Islamic Economics
DOI: 10.21070/ijis.v11i3.1679

Love of Money Behavior, Religiosity, and Ethical Values on the Tendency of Accounting Fraud With Idealism as a Moderating Variable.


Perilaku Cinta Uang, Religiusitas, dan Nilai-Nilai Etika dalam Kecenderungan Penipuan Akuntansi dengan Idealisme sebagai Variabel Pemoderasi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Accounting Fraud Love of Money Religiosity Ethical Values Idealism

Abstract

This quantitative study investigates the impact of love of money, religiosity, and ethical values on accounting fraud tendencies, while also examining the moderating role of idealism. Conducted within the finance division of a food and footwear company, the research employs purposive sampling to gather data from 50 respondents through questionnaires, analyzed using the SmartPLS method. The findings reveal that love of money and ethical values significantly affect accounting fraud tendencies, whereas religiosity exerts no such influence. Furthermore, idealism moderates the relationship between ethical values and accounting fraud tendencies, underscoring its potential as a valuable reference point for future research in this domain.

Highlights: 

  • Impact of Ethical Values: Ethical values play a significant role in influencing accounting fraud tendencies, emphasizing the importance of fostering an ethical corporate culture.
  • Limited Influence of Religiosity: Religiosity is found to have no substantial effect on accounting fraud tendencies, challenging assumptions about its role in shaping financial behavior.
  • Moderating Role of Idealism: Idealism is identified as a critical moderating factor, affecting the relationship between ethical values and accounting fraud tendencies, highlighting its relevance in fraud prevention efforts.

Keywords: Accounting Fraud, Love of Money, Religiosity, Ethical Values, Idealism

PENDAHULUAN

Dalam era kemajuan bisnis yang sangat pesat banyak perusahaan yang membutuhkan seorang akuntan yang handal. Tantangan seorang akuntan di era globalisasi saat ini sangat besar karena keadaan dan situasi yang berbeda dengan para akuntan sebelumnya. Melihat kondisi saat ini, besar harapan perusahaan bagi calon akuntan yang nantinya memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus melahirkan tenaga profesional yang mampu bersaing di era globalisasi, baik dalam keilmuan maupun akhlak, yang erat kaitannya dengan etika profesi.[1]

Ada beberapa fenomena yang ditemukan mengenai praktik-praktik kecurangan akuntansi salah satunya kasus kecurangan yang ada di dalam negeri, yaitu kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Kasus ini terindikasi terjadi kecurangan pada bulan November 2019 saat Erick Thohir, selaku Kementrian BUMN melaporkannya. Pemerintah melihat secara rinci laporan keuangan yang dinilai tidak transparan. Kasus perseroan berlanjut hingga tahun 2021, 6 terdakwa dinyatakan menyebabkan kerugian terhadap Negara sebanyak RP 16 triliun dan dipidana atas kasus korupsi dan pencucian uang. Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero), para pelaku melakukan investasi terhadap saham-saham yang tidak bagus dan melakukan korupsi. Hal tersebut menyebabkan defisit pada ekuitas perseroan. Laporan keuangan yang bernilai negatif menimbulkan tekanan bagi para pelaku, sehingga mereka melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan [2].

Dengan melihat kasus tersebut, kecenderungan kecurangan dalam akuntansi sangat memiliki keterkaitan yang erat dengan etika dan faktor pendukung lainnya mengenai perilaku manusia, karena berdampak terhadap turunnya kepercayaan publik maupun stake holder terhadap seorang akuntan. Menyikapi hal tersebut, mau tidak mau, seorang akuntan harus memiliki kompetensi dan integritas yang kuat dimulai saat dalam dunia pendidikan [1]. Dari kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dapat dijelaskan bahwa kecenderungan kecurangan akuntansi didefinisikan sebagai perilaku, tindakan atau kebiasaan yang dilakukan individu baik secara sengaja maupun tidak sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan melakukan kecurangan yang selanjutnya dapat merugikan banyak pihak, baik individu maupun organisasi. [3].

Motif individu untuk melakukan kecurangan didasarkan pada teori “Fraud Triangle”, dimana teori tersebut menggambarkan bahwa terdapat tiga faktor penting individu dalam melakukan kecurangan, yaitu rasionalisasi, tekanan dan kesempatan [4]. Kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) kecurangan yang dilakukan pelaku terjadi karena adanya kesempatan melakukan kecurangan dengan mendapat tekanan adanya defisit laporan keuangan sehingga memanipulasinya, dan adanya sikap rasionalisasi pelaku yang menganggap bahwa memang tindakan yang dilakukan wajar. Perilaku curang yang dilakukan seseorang juga dipicu oleh beberapa sebab diantaranya perilaku/sikap (Love of money, religiusitas, nilai etis, dan idealisme).

Salah satu penyebab seseorang melakukan kecenderungan kecurangan adalah kecintaan mereka terhadap uang. Dimana uang merupakan aspek penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ukuran kesuksesan seseorang [5]. Perilaku love of money mempengaruhi perilaku etis seseorang, seseorang yang memiliki keterbatasan keuangan cenderung akan melakukan fraud (kecurangan) hal ini dikarenakan sifat manusia yang tamak dan tidak mudah puas dengan apa yang dimilikinya [6]. Hal tersebut sesuai dengan teori fraud triangle dimana pelaku merasionalisasikan tindakan tersebut wajar untuk dilakukan. Love of money berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, disebabkan kecintaan mereka terhadap uang yang mendorong untuk melakukan kecurangan ataupun korupsi [7]. Berbeda dengan penelitian [6] yang menyebutkan bahwa perilaku love of money tidak berpengaruh terdadap kecenderungan kecurangan.

Kecenderungan kecurangan akuntansi juga disebabkan kurangnya pemahaman mengenai religiusitas. Religiusitas diartikan sebagai kesatuan sistem kepercayaan, gaya hidup, aktivitas ritual dan institusi yang dapat memberi makna bagi kehidupan manusia dan dapat membimbing manusia untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tertinggi. Tingkat religiusitas seseorang yang tinggi membuat mereka takut, karena diyakini bahwa semua yang mereka lakukan akan mempengaruhi masa depan [8]. Pada saat di dunia pendidikan Universitas harus menanamkan sikap religiusitas yang tinggi terhadap calon akuntan, agar ketika terdapat dorongan untuk melakukan kecurangan dapat di cegah karena terhalang dengan sikap religiusitas yang dimilikinya .Penelitian yang dilakukan [10][11][8] menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan [12] bahwa religiusitas tidak berpengaruh terhadap kecurangan, kemungkinan disebabkan tidak adanya hukuman secara lansung terhadap seseorang yang melanggar agama.

Disi lain kecenderungan kecurangan juga terjadi karena nilai etis yang dimiliki seseorang, hal tersebut dikarenakan banyak nya kasus-kasus besar mengenai masalah keuangan yang dilakukan dan melibatkan perusahaan- perusahaan besar. Contohnya kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang dijelaskan di awal dan kasus PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) yang melakukan manipulasi laporan keuangan di tahun 2019. Dari banyaknya kasus kecurangan tersebut membuat profesi akuntan memfokuskan perhatiannya pada persepsi etis mahasiswa. Seorang akuntan yang memiliki nilai etis yang tinggi apabila dia memiliki kesempatan untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi dia tidak akan terdorong untuk melakukannya. Hasil penelitian yang dilakukan [14] menunjukkan bahwa perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Seseorang yang memiliki perilaku tidak etis yang rendah cenderung untuk tidak melakukan kecenderungan kecurangan.Sementara itu penelitian yang dilakukan [15] menyebutkan bahwa variable perilaku tidak etis tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Hal tersebut dikarenakan seorang karyawan yang sudah berperilaku etis dalam menjalankan tugasnya, tetapi harus melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan misalnya memanipulasi data atau penyalahgunaan asset untuk kepentingan pribadi, maka karyawan tersebut akan tetap menjalankan tugas tersebut. Jadi perilaku tidak etis seseorang tergantung pada moralitas individu yang bersangkutan.

Kecenderungan kecurangan akuntansi juga disebabkan oleh sikap idealisme seseorang. Orang idealis akan berbuat mengikuti hati nurani dan berbuat sesuatu dengan memikirkan dampak positif atau dampak negatif dari perbuatan yang dilakukannya, seorang yang idealis akan memikirkan tindakannya tidak akan melukai hati dan moral orang lain atau dampak yang kurang baik [1].Sehingga tidak akan terdorong melakukan kecenderungan kecurangan jika ada. Hasil penelitian [17] menunjukkan bahwa idealisme berpengaruh negative pada presepsi mahasiswa akuntansi atas perilaku tidak etis seorang akuntan.Hasil berbeda ditemukan oleh penelitian [18] dimana orientasi etis idealisme tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak etis akuntan, hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap etika.

Mengacu dari riset terdahulu ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan antara lain penelitian atau riset secara umum tentang pengaruh Love of money, religiusitas, dan nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan penambahan idealisme sebagai variabel moderasi. Pembeda dalam penelitian ini yaitu penggunaan teknik analisis data yang digunakan, serta objek penelitian, yang sebelumnya diteliti pada Mahasiswa Ekonomi Kota Palu. Oleh karena itu peneliti memperluas objek penelitian dengan menggunakan objek bagian keuangan perusahaan wilayah Gempol, Kabupaten Pasuruan. Agar nantinya hasil yang diperoleh dapat lebih menggambarkan kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh bagian keuangan wilayah Gempol, Pasuruan.

Berdasarkan uraian diatas, hasil penelitian yang dilakukan saling bertentangan, sehingga peneliti ingin meneliti lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang konsisten dari penelitian sebelumnya. Lebih lengkapnya peneliti akan menguji “Perilaku Love of Money, Religiusitas, dan Nilai Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Idealisme Sebagai Variabel Moderating”. Tujuan dari penelitian ini mengetahui apakah perilaku love of money, tingkat religiusitas dan nilai etis seseorang berpengaruh dengan kecenderungan kecurangan akuntansi. Serta menguji apakah sikap idealisme seseorang memoderasi perilaku love of money, religiusitas dan nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian yang dilakukan ini sangat penting untuk diteliti karena kecenderungan kecurangan yang dilakukan oleh para akuntan akan berdampak pada turunnya kepercayaan publik dan stake holder perusahaan, serta calon akuntan nantinya dapat mempelajari dampak dari kecenderungan kecurangan yang dilakukan.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengaruh Love of Money Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Konsep love of money diperkenalkan oleh [19], dimana konsep ini digunakan untuk mengukur perasaan individu secara subjektif terhadap uang. Tang (1988) mengembangkan sebuah pengukuran yaitu Money Ethic Scale (MES), yang merupakan sebuah pengukuran didalamnya terdapat enam factor yaitu good, evil, achievement, respect, budget, dan freedom. Hubungan Love of money terhadap kecurangan akuntansi didasarkan pada teori fraud triangle [4], yang menjelaskan bahwa individu yang menerima tekanan keuangan merupakan hal yang umum untuk mendorong seseorang melakukan kecurangan (fraud). Kaitan antara Love of money dan kecenderungan kecurangan akuntansi yaitu, fraud merupakan salah satu langkah untuk memenuhi permintaan uang, orang yang cenderung memiliki kecintaan terhadap uang berlebih akan melakukan tindakan-tindakan yang jahat dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan uangnya. Apabila sifat Love of Money meningkat maka fraud accounting (kecenderungan kecurangan akuntansi) juga bertambah [20] Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Sifat Love Of Money Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Agama dapat dipercaya dapat mengontrol individu. Semakin tinggi spiritual seseorang maka akan dapat mengontrol perilakunya dengan menghindari sikap yang tidak etis. Hubungan religiusitas terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan teori fraud triangle bahwa orang yang memiliki kesempatan untuk melakukan fraud, tapi dia memiliki religiusitas tinggi, keyakinan agama yang kuat diharapkan mampu mencegah perilaku ilegal melalui perasaan bersalah terutama dalam hal fraud accounting [21] Religiusitas berpengaruh terhadap kecenderungan melakukan kecurangan Akuntansi. Semakin tinggi religiusitas seseorang akan semakin kecil kecenderungan untuk melakukan kecurangan [22]. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :

H2 : Religiusitas Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Pengaruh Nilai Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Menurut [23] pengertian “etika” merupakan suatu keyakinan mengenai tindakan yang benar maupun salah, atau tindakan yang baik dan buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Hubungan antara etika dengan kecenderungan kecurangan akuntansi terhadap teori fraud triangle adalah ketika ada dorongan melakukan fraud orang yang memiliki nilai etis tinggi akan mengendalikan setiap perilakunya agar tidak mempengaruhi hal di kemudian hari . Perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan, seseorang yang memiliki perilaku tidak etis yang rendah cenderung untuk tidak melakukan kecenderungan kecurangan [14]. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

H3 : Nilai Etis Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Idealisme Memoderasi Love of Money Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Zaman sudah berubah, kebutuhan yang meningkat, gaya hidup cenderung materialistic, dan gaya hidup yang tinggi merupakan tantangan bagi seorang akuntan untuk bertahan. Materialisme Yang terlampaui juga menjadi salah satu alasan hilangnya integritas seorang akuntan. Maka dengan sikap idealisme yang dimiliki seseorang akan menjadikan dia lebih mempertimbangkan hal yang dilakukan dan memiliki integritas yang tinggi. Motif seseorang melakukan kecurangan salah satunya pada teori fraud triangle di dasari dengan adanya kesempatan (opportunity). [24] menyebutkan dalam penelitinnya bahwa Idealisme memoderasi hubungan antara kesempatan (opportunity) dengan kecurangan (fraud), seseorang yang memiliki prinsip dalam hidupnya, jujur, dan memiliki intelektualitas, serta memiliki prinsip tidak akan melakukan berbagai tindakan korupsi (kecurangan), maka korupsi (kecurangan) tersebut tidak akan terjadi. Maka dari penjelasan tersebut dapat di rumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H4 : Variabel Idealisme Memoderasi Antara Love Of Money Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Idealisme Memoderasi Religiusitas Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Idealisme serta sikap religiusitas seseorang juga sangat penting di miliki oleh seorang akuntan di zaman sekarang. Seorang yang memiliki religiusitas yang tinggi dia akan berperilaku dengan apa yang diyakininya di agama, apabila didasari dengan sikap idealisme maka akan semakin meminimalisir kesempatan untuk melakukan fraud sebab dia memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukan berdampak dikemudian hari. Dari penjelasan tersebut motif seseorang melakukan kecurangan salah satunya di dasari dengan adanya kesempatan (opportunity). [24] menyebutkan dalam penelitinnya bahwa Idealisme memoderasi hubungan antara kesempatan (opportunity) dengan kecurangan (fraud), seseorang yang memiliki prinsip dalam hidupnya, jujur, dan memiliki intelektualitas, serta memiliki prinsip tidak akan melakukan berbagai tindakan korupsi (kecurangan), maka korupsi (kecurangan) tersebut tidak akan terjadi. Maka dari penjelasan tersebut dapat di rumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H5 : Variabel Idealisme Memoderasi Antara Religiusitas Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Figure 1.Model Penelitian

METODE

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi dan sample tertentu, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan [25]. Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical yang diolah dengan metode statistic [26].

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer. Menurut [27] sumber data primer adalah sumber data yang lansung memberikan data kepada pengumpulan data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuisioner yang dilakukan melalui g-form.

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan wilayah Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan data dari [28] terdapat sekitar 87 perusahaan yang berada di wilayah Gempol, Pasuruan, yang bergerak di bidang manufacture,makanan, minuman, tekstil, kontraktor, dan wiring harness. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dimana dilakukan dengan menggunakan sample yang harus terpilih dengan benar oleh peneliti berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria pemilihan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Bagian Keuangan Perusahaan wilayah Gempol, Pasuruan

2. Bagian Keuangan Perusahaan yang bergerak di bidang makanan (pengalengan tuna), wilayah Gempol, Pasuruan

3. Bagian Keuangan Perusahaan yang bergerak di bidang alas kaki (sepatu/sandal) wilayah Gempol, Pasuruan

Dari beberapa kriteria populasi yang disebutkan di atas, maka diperoleh jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 perusahaan dibidang makanan (pengalengan tuna) dan perusahaan bidang alas kaki (sepatu/sandal) dengan total bagian keuangan sebanyak 50 orang yang berada di wilayah Gempol, Pasuruan yang telah memenuhi kriteria tersebut.

Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Variabel dependen dan variable independen yang nantinya akan diuji pada penelitian ini. Variabel terikat atau variable dependen dalam penelitian ini yaitu kecenderungan kecurangan akuntansi. Kecurangan akuntansi diartikan sebagai suatu keinginan melakukan sesuatu untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak jujur seperti menutupi kebenaran, penipuan, manipulasi, kelicikan atau mengelabui yang dapat berupa salah saji atas laporan keuangan, korupsi dan penyalahgunaan asset.

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 variabel. Pertama Love of Money merupakan cinta terhadap uang dan keinginan yang tak terkira akan uang, seseorang akan melakukan apapun untuk menghasilkan uang dan menganggap uang sebagai tujuan paling penting dalam kehidupan. [29]. Kedua Religiusitas merupakan tingkat kepercayaan atau agama yang dianut seseorang yang mencakup segala aturan dan kewajiban yang bertujuan mengikat seseorang dalam hubungannya dengan tuhan, sesama manusia dan lingkungan serta dianggap mampu mengontrol perilaku seseorang [30]. Ketiga Nilai etis merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur perilaku [31].

Selain itu adapun variable moderating yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Idealisme yang merupakan sikap yang ada dalam diri seseorang,atas dasar keyakinan kebenaran, kejujuran, dan keteguhan pada segala prinsip- prinsip dalam melakukan tindakan sosialnya di masyarakat [32].

Indikator yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No Variabel Indikator Sumber
1. Love of Money (X1) Kecintaan terhadap uangSikap buruk dan kejahatanSocial influence , success, Self expression dan Power of control (T.Tang dan Cheng, 2008)
2. Religiusitas Dimensi keyakinanDimensi ritualistik dan ketaatanDimensi pengalaman religiusitasDimensi intelektualDimensi konsekuensional (Wahyudin, 2018)
3. Nilai Etis Pemahaman kode etikBertindak sesuai nilai dan moralTindakan yang konsistenTnggungjawab dan integritas (Eileen Rachman, 2006)
4 . Idealisme Perbuatan yang tidak merugikan Tidak mengancam kesejahteraanKesesuaian dengan norma universalTindakan moralTindakan sesuai prinsip dan etika (Irham Pakkawaru, 2020)
5 . Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Penyalahgunaan asset perusahaanKorupsi, manipulasi, pemalsuanKecurangan laporan keuangan (Tuannakota, 2007 dalam Anik Fatun, 2013)
Table 1.Karakteristik Responden

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS (Particle Least Square). PLS merupakan model persamaan SEM (Structural Equation Modeling) yang pendekatannya didasarkan pada model persamaan struktural berbasis varians atau komponen. Tujuan PLS-SEM adalah mengembangkan teori atau membangun teori (predictive orientation) [33]. PLS digunakan untuk memperjelas apakah ada hubungan antara variabel laten (prediktor). Penelitian ini memiliki desain yang kompleks dan jumlah sampel yang terbatas, oleh karena itu digunakan perangkat lunak SmartPLS untuk analisis data. SmartPLS menggunakan metode bootstrapping atau penggandaan acak. Analisis PLS-SEM terdiri dari dua sub model yaitu modek struktural (inner model) dan model pengukuran (outer model).

Outer Model merupakan model pengukuran yang menggambarkan hubungan antara indikator dengan variable latennya, outer model merupakan pengujian untuk mengukur validitas dan reabilitas suatu data [34]. Outer model dapat diukur menggunakan 3 indikator [33]. Yang pertama menggunakan convergent validity yang bisa dianggap valid jika korelasi menunjukkan nilai > 0,70. Kedua, menggunakan discriminant validity dimana discriminant validity bisa dilihat dari nilai average variance extracted (AVE). nilai AVE yang baik apabila memiliki nilai > 0,50. Ketiga, menggunakan composite realiability dimana data yang mempunyai composite reliability dan cronbachs alpha > 0,70 maka data tersebut mempunyai reabilitas yang tinggi.

Inner Model (Model Struktural) Menurut [33], pengujian model structural dilakukan dengan melihat hubungan antar konstruk. Pengukuran inner model dalam PLS digunakan untuk mengetahui adanya hubungan konstruk, nilai signifikansi dan R Square dari model penelitian. Inner model dapat dievaluasi menggunakan R- Square untuk konstruk dependen uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur [35]. Nilai R-Square 0,75, 0,50, dan 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah [33]. Untuk melihat signifikansi pengaruh antar variable dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikan T statistic yaitu melalui bootstapping. [33]. Untuk menguji pengaruh antara variable bebas secara parsial terhadap variable terikat digunakan pengujian koefisien regresi secara parsial (uji t) dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Persamaan regresi dinilai signifikan jika nilai t signifikan lebih kecil dari 0,05, dengan kriteria sebagai berikut:

1.Hipotesis ditolak bila t-hitung < 1,96 atau nilai sig > 0,05

2.Hipotesis diterima bila t-hitung > 1,96 atau nilai sig < 0,05

Sedangkan untuk pengujian hipotesis moderasi dilakukan uji MRA (moderated regression analysis) yang diestimasi dengan SEM-PLS [36]. Suatu variable dikatakan sebagai variable moderasi akan signifikan jika nilai t signifikan lebih kecil dari 0,05, dengan kriteria yang dijadikan perbandingan sebagai berikut :

1.Hipotesis ditolak bila t-hitung < 1,96 atau nilai sig > 0,05

2.Hipotesis diterima bila t-hitung > 1,96 atau nilai sig < 0,05

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap karyawan bagian keuangan pada perusahaan makanan (pengalengan ikan tuna) dan alas kaki (sepatu/sandal) yang terletak di wilayah Gempol, Pasuruan. Jumlah responden yang diperoleh yaitu sebanyak 50 karyawan. Adapun karakteristik responden yang diolah sebagai berikut:

No Kriteria Frekuensi Presentase %
1. Bekerja dibagian keuangan 50 100%
2. Perusahaan:
a. Makanan 22 44%
b. Alas Kaki (Sepatu/Sandal) 28 56%
Jumlah 50 100%
Table 2. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 50 orang. Sebagian besar responden pada penelitian ini yaitu karyawan bagian keuangan pada perusahaan alas kaki (sepatu/sandal), yaitu dengan 28 responden (56%), dan sisanya adalah karyawan bagian keuangan pada perusahaan makanan (pengalengan ikan tuna) sebanyak 22 responden (44%).

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif menunjukkan jumlah data yang digunakan pada penelitian serta untuk mencari nilai minimum, maksimum, mean, median, dan standar deviasi pada masing-masing indicator yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut table statistic deskriptif pada penelitian ini :

Variabel Nama N Mean Median Min Maks Standar Deviasi
Love of Money (X1) X1.1 50 4.200 5 1 5 1.058
X1.2 50 4.240 5 1 5 1.050
X1.3 50 4.340 5 1 5 0.992
X1.4 50 4.320 5 1 5 1.028
X1.5 50 4.480 5 2 5 0.806
X1.6 50 4.140 5 1 5 1.217
X1.7 50 4.240 5 2 5 0.971
X1.8 50 4.180 5 2 5 0.994
X1.9 50 4.300 5 2 5 0.922
X1.10 50 4.180 5 2 5 1.052
Religiusitas (X2) X2.1 50 4.040 4 1 5 1.166
X2.2 50 4.000 4 1 5 1.166
X2.3 50 4.040 5 1 5 1.148
X2.4 50 3.720 4 1 5 1.312
X2.5 50 3.700 4 1 5 1.253
X2.6 50 3.900 4 1 5 1.153
Nilai Etis (X3) X3.1 50 3.900 5 2 5 1.187
X3.2 50 3.940 4 2 5 1.139
X3.3 50 3.880 4 2 5 1.032
X3.4 50 3.620 4 1 5 1.181
X3.5 50 3.800 4 2 5 1.114
X3.6 50 3.800 4 1 5 1.233
X3.7 50 3.960 4 2 5 1.131
X3.8 50 3.980 5 2 5 1.157
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) Y.1 50 4.580 5 2 5 0.827
Y.2 50 4.620 5 2 5 0.745
Y.3 50 4.020 5 1 5 1.225
Y.4 50 4.000 5 2 5 1.114
Y.5 50 4.380 5 2 5 0.892
Y.6 50 4.400 5 2 5 0.959
Idealisme (Z) Z.1 50 4.180 5 2 5 1.052
Z,2 50 4.240 5 2 5 0.991
Z.3 50 4.380 5 2 5 0.914
Z.4 50 4.300 5 1 5 1.063
Z.5 50 4.360 5 1 5 0.954
Z.6 50 4.260 5 1 5 1.073
Z.7 50 4.120 5 1 5 1.143
Z.8 50 4.140 5 1 5 1.114
Table 3.Analisis Deskriptif

Berdasarkan table statistik deskriptif diatas, diketahui bahwa jumlah reponden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 responden, dengan kisaran jawaban responden mulai dari angka 1 (Sangat Tidak Setuju/STS) sampai dengan angka 5 (Sangat Setuju/SS). Berdasarakan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat variabel Love of Money, Religiusitas, Nilai Etis, Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, dan Idealisme pada penelitian ini baik sebegai representasi data karena memiliki nilai standart deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata.

Hasil Uji Analisis Data Outer Model

Convergent Validity (Validitas Konvergen)

Convergent validity dapat diukur berdasarkan nilai loading factor dari setiap indikator dan berdasarkan nilai average variance extracted (AVE). Nilai loading factor dalam pengukuran ini harus > 0,7 dan untuk nilai AVE harus > 0,5.

Figure 2.Hasil Running PLS Sebelum Eliminasi

Berdasarkan gambar 1 di atas menunjukkan bahwa ada indikator yang nilainya dibawah 0.7 yaitu indikator X2.4 dari variabel religiusitas (X2) dengan nilai 0.674. Sesuai dengan kriteria pengukuran convergent validity maka indikator X2.4 harus di eliminasi karena tidak valid, barulah dilakukan pengolahan kembali. Setelah dilakukannya eliminasi data pada indikator, maka dapat dilihat pada gambar 2 hasil dari running PLS setelah dilakukannya eliminasi.

Figure 3.Hasil Running PLS Setelah Eliminasi

Dari gambar 2 dapat disimpulkan bahwa nilai loading factor untuk setiap indikator konstruk sudah memenuhi syarat pengukuran convergent validity, yang artinya nilai korelasi antara indikator dan konstruknya sudah > 0.70, sehingga dapat dikatakan valid.

Nilai AVE Keterangan
Efek Moderasi 1 1.000 Valid
Efek Moderasi 2 1.000 Valid
Efek Moderasi 3 1.000 Valid
Idealisme (Z) 0.637 Valid
Kecurangan Akuntansi (Y) 0.627 Valid
Love of Money (X1) 0.664 Valid
Nilai Etis(X3) 0.758 Valid
Religiusitas (X2) 0.695 Valid
Table 4.Nilai AVE

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa semua variabel konstruk pada penelitian ini mempunyai nilai AVE diatas 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel konstruk pada penelitian ini sudah memenuhi syarat dan dapat dikatakan valid.

Discriminant Validity (Validitas Diskriminan)

Pengujian discriminant validity dapat diketahui dari nilai cross loading dari setiap indikator dengan kosntruknya dan juga dari nilai akar AVE. Nilai cross loading dalam pengujian ini harus > 0,7 dan untuk nilai akar AVE harus lebih besar dari korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya. Nilai cross loading dapat dilihat dari hasil outer loadings setelah running PLS sebagai berikut :

Efek Moderasi 1 Efek Moderasi 2 Efek Moderasi 3 Idealisme (Z) Kecurangan Akuntansi (Y) Love Of Money (X1) Nilai Etis (X3) Religiusitas (X2)
Love Of Money (X1) * Idealisme (Z) 1.000 0.736 0.584 -0.060 -0.115 0.081 -0.083 0.004
Nilai Etis (X3) * Idealisme (Z) 0.584 0.710 1.000 0.011 -0.350 -0.086 -0.144 -0.239
Religiusitas (X2) * Idealisme (Z) 0.736 1.000 0.710 0.013 -0.184 0.003 -0.223 -0.128
X1.1 0.071 -0.102 -0.122 0.087 0.592 0.780 0.429 0.656
X1.10 0.165 0.048 -0.051 -0.079 0.462 0.885 0.241 0.585
X1.2 -0.001 -0.031 -0.159 0.122 0.612 0.836 0.383 0.498
X1.3 0.104 -0.012 -0.044 0.006 0.529 0.856 0.390 0.575
X1.4 -0.012 -0.099 -0.064 0.079 0.410 0.704 0.236 0.434
X1.5 0.024 -0.007 -0.084 0.095 0.440 0.761 0.404 0.534
X1.6 -0.043 0.012 -0.090 0.208 0.499 0.731 0.421 0.457
X1.7 0.090 0.145 0.049 0.075 0.499 0.816 0.263 0.584
X1.8 0.095 0.016 -0.099 -0.004 0.533 0.864 0.363 0.622
X1.9 0.160 0.064 -0.012 -0.064 0.544 0.892 0.368 0.563
X2.1 -0.016 -0.157 -0.311 0.114 0.607 0.505 0.590 0.898
X2.2 -0.045 -0.181 -0.315 0.048 0.528 0.552 0.504 0.863
X2.3 -0.195 -0.080 -0.152 0.250 0.679 0.636 0.544 0.829
X2.5 0.140 -0.060 -0.179 0.088 0.409 0.548 0.427 0.731
X2.6 0.211 -0.052 -0.044 0.204 0.555 0.592 0.521 0.839
X3.1 0.020 -0.205 -0.137 0.033 0.656 0.484 0.854 0.567
X3.2 -0.045 -0.219 -0.153 0.110 0.612 0.450 0.913 0.624
X3.3 -0.136 -0.255 -0.200 0.195 0.584 0.410 0.877 0.622
X3.4 -0.076 -0.210 -0.092 0.082 0.461 0.268 0.834 0.465
X3.5 -0.078 -0.185 -0.082 0.136 0.525 0.316 0.909 0.499
X3.6 -0.110 -0.120 -0.054 0.311 0.606 0.324 0.868 0.489
X3.7 -0.195 -0.172 -0.141 0.181 0.516 0.364 0.786 0.511
X3.8 0.019 -0.188 -0.136 0.157 0.572 0.369 0.915 0.556
Y.1 -0.289 -0.342 -0.467 0.300 0.748 0.374 0.577 0.530
Y.2 -0.231 -0.289 -0.469 0.261 0.768 0.386 0.512 0.470
Y.3 0.138 0.094 -0.107 0.350 0.859 0.626 0.604 0.584
Y.4 0.074 -0.041 -0.270 0.253 0.837 0.527 0.588 0.560
Y.5 -0.185 -0.204 -0.239 0.311 0.817 0.619 0.467 0.605
Y.6 -0.130 -0.168 -0.173 0.395 0.712 0.445 0.358 0.465
Z,2 0.090 0.066 0.060 0.871 0.213 0.005 0.061 0.127
Z.1 0.039 0.042 0.153 0.799 0.123 -0.115 0.151 0.055
Z.3 -0.118 -0.032 0.028 0.768 0.356 0.188 0.127 0.214
Z.4 -0.062 0.039 0.071 0.706 0.216 -0.064 0.030 0.045
Z.5 -0.151 -0.112 -0.145 0.813 0.440 0.119 0.185 0.196
Z.6 -0.113 0.048 -0.006 0.786 0.349 0.110 0.162 0.108
Z.7 0.130 0.080 0.101 0.788 0.209 -0.092 0.131 0.116
Z.8 0.013 0.070 0.022 0.843 0.325 0.014 0.183 0.147
Table 5.Nilai Cross Loading
Efek Moderasi 1 Efek Moderasi 2 Efek Moderasi 3 Idealisme (Z) Kecurangan Akuntansi (Y) Love Of Money (X1) Nilai Etis (X3) Religiusitas (X2)
Efek Moderasi 1 1.000
Efek Moderasi 2 0.736 1.000
Efek Moderasi 3 0.584 0.710 1.000
Idealisme (Z) -0.060 0.013 0.011 0.798
Kecurangan Akuntansi (Y) -0.115 -0.184 -0.350 0.392 0.792
Love Of Money (X1) 0.081 0.003 -0.086 0.065 0.636 0.815
Nilai Etis (X3) -0.083 -0.223 -0.144 0.173 0.657 0.435 0.870
Religiusitas (X2) 0.004 -0.128 -0.239 0.178 0.680 0.680 0.626 0.834
Table 6.Perbandingan Nilai Akar AVE

Dari tabel 5 terlihat bahwa nilai cross loading dari masing-masing indikator dengan variabelnya pada penelitian ini mempunyai nilai diatas 0,7 dan nilai cross loading indikator yang diukur dengan variabelnya mempunyai nilai lebih tinggi dari pada nilai cross loading korelasi indikator yang diukur dengan variabel lain. Dari tabel 6 juga terlihat bahwa nilai akar AVE dari setiap variabel pada penelitian ini mempunyai nilai diatas nilai korelasi. Berdasarkan tabel 5 dan 6 dapat disimpulkan bahwa indikator atau variabel dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dari pengujian disciminantvalidity.

Uji Reliability (Uji Reliabilitas)

Untuk melakukan uji reabilitas instrumen dapat dilihat melalui nilai compossite reliability dan nilai cronbach’s alpha. Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila nilai dari compossite reability > 0.70 dan nilai cronbach’s alpha > 0.60.

Cronbach's Alpha Reliabilitas Komposit
Efek Moderasi 1 1.000 1.000
Efek Moderasi 2 1.000 1.000
Efek Moderasi 3 1.000 1.000
Idealisme (Z) 0.921 0.933
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) 0.880 0.910
Love Of Money (X1) 0.943 0.952
Nilai Etis (X3) 0.954 0.961
Religiusitas (X2) 0.890 0.919
Table 7.Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai composite reliability diatas 0,7 dan juga mempunyai nilai cronbach alpha diatas 0,6. Jadi berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel pada penelitian ini telah memenuhi kriteria dari pengujian reliabilitas dengan nilai reliabilitas yang baik.

Inner Model ( Model Struktural )

Uji Koefisien Detrminasi

Uji koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai R-square atau adjusted R-square.

R Square Adjusted R Square
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) 0.749 0.707
Table 8.Nilai R- Square dan Adjusted R-Square

Pada table 8 menunjukkan bahwa nilai R-square untuk variabel bebas kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) sebesar 0.749, hal ini dapat diartikan bahwa kontribusi variabel love of money (X1), religiusitas (X2), nilai etis (X3), dan idealisme (Z) sebesar 0.749 atau 74.9%, sedangkan untuk sisanya sebesar 25.1% kontribusi dari variabel lain diluar penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai R- square untuk variabel kecenderungsn kecurangan akuntansi (Y) masuk kedalam kategori kuat.

Analisis Predictive Relevance (Q²)

Q2 = 1 – (1 – R12) × (1 – R22) …. (1 – Rp2)

Q2 = 1 – (1 – 0.749)

Q2 = 1 – 0.251

Q2 = 0.749

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui nilai Q2 pada penelitian ini sebesar 0.749, yang artinya yaitu model structural yang terbentuk dari penelitian ini sudah baik, karena mampu menjelaskan 74.9% dari keseluruhan informasi.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini melalui PLS bootstrapping dengan melakukan analisis hasil dari path coefficient dan Moderated Regression Analysis (MRA). Dalam path coefficient dan Moderated Regression Analysis (MRA) hipotesis dikatakan diterima jika memiliki nilai T-statistic > 1,96 (t-tabel) dengan tingkat signifikan P-values < 0,05 atau 5%.

Figure 4.Hasil Bootstrapping

Sampel Asli (O) Rata-rata Sampel (M) Standar Deviasi (STDEV) T Statistik (| O/STDEV |) P Values
Efek Moderasi 1 -> Kecurangan Akuntansi (Y) -0.010 0.013 0.159 0.064 0.949
Efek Moderasi 2 -> Kecurangan Akuntansi (Y) 0.168 0.142 0.201 0.836 0.404
Efek Moderasi 3 -> Kecurangan Akuntansi (Y) -0.379 -0.361 0.143 2.650 0.008
Idealisme (Z) -> Kecurangan Akuntansi (Y) 0.290 0.266 0.114 2.548 0.011
Love Of Money (X1) -> Kecurangan Akuntansi (Y) 0.371 0.367 0.152 2.446 0.015
Nilai Etis (X3) -> Kecurangan Akuntansi (Y) 0.388 0.361 0.143 2.711 0.007
Religiusitas (X2) -> Kecurangan Akuntansi (Y) 0.068 0.107 0.196 0.348 0.728
Table 9.Hasil Analisis Path Coefficient dan Moderated Regression (MRA)

Berdasarkan pada tabel 9 , hasil pengujian dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.446 > 1.96 dan nilai signifikan P-values sebesar 0.015 < 0.05. Berdasarkan hal tersebut, H1 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

0.348 < 1.96 dan nilai signifikan P-values sebesar 0.728 > 0.05. Berdasarkan hal tersebut, H2 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa religiusitas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

1. Hubungan love of money terhadap kcenderungan kecurangan akuntansi diperoleh nilai T-statistic sebesar

2. Hubungan religiusitas terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi diperoleh nilai T-statistic sebesar

3. Hubungan nilai etis terhadap kecenderungan kecuruangan akuntansi diperoleh nilai T-statistic sebesar 2.711 >1.96 dan nilai signifikan P-values sebesar 0.007 < 0.05. Berdasarkan hal tersebut, H3 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa nilai etis berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

4. Efek moderasi antara variabel love of money, idealisme dengan kecenderungan kecurangan akuntansi menunjukkan nilai T-statistic sebesar 0.064 < 1.96 dan nilai signifikan P-values sebesar 0.949 > 0.05. Berdasarkan hal tersebut, H4 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa variabel idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara love of money dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

5. Efek moderasi antara variabel religiusitas, idealisme dengan kecenderungan kecurangan akuntansi menunjukkan nilai T-statistic sebesar 0.836 < 1.96 dan nilai signifikan P-values sebesar 0.404 > 0.05. Berdasarkan hal tersebut, H5 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa variabel idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara religiusitas dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

6. Efek moderasi antara variabel nilai etis, idealisme dengan kecenderungan kecurangan akuntansi menunjukkan nilai T-statistic sebesar 2.650 > 1.96 dan nilai signifikan P-values sebesar 0.008 < 0.05. Berdasarkan hal tersebut, H6 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa variabel idealisme mampu memoderasi hubungan antara nilai etis dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

B. Pembahasan

Pengaruh Love of Money Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan dapat diketahui bahwa Love of Money berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Semakin tinggi kecintaan seseorang terhadap uang maka akan semakin tinggi tingkat kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan. Sebab uang dapat melambangkan prestasi, kekuasaan, dan kesuksesan seseorang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian [7], yang menyatakan bahwa uang dapat mencerminkan perilaku seseorang. Namun hasil penelitian yang berbeda di temukan oleh [6] yang menyatakan bahwa orang yang memiliki kecintaan uang yang tinggi tidak akan melakukan kecurangan karena sudah merasa puas dengan apa yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan makanan dan alas kaki di Wilayah Gempol, Pasuruan menunjukkan bahwa kecintaan seseorang terhadap uang sangat berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, sebab dengan uang seseorang dapat melakukan apapun untuk memperoleh segala hal yang diinginkan. Temuan tersebut sejalan dengan teori fraud triangle dimana seseorang yang memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan akan terdorong melakukan karena ada tekanan untuk memperoleh uang lebih banyak.

Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa religiusitas tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian [12] yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki religiusitas tinggi tidak akan menjamin tidak melakukan kecurangan, sebab hukuman yang diterima dalam melanggar norma agama tidak dirasakan secara lansung. Maka dari itu semakin tinggi religiusitas seseorang tidak menjamin kenyataan sesorang utuk tidak melakukan kecurangan. Penelitian ini tidak sejalan dengan [10][11][8] yang menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan makanan dan alas kaki di Wilayah Gempol, Pasuruan menunjukkan bahwa tingkat religiusitas yang dimiliki seseorang tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan orang yang paham agama belum tentu tidak akan melakukan kecurangan akuntansi.

Pengaruh Nilai Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa nilai etis berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini sejalan dengan [14] yang menyatakan bahwa perilaku etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan [15] menyebutkan bahwa perilaku tidak etis seseorang tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. Maka dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan makanan dan alas kaki di Wilayah Gempol, Pasuruan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai etis seseorang semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi yang dilakukan. Mereka paham bahwa seorang akuntan harus bekerja sesuai dengan kode etis dan percaya bahwa semua tindakan yang dilakukan akan berdampak dikemudian hari. Temuan ini sejalan dengan teori fraud triangle dimana seseorang yang memiliki tekanan untuk melakukan fraud, tetapi memiliki nilai etis yang tinggi, maka dia akan mempertimbangkan perbuatan tersebut apakah berdampak di kemudian hari maupun orang lain.

Idealisme Memoderasi Love of Money Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, variable idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara Love of Money terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.. Dan berbanding terbalik dengan penelitian [1] yang menyatakan bahwa variabel idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara love of money terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Maka dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan makanan dan alas kaki di Wilayah Gempol, Pasuruan menunjukkan bahwa variabel idelisme tidak mampu memoderasi hubungan antara Love of Money terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, sebab dari hasil kuisioner yang disebarkan varibel idealisme ini tidak mampu memperkuat maupun memperlemah hubungan antar variabel nya.

Idealisme Religiusitas Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, variable idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara religiusitas terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Dan berbanding terbalik dengan penelitian [1] yang menyatakan bahwa variabel idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Maka dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan makanan dan alas kaki di Wilayah Gempol, Pasuruan menunjukkan bahwa variabel idelisme tidak mampu memoderasi hubungan antara religiusitas terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, sebab dari hasil kuisioner yang disebarkan varibel idealisme ini tidak mampu memperkuat maupun memperlemah hubungan antar variabel nya.

Idealisme Memoderasi Nilai Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, variable idealisme mampu memoderasi hubungan antara nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Dan berbanding terbalik dengan penelitian [1] yang menyatakan bahwa variabel idealisme tidak mampu memoderasi hubungan antara nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Maka dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan makanan dan alas kaki di Wilayah Gempol, Pasuruan menunjukkan variabel idealisme mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Seseorang yang idealis akan menunjukkan reaksi ketidaksetujuan nya terhadap perilaku tidak etis yang melibatkan akuntan. Serta seseorang yang memiliki idealisme tinggi akan memikirkan dampak perbuatan yang mereka lakukan dikemudian hari. Maka dari itu dengan penambahan idealisme sebagai variabel moderasi dapat memperlemah hubungan nilai etis dengan kecenderungan kecurangan akuntansi.

Temuan ini sejalan dengan teori fraud triangle dimana kecenderungan kecurangan akuntansi akan terdorong melakukannya apabila ada kesempatan dan dapat diminimalisir dengan adanya sikap nilai etis yang tinggi disertai sikap isealisme yang dimilikinya.

KESIMPULAN

Love of Money berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, artinya semakin tinggi sifat Love of Money seseorang maka semakin tinggi kecurangan yang dilakukan. Sebab dengan uang seseorang dapat melakukan apapun untuk mendapatkan segala hal.Religiusitas tidak berpengarh dan tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, artinya semakin tinggi religiusitas seseorang tidak menjamin tidak akan melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi. Sebab orang yang paham agama belum tentu tidak melakukan kecurangan. Sebab orang yang memiliki nilai etis tinggi semua tindakannya akan dipertimbangkan dengan dampak dikemudian hari.Nilai etis berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, artinya semakin tinggi nilai etis seseorang maka semakin rendah kecenderungan untuk melakukan kecurangan.Idealisme tidak mampu memoderasi antara love of money terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Idealisme tidak mampu memoderasi antara religiusitasterhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Idealisme mampu memoderasi (memperlemah) hubungan antara nilai etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Sebab orang yang idealis akan menunjukkan reaksi ketidaksetujuannya atas perilaku tidak etis akuntan.

References

  1. I. Pakkawaru, “Pengaruh Love Of Money, Religiusitas, Nilai Etis, Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dan Idealisme Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Mahasiswa Ekonomi Kota Palu),” Musawa J. Gend. Pejantan., jilid. 12, no. 1, hal. 49–72, 2020. DOI: 10.24239/Msw.V12i1.586.
  2. N. Chirstian dan L. Julyanti, “Analisis Kasus Pt. Asuransi Jiwasraya (Persero) Dengan Teori Dasar Fraud,” J. Ilm. Mea (Manajemen, Ekon. Dan Akuntansi), vol. 6, no. 3, hlm.153–165, 2022.
  3. AR Pramesti dan P. Wulanditya, “Studi Eksperimen: Moralitas Individu, Kesesuaian Kompensasi, Dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi,” J. Akunt. Akunesa, jilid. 9, tidak. 3, hal. 99–110, 2021. DOI: 10.26740/Akunesa.V9n3.P99-110.
  4. D. Cressey, “Uang Orang Lain,” dalam Auditor Internal Sebagai Penghancur Penipuan, W. Hilison et al., Eds. Jurnal Audit Manajerial, Mcb University Press, 1999, hal. 1953.
  5. A. Rahayuningsih, H. Sulistyo, and S. Harjanto, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa Atas Sikap Tidak Etis Akuntan Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Moderating,” J. Din. akunt. Dan Bisnis, jilid. 13, no. 2, hal.209–222, 2016.
  6. AE Ayunda and N. Helmayunita, “Pengaruh Love Of Money Dan Sifat Machiavellian Terhadap Kecenderungan Fraud Accounting Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi,” J. Eksplor. Akunt., jilid. 4, no. 1, hal. 1–11, 2022. DOI: 10.24036/Jea.V4i1.498.
  7. AJ Santosa, ML Oktaroza, dan E. Sukarmanto, “Pengaruh Love Of Money Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi,” Pros. Akunt., jilid. 6, no. 2, hal.628-632, 2020.
  8. D. Rahmatya Ruddin, “Pengaruh Religiusitas, Moralitas Individu, Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Pada Pt. Asera Tirta Posidonia Kota Palopo),” Repository.Umpalopo.Ac.Id, 2021.
  9. S. Rahmawati dan D. Susilawati, “Pengaruh Dimensi Fraud Diamond Dan Religuisitas Perilaku Terhadap Kecurangan Akademik Mahasiswa,” J. Akunt. Trisakti, jilid. 5, no. 2, hal.269–290, 2019. DOI: 10.25105/Jat.V5i2.4857.
  10. IMR Gunayasa dan NWA Erlinawati, “Pengaruh Moralitas Individu, Religiusitas Dan Bystander Effect Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud),” J. Ilm. Akunt., jilid. 1, no. 1, hal. 650–680, 2020. Tersedia: Https://Ejournal.Unhi.Ac.Id/Index.Php/Hak/Article/View/794/573 .
  11. NK Mita dan SAPA Indraswarawati, “Pengaruh Religius, Moralitas Individu, Dan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi (Studi Empiris Pada Lpd Se-Kecamatan Gianyar),” Hita Akunt. Dan Keuang., jilid. 2, no. 2, hlm.297–312, 2021.
  12. MHD Indrapraja, R. Agusti, dan NF Mela, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Kompetensi Dan Religiusitas Terhadap Kecurangan (Fraud) Aparatur Sipil Negara,” Curr. J.Kaji. akunt. Dan Bisnis Terkini, vol. 2, no. 2, hal.166–183, 2021. DOI: 10.31258/Jc.2.2.166-183.
  13. A. Sanggarwangi, “Pengaruh Idealisme, Relativisme, Love Of Money, Dan Tingkat Pengetahuan Terhadap Persepsi Mahasiswa Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya),” J. Ilm. Mhs. Universitas Februari. Brawijaya., vol. 9, no. 1 Agustus 2021.
  14. Rahayu Wilujeng dan Nurlita Novianti, “Pengaruh Love Of Money Dan Perilaku Tidak Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Studi Kasus Karyawan Bagian Keuangan Universitas Brawijaya Malang),” J. Ilm. Mhs. Universitas Februari. Brawijaya, jilid. 7, no. 2, hal. 4, 2019.
  15. I. Devita, “Analisis Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, Kesesuaian Kompensasi, Asimetri Informasi, Dan Perilaku Tidak Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada Opd Kabupaten Jepara),” Eprints.Unisnu.Ac.Id, 2019 .
  16. DR Forsyth, “Menilai Moralitas Praktek Bisnis: Pengaruh Filsafat Moral Pribadi,” J. Bus. Etika, hal.461-470, 1992.
  17. KID Lestari dan IW Ramantha, “Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Atas Perilaku Tidak Etis Akuntan,” E-Jurnal Akunt., vol. 27, hal. 201, 2019.DOI: 10.24843/Eja.2019.V27.I01.P08.
  18. KS Yuliani, “Pengaruh Orientasi Etika, Tingkat Pengetahuan Dan Gender Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Perilaku Tidak Etis Akuntan,” J. Sains, Akunt. Dan Manaj., jilid. 1, no. 1, hal.180–220, 2019. DOI: 10.1234/Jasm.V1i1.27.
  19. Tang, "Makna Uang Ditinjau Kembali," J. Organ. Perilaku., jilid. 13, hlm.197–202, 1992.
  20. Muhaimin, “Pengaruh Love Of Money Dan Religiusitas Terhadap Fraud Accounting Anggaran Dana Desa Pada Kecamatan Sinjai Tengah,” J. Manage., vol. 4, no. 2, hlm.121–133, 2021. DOI: 10.37531/Yum.V11.75.
  21. JK Grasmick, HG, Bursik, RJ, Dan Cochran, "Render Unto Caesar What Is Caesar's": Religiusitas dan Kecenderungan Wajib Pajak untuk Curang. Triwulanan Sosiologis. 1991.
  22. A. Giovano, AS Wibowo, dan Y. Yanuarisa, “Pengaruh Love Of Money Dan Religiusitas Terhadap Kecenderungan Fraud Accounting Dana Desa Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi Pada Desa Di Kecamatan Katingan Tengah,” Balance, vol. 12, no. 6, hal. 2, 2020. Tersedia: Https://E-Journal.Upr.Ac.Id/Index.Php/Blnc/Article/View/1879 .
  23. Nursalam dan A. . Fallis, “Teknik Analisis Data Pls,” J. Chem. Inf. Model., jilid. 53, no. 9, hlm.1689–1699, 2021.
  24. DA Wulandari, “Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis,” J. Ris. akunt. Dan Bisnis, jilid. 8, no. September, hlm. 22–47, 2022.
  25. Sugiyono, “Metode Penelitian Kombinasi.” Bandung: Alfabeta, 2015.
  26. Dkk Hardani, “Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.” Yogyakarta: Cv.Pustaka Ilmu Grup, 2020.
  27. 2016. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.” Bandung : Pt Alfabet., 2016.
  28. Daftarperusahaan.Com,“ Https://Www.Daftarperusahaan.Com/Bisnis/Kecamatan/Gempol,” 2022.
  29. Y. Friscilla dan PI Nugroho, “Love Of Money, Machiavellian Dan Persepsi Etis: Analisis Berdasarkan Perspektif Gender,” J. Akunt. Profesi, jilid. 11, no. 2, hal.223–234, 2020.
  30. AW Pemayun dan IGAN Budiasih, “Pengaruh Religiusitas, Status Sosial Ekonomi Dan Love Of Money Pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi,” E-Jurnal Akunt., vol. 23, hal. 1600, 2018.DOI: 10.24843/Eja.2018.V23.I02.P30.
  31. K.Bertens, Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
  32. Dhia Amira, “Arti Idealis: Pemahaman Secara Umum Hingga Menurut Ahli, Beserta Sejarah Dan Ciri-Cirinya,” Kapanlagi.Com, 2022. Tersedia: Https://Plus.Kapanlagi.Com/Arti-Idealis-Pengertian- Secara -Umum-Dan-Menurut-Ahli-Beserta-Sejarah-Ciri-Cirinya-C12130.Html.
  33. HL Ghozali, Imam, “Konsep, Teknik, Aplikasi Menggunakan Smart Pls 3.0 Untuk Penelitian Empiris Bp Undip. Semarangharnanto,” Akunt. Biaya Kak. Biaya Hist. Bpfe Yogyakarta, 2015.
  34. H. Abdillah, W., Partial Least Square (Pls). Dan saya. Yogyakarta., 2015.
  35. Hadiah Fitriyah, Bambang Tjahjadi, dan Noorlailie Soewarno, “Peran Green Product Innovation Dalam Memediasi Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Bisnis Industri Kreatif,” J. Account. Sains, jilid. 4, no. 1, hal. 12–28, 2020. DOI: 10.21070/Jas.V4i1.397.
  36. H. Ghozali, I. Latan, “Partial Least Square : Konsep, Teknik Dan Aplikasi Smart Pls 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas.