sesuai acuan pertanyaan yang ada pada buku. Terkadang guru juga memerintahkan siswa untuk menulis cerita bersambung tersebut dalam bentuk tulisan. Pada materi ini bertujuan untuk terampil berbicara dan menulis, berimajinasi serta membuat karangan.

Figure 4.Materi Ta’bir Syafawiyan wa Tahririyan

4) Qowaid Nahwiyah wa Tadribat : Berisi teks cerita yang sebagian besar mengandung tsaqofah islamiyah (kebudayaan islam) dan kaidah-kaidah kebahasaan. Guru membacakan teks cerita terlebih dahulu kemudian diikuti oleh siswa, sembari mengartikan kosakata yang baru. Selanjutnya pengajar bertanya tentang cerita tersebut, lalu siswa menjawab. Kemudian siswa diperintah untuk membaca di akhir dengan sesi tanya jawab antar siswa. Setelah dirasa cukup, barulah pindah kepada kaidah. Guru memberikan contoh yang mudah dengan menggunakan media papan tulis sembari menjelaskan. Setelah itu, pengajar mengajak siswa berlatih soal terkait kaidah itu secara bersama-sama. Terkadang juga menunjuk siswa untuk menjawab soal dari kaidah tersebut untuk mengukur pemahaman siswa.

Figure 5.Materi Qowaid Nahwiyah dan Tadribat

5) Idhofi : Berisi rangkaian gambar bersambung yang menceritakan sebuah peristiwa. Pengajar membacakan satu per satu kata kunci kosakata dari gambar bersambung kemudian mengartikannya. Setelah itu dilanjutkan menggunakan kosakata tersebut untuk merangkai cerita hingga memiliki makna. Pengajar mencontohkan sepenggal demi sepenggal lalu ditirukan siswa. Kemudian memerintah salah satu siswa untuk bercerita dan diakhiri dengan tanya jawab antar siswa.

Figure 6.Materi Idhofi

c) Kegiatan Akhir

Ustadz Naser menyampaikan, bahwa sebelum mengakhiri pelajaran guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum dipahami atau dikuasai dari materi yang sudah disampaikan, barulah kemudian ditutup dengan doa sekaligus memotivasi siswa tentang pentingnya aktif berbicara bahasa Arab di kelas [13].

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di kegiatan akhir ini, keadaan di kelas sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Ustadz, bahwa di akhir penyampaian materi ketika guru menawarkan pertanyaan banyak cukup banyak siswa yang bertanya, dan motivasi yang diberikan Ustadz seakan mampu memberi semangat bagi siswa dalam belajar. Menurut Syachotin dan Suprapti, bahwa memberikan motivasi belajar bagi siswa merupakan bagian dari kinerja guru, sebab dengan stimulus yang diberikan guru ini dapat mendorong siswa untuk menumbuh kembangkan minat dan bakatnya melalui proses belajar-mengajar di kelas [16].

1. Evaluasi

Proses evaluasi yang dilakukan setiap lembaga pendidikan tentulah beragam, berkenaan dengan tujuan dari adanya proses pembelajaran di dalamnya. Adapun menurut Imam, Thohir, dan Ainin, mendefinisakan tentang evaluasi, yaitu suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data-data untuk menentukan apakah seorang siswa dipandang telah mencapai target keterampilan, pengetahuan yang bermuara pada tujuan pembelajaran. Sebuah data dikumpulkan untuk diambil keputusan dengan menggunakan berbagai pertimbangan yang digunakan dalam mengambil keputusan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan nilai. Dan diantara pertimbangan yang digunakan dalam mengambil keputusan adalah a) patokan yang telah ditentukan dan b) kriteria. Adapun data-data yang dikumpulkan dalam evaluasi ada 2 macam, yaitu: angka-angka, dan non angka [17].

Sebagaimana wawancara dengan Ustadz Naser, beliau mengungkapkan bahwa selama mengimplementasikan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 tidak ada sistem ujian, pembelajaran bahasa Arab ini harus tuntas di kelas, metode di madrasatul alsun disini menggunakan metode campuran yang arahnya kepada praktik penggunaan. Komposisi praktik 90% dan teori 10%, artinya seluruh kegiatan berbahasa dimaksimalkan selama 90 menit setiap pertemuan yang hanya 3 kali dalam sepekan dengan berlatih berbicara bahasa Arab. Tidak ada pekerjaan rumah (PR) juga karena hal itu akan membebankan siswa, Sebab itu diperlukan untuk membaca kitab kuning. Yang menjadi tolak ukur pemahaman siswa mengenai materi adalah kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari pengajar atau siswa dan keaktifan berbicara siswa selama di kelas. Guru harus mengetahui tentang kesalahan dan kekeliruan siswa saat berlatih bicara menggunakan bahasa Arab, jadi ketika siswa salah guru tidak memberikan kritik seketika, namun membiarkan siswa mengeksplor bahasa yang mereka gunakan. Saat akhir sesi guru memberitahu kesalahannya dan membetulkan, keadaan ini disebut juga dengan metode guru diam . (kutipan)

Pernyatan dari Ustadz Naser diatas sesuai dengan hasil observasi peneliti di kelas. Di beberapa pertemuan tata muka tidak ada satupun tugas rumah yang diberikan, begitupun juga dengan ujian yang tidak pernah ada. Evaluasi belajar disini hanya satu arah, yakni dari Ustadz Naser yang mampu mengukur siswa yang dibuktikan dengan kemampuan membaca teks bacaan maupun kitab kuning kontemporer yang dipelajari setelah tuntas dari buku jilid ke empat, hal ini sehubungan dengan tujuan pembelajaran bahasa Arab yang ada di Madrasatul Alsun.

A. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Buku Ta’alam Al-‘Arabiyyah Ma’ana dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Setiap pelaksanaan pengajaran menggunakan buku ajar tentu didalamnya tidak luput dari adanya faktor pendukung dan penghambat yang mengiringi. Dimana munculnya hal tersebut dapat bersumber dari manapun, tidak terkecuali pada implementasi buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 di Madrasatul Alsun. Sebagaimana pernyataan dari Ustadz Jadzuli, selaku pengajar buku tersebut mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat, sebagai berikut [18]:

1. Faktor Pendukung

a. Guru yang Profesional. Salah satu faktor pendukung belajar itu dari profesionalisme seorang guru, yakni bagaimana ia selama mengajar dikelas, semakin guru ikhlas dalam menjalankan profesinya maka sebagai guru akan dan dapat menghasilkan lulusan yang luar biasa juga. Seorang guru bahasa Arab juga dituntut mampu melaksanakan pembelajaran dengan inovatif, maksudnya adalah setelah membuat perencanaan pembelajaran, guru tidak boleh statis dengan metode dan teknik yang monoton ketika mengajar. Ia harus bisa membuat inovasi baru dan variatif. Yang mana hal ini akan membuat siswa terdorong dan terstimulus untuk mengikuti proses pembelajaran dengan antusias [19].

b. Disiplin. Disiplin juga penting untuk mendukung pembelajaran, terutama dari siswa itu sendiri dalam memulai pembelajaran, seperti tidak terlambat masuk kelas. Sehubungan dengan teori behaviorisme, menurut B. F Skinner mengenai pembentukan sikap disiplin, yakni segala perilaku positif maupun negatif yang muncul dari siswa harus segera diberi penguatan. Karena orang yang disiplin dapat mengoptimalkan prestasinya dan sebaliknya jika tidak memiliki sikap disiplin akan menghambat proses hingga prestasi belajar [20].

c. Konsentrasi Siswa. Jika siswa konsentrasi selama guru memberikan materi, maka ia pasti akan bisa menjawab pertanyaan ketika tanya jawab dengan antar siswa ataupun ketika guru bertanya.

Segala sesuatu membutuhkan daya konsentrasi tak terkecuali dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa adanya konsentrasi belajar, maka proses pembelajaran tidak berlangsung secara optimal. Jika peserta didik mampu berkonsentrasi dengan baik, materi yang dipelajari akan cepat tersampaikan dan dikuasai oleh mereka [21].

d. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana di kelas seperti ruang kelas, kipas, meja, kursi, papan tulis, lcd/proyektor juga dapat menjadi pendukung dalam membelajarkan siswa dan menambah kenyamanan siswa dalam belajar di kelas.

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar (baik yang bergerak maupun tidak), agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan dengan teratur, efisien, dan efektif. Adapun prasarana menurut E. Mulyasa adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran di suatu lembaga pendidikan seperti gedung, ruang kelas, halaman sekolah, jalan menuju sekolah, dsb. Namun, apabila prasarana tersebut digunakan untuk proses belajar mengajar (misalnya di dalamnya ada masjid yang digunakan untuk kegiatan praktik beribadah), maka masjid tersebut merupakan sarana pendidikan. [22]

2. Faktor Penghambat

a. Siswa Tidak Berkonsentrasi. Kurangnya daya konsentrasi siswa dalam belajar menyebabkan informasi yang disampaikan menjadi terhambat. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik, maka informasi yang tersampaikan akan sulit dipahami hingga menjadi sulit diingat kembali. Akibatnya, pengetahuan yang terbentuk juga tidak akan sempurna [23]. Ciri-ciri anak yag sulit memusatkan perhatian biasanya ceroboh, susah berkonsentrasi, tidak memperhatikan ketika diajak bicara, gagal menyelesaikan tugas, sulit mengatur aktivitas, menghindari tugas yang memerlukan pikiran, kehilangan barang-barang, perhatian mudah teralihkan, dan pelupa.

b. Tempat Bising. Tempat belajar yang kondusif dan tenang memudahkan siswa menangkap pelajaran, terutama dalam menghafal dan menyimak [24]

c. Motivasi Siswa yang Tidak Stabil. Kurangnya motivasi belajar siswa ditandai dengan ketidakaktifan seseorang dalam kegiatan belajar, kurang serius, malas mengerjakan tugas individu maupun kelompok, dan rasa ingin tahu yang rendah [25]. Pada dasarnya, guru yang baik adalah ia yang menganggap anak didiknya seperti anak kandungnya sendiri. Dalam proses pembelajaran guru tidak membeda-bedakan siswanya dan selalu menjadi teladan bagi semua siswa. [26]

B. Solusi untuk Faktor Penghambat Implementasi Buku Ta’alam Al-‘Arabiyyah Ma’ana dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Hasil wawancara dengan Ustadz Jadzuli didapati bahwa solusi dalam mengatasi faktor penghambat pembelajaran di kelas, antara lain [18]:

1. Siswa Tidak Berkonsentrasi : Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, maka guru biasanya mengucapkan “istami’u jayyidan!”, “undzuru!”, atau “karriru!” atau dengan memanggil nama siswa yang kurang berkonsentrasi tersebut.

2. Tempat Bising : Sehubungan dengan lokasi yang berada di tepi jalan raya, seringkali kebisingan muncul dari kendaraan di luar. Agar konsentrasi siswa tetap stabil, maka biasanya pengajar menutup pintu ruang kelas untuk mengurangi kebisingan.

3. Motivasi Siswa yang Tidak Stabil : solusi untuk hambatan ini adalah dengan pemberian motivasi, “bahwa keberhasilan dalam belajar itu bukan dari guru, tapi dari murid itu sendiri yang mampu mengelola dan merekontruksi pemahamannya. Berhasil tidaknya belajar itu tergantung siswanya, bukan dari gurunya. Sebab ilmunya guru itu tidak bisa ditransfer.” Itulah motivasi yang seringkali ustadz Naser sampaikan kepada siswa di kelas.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas, bahwasanya adanya solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran di kelas benar-benar diterapkan oleh guru di sela-sela pembelajaran dan setelah hal tersebut dilakukan siswa terlihat kembali berkonsentrasi kepada pelajaran yang disampaikan guru. Pengetahuan guru mengenai berbagai macam problematika pengajaran bahasa Arab sangat diperlukan agar ia mampu menemukan solusi yang tepat dalam memperbaiki keadaan, dan menjadikan proses pembelajaran semaik baik [27].

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan dilakukan pada pengajar dan siswa pengguna buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 program kursus bahasa Arab di Madrasatul Alsun yang terletak di Jl. Meyjen Sungkono No.5, kelurahan pucang, kabupaten Sidoarjo. Kumpulan data yang didapatkan diantaranya dari wawancara, observasi, dan dokumnetasi. Kepala madrasah membuat panduan mengajar bagi pengajar serta melakukan kegiatan microteaching sebelum menggunakan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1.

Adapun proses pembelajaran bahasa Arab dengan mengimplementasikan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1, yaitu dengan metode langsung melalui pendekatan komunikatif. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab melalui tiga tahapan, yaitu; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran dalam menggunakan buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1) Tidak ada sistem kelulusan bagi siswa program kursus bahasa Arab Madrasatul Alsun, tolak ukur untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa lebih kepada apakah siswa tersebut mampu menjawab pertanyaan dari pengajar atau siswa, juga keaktifan berbicara siswa di kelas. 2) faktor pendukung implementasi buku Ta’alam al-‘Arabiyah Ma’ana jilid 1 dalam pembelajaran bahasa Arab yaitu; adanya guru yang profesional, disiplin, konsentrasi siswa, sarana dan prasarana. Adapun faktor penghambatnya yaitu; siswa tidak konsentrasi, tempat tidak representatif (bising), serta motivasi siswa yang tidak stabil. 3) solusi untuk mengatasi faktor penghambat tersebut antara lain; dengan mengucapkan “istami’u!”, “undzuru!”, “karriru!” atau dengan memanggil nama siswa yang kurang berkonsentrasi tersebut untuk mengembalikan perhatian mereka kembali; menutup pintu kelas untuk meminimalisir keramaian; selalu memotivasi siswa di sela-sela waktu belajar dengan cara memberikan nasihat akan keberhasilan dan tujuan belajar bahasa Arab.

References

  1. Kementerian Agama RI, “Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesional Guru (Plpg) Bahasa Arab,” no. 3, 2014, [Online]. Available: https://123dok.com/document/download/q05keogy?page=1
  2. D. Ahmadi and A. M. Ilmiani, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Konvensional Hingga Era Digital. Yogyakarta: Ruas Media, 2020.
  3. S. Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo: Lisan Arabi, 2017.
  4. M. Rizki Ramadan, Al-Manhaj an-Nabawi Fi Ta’lim al-Lughoh al-Arabiyah. Tasikmalaya, Jawa Barat: Pustaka Cipasung, 2019.
  5. F. Hendra, “Ta’liim Al-Lughoh Al-Arabiyyah Fii Al-Jaami’aat Al-Indonesia: Maa Lahaa wa Maa Yanbaghiy A’laihaa (Masyaakil Al-latii Tuwaajihuhaa wa Al-Huluul minhaa,” Jaami’atu Al-Azhar Indones., p. 9, 2015.
  6. N. Rasyid, U. Amna, and L. Fitriani, “Implementasi Buku Al-Arabiyatu Baina Yadaik Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Pada Program Kursus Bahasa Arab Baitul Arabi Aceh,” Al-Mashadir, vol. 2, no. 01, pp. 57–70, 2022, doi: 10.30984/almashadir.v2i01.252.
  7. U. Nurmawadah, “Implementasi Kitab Durush al-Lughah al-Arabiyah dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Siswa Kelas X MA Khozinatul Ulum Blora Tahun Ajaran 2020/2021 M,” IAIN Kudus, 2020.
  8. A. K. Bakkar, “Haula At-Tarbiah Wa At-Ta’lim.” 2011.
  9. A. R. bin I. Al-Fauzan, Idhā’at li mu’allim al-Lughah al-’Arabiyah li ghair an-Nāthiqīna bihā. Riyadh: al-’Arabiyah li al-Jāmi’, 2011.
  10. D. H. M. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2012.
  11. N. Harahap, PENELITIAN KUALITATIF, 1st ed. Medan: Wal Ashri Publishing, 2020.
  12. S. Saleh, Analisis Data Kualitatif. Bandung: Pustaka Ramadhan, 2017.
  13. U. Naser, “Hasil Wawancara Ustadz Naser,” Sidoarjo, 2022.
  14. C. E. Setyawan, “ARAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB ABAD 21,” Al-Manar, vol. 9, no. 1, 2020, doi: 10.36668/jal.v9i1.133.
  15. S. Safaruddin, “Teori Belajar Behavioristik,” J. Al-Qalam J. Kaji. Islam Pendidik., vol. 8, no. 2, pp. 119–135, 2020, doi: 10.47435/al-qalam.v8i2.239.
  16. F. C. Dewi and T. Yuniarsih, “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Peran Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa,” J. Pendidik. Manaj. Perkantoran, vol. 4, no. 2, p. 141, 2019, doi: 10.17509/jpm.v4i2.18008.
  17. I. Asrori, M. Thohir, and M. Ainin, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: MISYKAT, 2017.
  18. U. Jadzuli, “Hasil Wawancara Ustadz Jadzuli,” Sidoarjo, 2022.
  19. N. Manoppo, “Kompetensi Profesional Guru Bahasa Arab dan Masalah Pembelajaran Bahasa Arab,” vol. 2, no. 1, 2023.
  20. S. Harni and I. Tarjiah, “Implementasi Teori Behaviorisme Dalam Membentuk Disiplin Siswa Sdn Cipinang Besar Utara 04 Petang Jatinegara Jakarta Timur,” Profesi Pendidik. Dasar, vol. 1, no. 2, p. 127, 2018, doi: 10.23917/ppd.v1i2.6458.
  21. N. H. P. K. Nisa and M. B. U. B. Arifin, “Pengaruh Kebiasaan Sarapan Pagi Terhadap Konsentrasi dan Hasil Belajar Bahasa Jawa Kelas 5 MINU Durung Bedug Candi Sidoarjo,” Didakt. J. Pendidik. dan Ilmu Pengetah., vol. 21, no. 2, pp. 152–163, 2021, doi: 10.30651/didaktis.v21i2.7598.
  22. S. T. Tamaji, “Manajemen Sarana Dan Prasarana Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Di Smp Al-Izzah Internasional Islamic Boarding School Batu,” Al-Fakkaar, vol. 2, no. 1, pp. 22–39, 2021, doi: 10.52166/alf.v2i1.2335.
  23. M. D. H. Al Ghozali, “Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Mahasiswa PAI Unwaha Pada Mata Kuliah Bahasa Arab,” JoEMS (Journal Educ. Manag. …, vol. 2, no. 2, 2019, [Online]. Available: https://www.ojs.unwaha.ac.id/index.php/joems/article/view/103%0Ahttps://www.ojs.unwaha.ac.id/index.php/joems/article/download/103/69
  24. D. H. N. Hanani, Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer : Konstruksi Metodologis Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Komunikatif : Sosiolinguistik. Bandung: Cendekia Press, 2020. [Online]. Available: https://books.google.co.id/books?id=e8wMEAAAQBAJ&lpg=PA172&ots=xFn6ZEn-2U&dq=tempat yang tenang untuk belajar bahasa Arab&lr&hl=id&pg=PA208#v=onepage&q=tempat yang tenang untuk belajar bahasa Arab&f=false
  25. Y. E. Rachman, “Faktor-Faktor Penghambat Dalam Memahami Bahasa Arab,” EL-IBTIKAR J. Pendidik. Bhs. Arab, vol. 10, no. 1, p. 39, 2021, doi: 10.24235/ibtikar.v10i1.7725.
  26. “Asalib Tadris al-Lughoh al-’Arabiyah Fi Shufufi al-Ibtida’iyah.”
  27. N. Sakdiah and F. Sihombing, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab,” J. Sathar, vol. 1, no. 1, pp. 34–41, 2023, doi: 10.59548/js.v1i1.41.