Abstract
This study investigates the impact of Machiavellian traits, love of money, and religiosity on ethical perceptions among accounting students, utilizing a quantitative approach. Employing simple random sampling, data were collected from 155 respondents at Muhammadiyah University of Sidoarjo. SmartPLS version 3 software was employed for data analysis. The findings reveal that Machiavellian traits, love of money, and religiosity significantly influence students' ethical perceptions, with gender acting as an intervening variable. This study underscores the individual variability in Machiavellian traits, love of money, and religiosity, emphasizing their nuanced role in shaping ethical behavior among students. The implications suggest that students who prioritize ethical conduct in all circumstances may be less susceptible to external influencing factors.
Highlights:
- The study explores the influence of Machiavellian traits, love of money, and religiosity on students' ethical perceptions.
- Gender is examined as a mediating variable in the relationship between these traits and ethical perceptions.
- Individual variations in these traits are emphasized, with implications for ethical behavior among students.
Keywords: Machiavellian traits, Love of money, Religiosity, Ethical perceptions, Gender mediation
PENDAHULUAN
Peran perilaku etis bagi setiap profesi merupakan peran yang patut dijunjung tinggi, terutama pada bidang akuntansi dan keuangan yang lekat hubungannya dengan uang dan tindakan manipulatif atau Fraud. Seorang akuntan yang andal dan professional harus mengedepankan integritas dan kredibilitas jabatan yang sedang diemban, Itulah mengapa persepsi etis sangat penting bagi setiap profesi yang ada di muka bumi ini [1]. Pada tahun 2019 perusahaan General Electric Company, perusahaan yang bergerak di bidang multinasional teknologi dan jasa yang terletak di Amerika Serikat terjerat kasus keuangan. Kasus keuangan tersebut merupakan tindakan manipulasi laporan keuangan yang diduga terdapat kerugian sebesar $38 Milyar yang terjadi pada tahun 2019. Akibat dari adanya kasus ini adalah melemahnya nilai saham dari General Electric Company. Saham General Electric Company turun sebesar 15% setelah kabar ini meluas di masyarakat [2].
Kasus penyalahgunaan keuangan tidak hanya terjadi pada perusahaan General Electric Company saja, terdapat kasus serupa yang terjadi di Indonesia. Kasus tersebut adalah kasus perusahaan penerbangan di Indonesia yaitu PT Garuda Indonesia. Garis besar dari kasus ini ialah perekayasaan laporan keuangan yang terjadi pada masa periode 2018, dimana daftar piutang jangka panjang yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia dengan jangka waktu 15 tahun sudah dicatat ke dalam pembukuan dan diakui sebagai dana masuk ke dalam pos Pendapatan Lain-lain. Dengan demikian, PT. Garuda Indonesia yang mulanya mengalami kerugian mendadak menjadi laba karena adanya nominal pendapatan yang besar dari pos Pendapatan Lain-lain. Kasus tersebut terendus saat diadakannya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) yang dilakukan untuk pengesahan Laporan Keuangan periode 2018 [3].
Kejanggalan dalam Laporan Keuangan periode 2018 tersebut, membuat pimpinan PT Garuda Indonesia yakni Chairil Tanjung, serta Dony Oskaria selaku komisaris enggan untuk menandatangani Laporan Keuangan. Dari kejanggalan itu, pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BEI (Bursa Efek Indonesia) ikut serta dalam proses pengauditan Laporan Keuangan untuk mencari apakah ada kejanggalan lain yang masih disembunyikan. Setelah penyesuaian selesai dilakukan, tercatat kerugian yang dihasilkan sebesar US$ 175.000.000, atau apabila dikonversi dalam rupiah setara dengan Rp 2.5 Triliyun. Keputusan final yang diberikan oleh OJK kepada PT Garuda Indonesia adalah memberikan kesempatan untuk menyajikan kembali Laporan Keuangan periode 2018 dengan data yang sebenar-benarnya, dan kemudian melakukan Public Expose paling lambat 14 (empat belas) hari dari ketetapan yang dikeluarkan oleh OJK [3].
Kasus serupa juga ditemui di Kota Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Kasus ini merupakan penyalahgunaan anggaran pemerintahan yang terjadi pada tahun 2019. Awal mula kasus ini terjadi adalah adanya kejanggalan yang dirasakan oleh Bapak Muhdlor selaku Bupati Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2019, kejanggalan itu terjadi di dalam daftar anggaran pengadaan seragam dinas PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang diduga terlalu besar jika hanya dianggarkan untuk seragam dinas PNS. Proyek pengadaan seragam dinas PNS tersebut mencapai Rp 2.5 Milyar untuk tiap itemnya. Dari kasus tersebut diperkiraan kerugian yang dihasilkan dari penyalahgunaan pengadaan seragam dinas PNS ini adalah sekitar Rp 5 Milyar. Maka sejak saat itu kasus ini menjadi perhatian dan focus utama penyelidikan oleh Kejaksaan Negeri setempat. [4].
Beberapa contoh kasus yang terjadi di sektor keuangan baik dari luar negeri maupun dari Indonesia memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa perilaku etis adalah perilaku yang harus dijunjung tinggi, terutama pada pengaplikasian dan implementasi di bidang etika profesi. Karena hal ini merupakan etika khusus yang membahas tentang perbedaan sosial. Persepsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sebuah tindakan penerimaan dalam menanggapi atau memroses suatu kejadian yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Etika menurut KBBI merupakan sebuah ilmu yang ada dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, atau biasa disebut dengan akhlak.
Etika pekerjaan berlaku pada bidang pekerjaan masing masing, dan dalam penelitian ini berlaku untuk seorang akuntan. Setiap profesi tentu memiliki aturan, hukum dan peraturan moral yang diterapkan baik itu tertulis atau tidak tertulis. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan untuk menyejahterakan sesama anggota dalam pekerjaan, meskipun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa kejahatan dan pelanggaran juga bisa terjadi. Profesi akuntan harus memiliki perilaku etis, karena profesi akuntan lekat hubungannya dengan dana operasional sebuah perusahaan dan memiliki kesinambungan dengan uang, baik nominal kecil maupun nominal yang terhitung besar. Mahasiswa akuntansi hari ini adalah cikal bakal akuntan profesional pada masa yang akan datang [5].
Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara universal dan menjadi hal yang benar untuk dilakukan. Perilaku yang baik serta beretika tersebut juga dapat menentukan kualitas diri sendiri dari dampak yang diperoleh dari luar, yang kemudian elemen tersebut dibawa dan ditanamkan untuk kemudian dijadikan prinsip untuk berperilaku dan bertindak[6]. Etika profesional yaitu nilai-nilai moral yang diterapkan dan digunakan oleh segolongan orang yang betujuan untuk mengatur cara mereka dalam berperilaku dan juga menyelesaikan tugas atau menggunakan sumber daya [7]. Perilaku etis atau etika seseorang adalah suatu sikap seseorang yang sifatnya bisa menyebar kepada lingkungan sekitarnya, artinya etika seseorang dapat memberikan dampak langsung maupun tidak langsung kepada lingkungan maupun anggota dalam sebuah circle dan sebaliknya, lingkungan yang sudah terbentuk di sebuah lingkaran organisasi juga dapat berdampak pada sikap seseorang [8].
Etika merupakan tingkah laku seseorang yang diterima dan diterapkan oleh seseorang individu maupun organisasi tertentu [9]. Etika dianggap sebagai pemikiran yang paling mendasar dalam berperilaku dan bermoral dalam kehidupan sehari-hari [10]. Etika memiliki hubungan yang terikat dengan kode etik sebuah profesi, dimana kode etik seorang akuntan harus sesuai dengan peraturan yang sedang berlaku [11]. Tindakan etis harus selalu diterapkan dalam segala kegiatan, baik saat menempuh pendidikan, melakukan bisnis, berdagang, dan segala aspek lainnya [12]. Pelanggaran etika yang terjadi di Indonesia terutama di bidang keuangan merupakan tindakan yang tidak jarang dijumpai, sehingga dalam hal seperti ini yang harus menjaga perilaku dan etika bisa dimulai dari diri sendiri [13].
Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh Love Of Money Dan Machiavellian Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi menunjukkan hasil bahwa love of money dan sifat machiavellian memiliki hubungan yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa, yakni love of money dan sifat machiavellian merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi persepsi etis seseorang [1]. Pada penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh Religiusitas, Status Sosial Ekonomi dan Love Of Money Pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi menunjukkan hasil bahwa religiusitas, status sosial ekonomi, dan love of money memengaruhi persepsi etis mahasiswa akuntansi. dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi persepsi etis mahasiswa akuntansi selain love of money dan machiavellian.
Penelitian ini memiliki lima variabel yaitu sifat machiavellian, love of money, dan religiusitas sebaai variabel independen, persepsi etis mahasiswa sebagai variabel dependen, serta gender sebagai variabel intervening. Namun penelitian ini tidak sama dengan penelitian terdahulu, dikarenakan adanya variabel intervening yang memiliki pengaruh tidak langsung terhadap variabel dependen. Sehingga keterbaruan peneletian ini dengan penelitian terdahulu yakni ada penambahan variabel intervening berupa gender serta penggunaan software penelitian berupa SmartPLS 3.0.
Beberapa uraian hasil penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan, terdapat penelitian lain yang berjudul Love of Money, Religiosity, and Gender: How do These Affect the Ethical Perceptions of Public Accountants? Menunjukkan hasil bahwa love of money berpengaruh langsung terhadap persepsi etis auditor publik. Namun religiusitas dan gender tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika auditor. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ada kesenjangan penelitian atau research gap, dari peristiwa ini peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh sifat machiavellian, love of money dan religiusitas dengan persepsi etis mahasiswa, maka peneliti merangkum dalam sebuah judul penelitian yaitu “Pengaruh Sifat Machiavellian, Love of Money, dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender Sebagai Variabel Intervening di Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.”
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Definisi Machiavellian yaitu proses di mana seorang manipulator mendapatkan lebih banyak feedback karena melakukan pekerjaan yang dituju dengan memanipulasi, tetapi untuk mereka yang tidak melakukan manipulasi sedikitpun justru akan mendapatkan feedback yang sangat sedikit. Orang dengan kepribadian atau sifat Machiavellian cenderung melakukan tindakan yang tidak etis. Di mana mereka melakukan atau membenarkan sesuatu dan mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara yang tidak etis. Orang yang berperilaku tidak etis akan memiliki standar etika yang sangat rendah [14]. Machiavellianism adalah keadaan dimana seseorang atau individu di dalam segala bidang yang memiliki sifat yang agresif. Selain itu juga memiliki sifat manipulative (mudah menipu), eksploitatif, dan licik hanya untuk mencapai tujuan yang diingingkan secara memaksa dan tidak memedulikan perasaan orang lain, hak orang lain serta kebutuhan orang lain. Dalam teori ini dijelaskan bahwa hal yang memungkinkan untuk mengukur kecenderungan seseorang untuk memiliki sifat Love of Money, Sifat Machiavellian, dan toleransi terhadap resiko dapat dilakukan dengan memprediksi tinggi atau (rendah) attitude seseorang dan mengetahui niat dari tindakan yang dilakukan [15].
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang Sifat Machiavellian menjelaskan bahwa Sifat Machiavellian memiliki pengaruh negatif terhadap persepsi etis. Dengan demikian menjelaskan bahawa semakin tinggi nilai atau tingkat Machiavellian seseorang akan semakin rendah pula persepsi etis pada dirinya dan sebaliknya, jika nilai atau tingkat Machiavellian rendah maka persepsi etis seseorang tersebut akan baik [1].
H1 : Sifat Machiavellian berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa.
Pengaruh Love of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Konsep Love of Money adalah apabila seseorang mencintai uang secara berelebihan, kemungkinann perilaku buruknya juga semakin tinggi, sehingga seseorang tersebut tidak dengan mudah mengatur kebutuhan hidupnya [16]. Uang merupakan kebutuhan utama dalam menjalani kehidupan. Di Amerika Serikat, uang menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, tolak ukur tersebut dilihat dari seberapa banyak penghasilan yang dihasilkannya [17]. Apabila seseorang hidup hanya untuk mengejar uang, maka seseorang tersebut akan membuat mereka yakin bahwa penghindaran pajak adalah tindakan yang wajar [18]. Uang memang dapat membuat seseorang merasakan nikmat duniawi, namun jika terlalu terobsesi untuk mendapatkan uang, seseorang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya [19].
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang Love Of Money menjelaskan bahwa Love of Money memiliki hasil negatif terhadap persepsi etis. Yang mana artinya adalah, semakin tinggi tingkat kecintaan seseorang terhadap uang maka akan semakin rendah juga persepsi etisnya. Pun sebaliknya semakin rendah tingkat Love of Money seseorang maka akan semakin baik persepsi etis seseorang [5].
H2 : Love of Money berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa.
Pengaruh Religiusitas terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Religiusitas tidak sama dengan spiritualitas, spiritualitas sendiri ialah memaknai hidup dengan satu kesatuan, memiliki hubungan yang baik dengan alam, memiliki rasa kemanusiaan dan transendensi. Sedangkan Religiusitas memberikan ajaran dan aturan bagi seseorang dan mendorong seseorang untuk berperilaku baik dan bermoral. Religiusitas bukanlah hal yang baru bagi seseorang yang hidup berdampingan dan beragama, karena beragama adalah salah satu bentuk setia umat kepada sang pencipta. Tinggal di Indonesia yang memiliki ragam suku, agama, ras, dan budaya (SARA) ini diharapkan dapat menjunjung tinggi rasa kemanusiaan dan sikap yang bermoral, dengan menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, toleransi, dan sikap etis maka lingkungan yang ditempati akan terasa nyaman dan tentram [20]. Religiusitas disebut sebagai nilai-nilai agama yang tidak bertentangan dengan logika, yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan berdampingan dan bersosial [21]. Individu yang memegang teguh kepercayaan spiritualnya, cenderung menghindari perilaku tidak etis, tetapi individu yang bermoral baik belum tentu berperilaku etis [9].
Hasil penelitian terdahulu tentang religiusitas mendapatkan hasil bahwa religiusitas memiliki hubungan yang positif dengan persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka akan semakin baik perpsepsi etisnya, pun sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas seseorang akan semakin tidak etis pula persepsinya [34].
H3 : Religiusitas berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa.
Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Gender
Sifat Machiavellian digagas pertama kali oleh seorang filsuf dan ilmuwan politik yang bersal dari Italia yang bernama Niccolo Machiavelli pada tahun 1469 – 1527. Disebut Machiavelli, karena membenarkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan cenderung perilaku yang buruk. Orang yang melakukan jenis tindakan ini disebut Machiavellianism. Orang yang memiliki sifat Machiavellian yang tinggi cenderung mengambil kesempatan dari situasi yang sedang dialami, dan lebih memilih untuk menghalkan segala cara untuk mencapai yang diinginkan serta memiliki pandangan untuk mau melanggar aturan [22]. Sifat Machiavellian merupakan sebuah kepribadian seseorang yang tidak bisa menerima kritik, seseorang dengan kepribadian Machiavellian cenderung antisosial. Seseorang dengan kepribadian Machiavellian akan melakukan tindakan yang jauh dari kategori bermoral karena seseorang tersebut memiliki kemampuan ideologis dan berpikir yang rendah . [8]
Perilaku Machiavellian berbanding terbalik dengan perilaku yang seharusnya dimiliki mahasiswa akuntansi sebagai akuntan professional di masa yang akan datang, komitmen professional itu harus dijunjung tinggi dan diterapkan dalam kegiatan yang nantinya akan berkesinambungan, seorang akuntan professional harus bersikap sesuai norma dan menjunjung tinggi kejujuran. Berkaca pada kasus General Electric Company 2019 terkait pemanipulasian laporan keuangan, hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan persepsi etis seorang akuntan. Dimana profesi akuntan yang dikenal sebagai pemegang kendali dalam sebuah laporan keuangan dan cash flow perusahaan, namun akibat kejadian tersebut membuat para masyarakat kian resah dengan kredibiltas seorang akuntan. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa Negara diantaranya China, Canada, Amerika Serikat, Germany, Philiphine, Australia, Thailand dan Japan yang membahas dan meneliti tentang perilaku etis mereka berdasarkan jenis kelamin masing-masing mahasiswa, hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa respon tiap Negara berbeda, melihat dari sisi Negara China, mahasiswa akuntansi berjenis kelamin laki-laki memiliki persepsi etis yang rendah dibandingkan dengan mahasiswi perempuan. Namun di sisi Negara Ukraina, memiliki hasil yang berbeda dengan Negara China, di Negara Ukraina mahasiswi yang berjenis kelamin perempuan memiliki persepsi etis yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa laki-lakinya [5].
H4 : Sifat Machiavellian berpengaruh terhadap Gender.
Pengaruh Love of Money terhadap Gender
Individu yang memiliki sikap cinta berlebih saat melihat uang serta mendewakan uang, maka seseorang tersebut memiliki rasa harus memiliki banyak uang dengan melakukan berbagai macam cara [23]. Konsep Love of Money sejatinya adalah konsep literatur psikologis yang berkaitan dengan mindset seseorang, dimana pikiran tersebut yang nantinya akan memengaruhi seberapa tergila-gilanya dengan uang dan kemudian berpengaruh terhadap persepsi etisnya [14]. Seseorang yang cinta berlebihan terhadap uang atau akrab dikenal dengan Love of Money menggunakan Love of Money sebagai komponen yang berhubungan dengan keberhasilan seseorang. Komponen tersebut ada 4, diantaranya yaitu uang sebagai ukuran kesuksesan seseorang, uang sebagai motivasi, uang sebagai tanda bahwa seseorang kaya raya, dan uang sebagai pelengkap segala kepentingannya. Dari pendapat para ahli yang telah disebut di atas, dapat diringkas bahwa Love of Money merupakan sifat manusia yang cenderung mendewakan uang dan ingin memiliki uang sebanyak mungkin dengan cara apapun meskipun harus menempuh cara yang tidak baik [24].
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan memperoleh data bahwa Love of Money berpengaruh terhadap gender. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat Love of Money perempuan lebih rendah daripada laki laki. Dimana gender laki laki cenderung giat bekerja untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya [5].
H5 : Love of Money berpengaruh terhadap Gender.
Pengaruh Religiusitas terhadap Gender
Pada dasarnya, jenis kelamin adalah pembeda untuk laki-laki dan perempuan, dimana perbedaan tersebut memiliki kemungkinan untuk memengaruhi kepercayaan terhadap Tuhan [25]. Jenis kelamin merupakan pembeda laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis [26] Setiap warga negara di Indonesia memiliki hak dalam menentukan kepercayaan dan agama yang akan dipercayai, definisi agama atau religiusitas yaitu dapat membantu mengurangi dan atau mencegah kepribadian yang menyimpang. Siapapun orang yang beragama dapat mengendalikan dan bertindak agar tindakannya etis, hal ini sejajar dengan ajaran umat beragama yaitu senantiasa untuk berperilaku baik serta tidak menyakiti orang lain [14]. Religiusitas berasal dari Bahasa latin “religio” yang memiliki arti mengikat, artinya keterikatan seseorang dengan agama yang dipercayainya [27]. Di dalam sudut pandang lain, religiusitas merupakan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk senantiasa berjanji serta mengikuti prinsip-prinsip keyakinan yang sudah digariskan oleh Tuhan [28].
Hasil penelitian yang telah dilakukan, menjelaskan bahwa religiusitas tidak berpengaruh terhadap gender, yang dimaksut adalah setiap individu dapat memiliki tingkat religiusitas masing masing, karena untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang tidak bisa dikategorikan berdasarkan gender [27].
H6 : Religiusitas tidak berpengaruh terhadap Gender.
Pengaruh Gender terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Gender atau jenis kelamin didefinisikan sebagai perbedaan yang terlihat secara kasat mata antara pria dan wanita baik dari nilai dan perilakunya. Gender merupakan sebuah konsep yang digunakan sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut pandang selain fisik, namun dilihat berdasarkan aspek sosialnya, perasaan, dan psikologisnya [29]. Jenis kelamin atau gender merupakan konsep analisis yang diyakini untuk mengidentifikasi perbedaan non-biologis laki-laki dan perempuan dari segi pandang social budaya maupun psikologis [30]. Diyakini atau tidak, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi pola berfikir, serta perilaku yang diterapkan oleh setiap individu [31].
Berdasarkan paparan mengenai Gender tersebut, dapat dipahami bahwa sejatinya Gender merupakan sebuah pembatas atau pembeda dari laki-laki dan perempuan, pada dasarnya laki-laki dan perempuan memang memiliki tampilan fisik yang berbeda, namun dalam penelitian ini dengan adanya variabel Gender ini diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai apakah gender memengaruhi persepsi etis mahasiswa akuntansi pada Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa Negara diantaranya China, Canada, Amerika Serikat, Germany, Philiphine, Australia, Thailand dan Japan yang membahas dan meneliti tentang perilaku etis mereka berdasarkan jenis kelamin masing-masing mahasiswa, hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa respon tiap Negara berbeda, melihat dari sisi Negara China, mahasiswa akuntansi berjenis kelamin laki-laki memiliki persepsi etis yang rendah dibandingkan dengan mahasiswi perempuan. Namun di sisi Negara Ukraina, memiliki hasil yang berbeda dengan Negara China, di Negara Ukraina mahasiswi yang berjenis kelamin perempuan memiliki persepsi etis yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa laki-lakinya [5].
H7 : Gender berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender sebagai variable intervening
Perilaku etis atau etika seseorang adalah suatu sikap seseorang yang sifatnya bisa menyebar kepada lingkungan sekitarnya, artinya etika seseorang dapat memberikan dampak langsung maupun tidak langsung kepada lingkungan maupun anggota dalam sebuah circle dan sebaliknya, lingkungan yang sudah terbentuk di sebuah lingkaran organisasi juga dapat berdampak pada sikap seseorang [8].
Sifat Machiavellian merupakan sebuah kepribadian seseorang yang tidak bisa menerima kritik, seseorang dengan kepribadian Machiavellian cenderung antisosial. Seseorang dengan kepribadian Machiavellian akan melakukan tindakan yang jauh dari kategori bermoral karena seseorang tersebut memiliki kemampuan ideologis dan berpikir yang rendah [8]. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang Sifat Machiavellian menjelaskan bahwa Sifat Machiavellian memiliki pengaruh negatif terhadap persepsi etis. Hal demikian menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai atau tingkat Machiavellian seseorang akan semakin rendah pula persepsi etis pada dirinya dan sebaliknya, jika nilai atau tingkat Machiavellian rendah maka persepsi etis seseorang tersebut akan baik [1].
Jenis kelamin atau gender merupakan konsep analisis yang diyakini untuk mengidentifikasi perbedaan non-biologis laki-laki dan perempuan dari segi pandang social budaya maupun psikologis [30]. Diyakini atau tidak, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi pola berfikir, serta perilaku yang diterapkan oleh setiap individu [31].
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa Negara diantaranya China, Canada, Amerika Serikat, Germany, Philiphine, Australia, Thailand dan Japan yang membahas dan meneliti tentang perilaku etis mereka berdasarkan jenis kelamin masing-masing mahasiswa, hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa respon tiap Negara berbeda, melihat dari sisi Negara China, mahasiswa akuntansi berjenis kelamin laki-laki memiliki persepsi etis yang rendah dibandingkan dengan mahasiswi perempuan. Namun di sisi Negara Ukraina, memiliki hasil yang berbeda dengan Negara China, di Negara Ukraina mahasiswi yang berjenis kelamin perempuan memiliki persepsi etis yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa laki-lakinya [5].
H8 : Sifat Machaivellian berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender sebagai variable intervening
Pengaruh Love of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender sebagai variable intervening
Tindakan etis harus selalu diterapkan dalam segala kegiatan, baik saat menempuh pendidikan, melakukan bisnis, berdagang, dan segala aspek lainnya [12]. Pelanggaran etika yang terjadi di Indonesia terutama di bidang keuangan merupakan tindakan yang tidak jarang dijumpai, sehingga dalam hal seperti ini yang harus menjaga perilaku dan etika bisa dimulai dari diri sendiri [13].
Love of money memiliki perumpamaan seperti pedang bersisi ganda, di mana Love of money bisa mamacu seseorang untuk bekerja dengan giat agar memiliki banyak uang, dan di sisi lain memaksa seseorang untuk memiliki uang dengan menghalalkan segala cara [28]. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang Love Of Money menjelaskan bahwa Love of Money memiliki hasil negatif terhadap persepsi etis. Yang mana artinya adalah, semakin tinggi tingkat kecintaan seseorang terhadap uang maka akan semakin rendah juga persepsi etisnya. Pun sebaliknya semakin rendah tingkat Love of Money seseorang maka akan semakin baik persepsi etis seseorang [5].
Jenis kelamin atau gender merupakan konsep analisis yang diyakini untuk mengidentifikasi perbedaan non-biologis laki-laki dan perempuan dari segi pandang social budaya maupun psikologis [30]. Diyakini atau tidak, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi pola berfikir, serta perilaku yang diterapkan oleh setiap individu [31]. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan memperoleh data bahwa Love of Money berpengaruh terhadap gender. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat Love of Money perempuan lebih rendah daripada laki laki. Dimana gender laki laki cenderung giat bekerja untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya [5].
H9 : Love of Moneyberpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender sebagai variable intervening.
Pengaruh Religiusitas terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender sebagai variable intervening
Etika dianggap sebagai pemikiran yang paling mendasar dalam berperilaku dan bermoral dalam kehidupan sehari-hari [10]. Etika memiliki hubungan yang terikat dengan kode etik sebuah profesi, dimana kode etik seorang akuntan harus sesuai dengan peraturan yang sedang berlaku [11].
Religiusitas seseorang tidak hanya diukur berdasarkan saat seseorang tersebut melakukan ibadah/sembayang atau seseorang yang taat beribadah, karena religiusitas adalah hal yang lekat dengan kehidupan antar manusia. [32]. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang religiusitas mendapatkan hasil bahwa religiusitas memiliki hubungan yang positif dengan persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka akan semakin baik perpsepsi etisnya, pun sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas seseorang akan semakin tidak etis pula persepsinya [34].
Jenis kelamin atau gender merupakan konsep analisis yang diyakini untuk mengidentifikasi perbedaan non-biologis laki-laki dan perempuan dari segi pandang social budaya maupun psikologis [30]. Diyakini atau tidak, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi pola berfikir, serta perilaku yang diterapkan oleh setiap individu [31].
Hasil penelitian terdahulu tentang religiusitas mendapatkan data bahwa religiusitas memiliki hubungan yang positif dengan persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka akan semakin baik perpsepsi etisnya, pun sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas seseorang akan semakin tidak etis pula persepsinya [34].
H10 : Religiusitasberpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Gender sebagai variable intervening.
METODE
Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang ditempuh guna mendapatkan data akurat dari responden[33]. Metode penelitian ini disebut sebagai metode kuantitatif karena data yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian adalah berupa angka angka yang kemudian dianalisis menggunakan data statistik [34]. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan media google form yang dibagikan kepada responden.
Sifat Machiavellian (X1)
Sifat Machiavellian berhubungan erat dengan persepsi etis mahasiswa, sifat machiavellian merupakan sifat yang cenderung diartikan dalam konotasi negatif. Pasalnya, sifat machiavellian ini merupakan sifat yang tidak dapat menghargai usaha orang lain, seseorang dengan sifat machiavellian akan mengupayakan apa yang diinginkan tetapi dengan menempuh jalan yang tidak baik. Motivasi seseorang memiliki sifat machiavellian ini bisa terjadi dari diri sendiri maupun dari eksternal. Sifat machiavellian juga dikenal sebagai sifat seorang manipulator, di mana sifat tersebut sengaja digunakan untuk memanipulasi hasil dari sebuah pekerjaan yang nantinya seseorang tersebut akan mendapat pujian serta penghargaan atas hasil kerjanya, sedangkan yang melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan melalui cara yang baik cenderung tidak diapresiasi [1].
Indikator Sifat Machiavellian berdasarkan pandangan [35] diantaranya:
1. Penilaian seseorang terhadap perilaku yang dilakukan seseorang.
2. Persepsi personal terhadap seseorang.
3. Tingkat kejujuran seseorang dalam berperilaku
4. Motivasi
5. Penilaian baik serta buruk kepada seseorang.
Love of Money (X2)
Love of money yaitu kecintaan seseorang terhadap uang. Konsep Love of Money ini sangat berkaitan dengan persepsi etis seseorang, seseorang yang memiliki kecintaan terhadap uang secara berlebihan tentu akan menilai segala aspek dan keadaan dengan uang, pun segala sesuatu yang dilakukan tentu akan berorientasi terhadap uang. Selain demikian, seseorang akan berusaha menggunakan cara apapun untuk mendapatkan uang [14]. Love of money memiliki perumpamaan seperti pedang bersisi ganda, di mana Love of money bisa mamacu seseorang untuk bekerja dengan giat agar memiliki banyak uang, dan di sisi lain memaksa seseorang untuk memiliki uang dengan menghalalkan segala cara [28].
Indikator untuk Love of Money berdasarkan pandangan [6] :
mendapatkan uang.
1. Budget, berfokus kepada keahlian seseorang untuk mengalokasikan uang yang dimiliki.
2. Evil, berfokus kepada tingkat kemauan seseorang untuk bersikap tidak etis.
3. Equity, berfokus kepada pandangan seseorang tentang tolak ukur pencapaaiannya.
4. Success, berfokus kepada pandangan seseorang tentang tolak ukur kesuksesan yang diraihnya.
5. Self Expression, berfokus kepada ekspresi seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan
6. Social Influence, berfokus kepada rasa hormat yang diberikan oleh sekitar karena uang yang dimiliki.
7. Power of Control, berfokus pada kekuatan seseorang untuk melakukan perilaku tidak etis untuk
8. Happines, berfokus kepada uang bisa membuat seseorang bahagia.
9. Richness, berfokus kepada seseorang ingin memiliki banyak uang dan menjadi kaya.
10.Motivator, berfokus kepada seseorang yang menjadikan uang sebagai motivasi hidup.
Religiusitas (X3)
Religiusitas pada hakikatnya adalah hubungan atau keterikatan seseorang dengan Tuhan. Hubungan antara seseorang dengan Tuhan ini memiliki aturan yang terkandung di dalamnya, salah satunya adalah aturan mengenai perilaku mana yang terpuji dan perilaku mana yang tidak dianjurkan untuk dilakukan. Karena dalam setiap hubungan seseorang dengan Tuhan, ada aturan-aturan yang berlaku. Mana hal yang baik dan mana hal yang harus dihindari [28]. Religiusitas seseorang tidak hanya diukur berdasarkan saat seseorang tersebut melakukan ibadah/sembayang atau seseorang yang taat beribadah, karena religiusitas adalah hal yang lekat dengan kehidupan antar manusia. [32].
Indikator untuk Religiusitas berdasarkan pandangan [6] :
1. Kepercayaan atau keyakinan terhadap Islam
2. Tingkat Ibadah seorang muslim dalam beragama.
3. Tingkat Penghayatan seorang muslim terhadap perasaan religious.
4. Ilmu serta pengetahuan tentang ajaran Islam.
5. Perilaku dan Akhlak yang dimotivasi oleh ajaran agama Islam.
Gender (Z)
Gender adalah sebuah pembeda yang terlihat kasat mata, yakni dilihat berdasarkan fisik seseorang dan dibagi menjadi laki-laki dan perempuan [28]. Pada hasil penelitian terdahulu, terdapat sebuah pernyataan bahwa seorang karyawan perempuan cenderung lebih memprioritaskan pekerjaannya daripada uang yang akan dihasilkan, namun berbanding terbalik dengan karyawan laki-laki yang lebih memprioritaskan uang daripada pekerjaannya [24].
Indikator untuk Gender berdasarkan pandangan [36] :
1. Pengambilan keputusan.
2. Kemampuan dalam pekerjaan
3. Pelaksanaan tugas
4. Keberanian mengambil resiko
Persepsi Etis Mahasiswa (Y)
Persepsi etis seseorang tidak luput hubungannya dengan sifat Machiavellian, Love of Money, dan religiusitas. Dari tiga variabel di atas tentu ada keterkaitannya dengan perilaku etis seseorang. Persepti etis seseorang merupakan sebuah perilaku yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, perilaku ini yang nantinya akan menjadi titik penentuan kualitas diri seseorang. Dimana seseorang memiliki perilaku dan etika yang baik maka seseorang tersebut akan dinilai sebagai seseorang yang High Value [6].Persepsi etis mahasiswa merupakan sebuah respons mahasiswa dalam menghadapi situasi atau keadaan baik langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan akuntansi [20].
Indikator Persepsi Etis berdasarkan pandangan [35] yaitu:
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial pada program studi Akuntansi tahun angkatan 2019 Program S1 Reguler Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, yang beralamat di Jl. Mojopahit No.666 B, Sidowayah, Celep, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61215. Media yang digunakan dalam proses pengisian kuisioner ini adalah dengan menggunakan laman Google Formulir.
Populasi pada penelitian ini merupakan mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial pada program studi Akuntansi tahun angkatan 2019 yang berjumlah 254 mahasiswa.
Hal yang diperhatikan dalam penelitian selain populasi adalah sampel. Sampel merupakan sebuah bagian dari populasi yang dipilih saat akan melakukan penelitian [34]. Cara yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Probability Sampling.
Probability Sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara random atau acak, tidak bergantung terhadap apapun. Probability Sampling memiliki beberapa teknik di dalamnya untuk menentukan berapa sampel yang akan digunakan, peneliti akan menggunakan metode Simple random sampling. Metode ini mirip seperti pengundian nomor lotre karena setiap elemen sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih [34]. Adapun caranya adalah menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
n = N / 1+Ne^2
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
e = taraf kesalahan (5%)
Taraf kesalahan diasumsikan 5% karena pengambilan sampel dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%
Maka jumlah sampel sesuai dengan rumus Slovin di atas yaitu:
n = 254
1 + 254 (0.05)2
n = 254
1.635
n = 155,3
Berdasarkan hasil di atas, maka jumlah responden diambil pembulatan menjadi 155 responden.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan media google form yang langsung disebarluaskan kepada responden.
Jenis data yang diaplikasikan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini termasuk sumber data primer yakni sumber data yang diperoleh langsung melalui kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Sumber data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari orang pertama [37].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Deskripsi Responden Penelitian
Berdasarkan data sampel yang penelitian, ada sebanyak 155 kuesioner yang dibagikan kepada responden. Responden tersebut yaitu mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun Angkatan 2019.
Hasil uji karakteristik responden mahasiswa dan mahasiswi tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis Kelamin | Frekuensi (Orang) | Persentase % |
Laki Laki | 38 | 24,52% |
Perempuan | 117 | 75,48% |
Total | 155 | 100% |
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa persentase responden menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki laki sebanyak 38 orang dengan persentase 24,5%, dan jumlah jenis kelamin Perempuan sebanyak 117 dengan persentase 75,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data responden di atas dipenuhi oleh responden Perempuan.
Pengujian Outer Model (Model Pengukuran)
Outer model digunakan untuk melakukan pengukuran validitas dan reliabilitas sebuah data. Dengan menggunakan analisis model ini, maka dapat mengetahui hubungan antar variable laten dengan setiap indicator di dalamnya. Pengukuran dengan menggunakan model ini dilakukan dengan n PLS Algorithm.
A. Uji Validitas
1. Convergent Validity (Validitas Konvergen)
Validitas konvergen yaitu penilaian pengukuran yang berdasarkan dari loading factor dari tiap tiap indicator konstruk dan nilai average variance extracted (AVE).
Nilai loading factor dari outer model yaitu >0,7 kriterianya yaitu, apabila nilai model melebihi 0,7 maka model dinyatakan valid, lalu apabila nilai model kurang dari 0,7 maka dinyatakan tidak valid dan tidak akan digunakan. Nilai AVE dikatakan valid jika >0,5. Nilai Convergent Validity (Validitas Konvergen) ditujujukan pada tabel berikut:
Sifat Machiavellian | Love of Money | Religiusitas | Persepsi Etis Mahasiswa | Gender | |
X1.1 | 0,946 | ||||
X1.10 | 0,928 | ||||
X1.2 | 0,934 | ||||
X1.3 | 0,931 | ||||
X1.4 | 0,909 | ||||
X1.5 | 0,927 | ||||
X1.6 | 0,902 | ||||
X1.7 | 0,935 | ||||
X1.8 | 0,903 | ||||
X1.9 | 0,912 | ||||
X2.11 | 0,761 | ||||
X2.12 | 0,827 | ||||
X2.2 | 0,865 | ||||
X2.3 | 0,811 | ||||
X2.4 | 0,765 | ||||
X2.5 | 0,779 | ||||
X2.6 | 0,932 | ||||
X2.7 | 0,810 | ||||
X2.9 | 0,933 | ||||
X3.1 | 0,881 | ||||
X3.2 | 0,875 | ||||
X3.3 | 0,789 | ||||
X3.4 | 0,849 | ||||
X3.6 | 0,731 | ||||
Y2 | 0,888 | ||||
Y3 | 0,928 | ||||
Z1 | 0,928 | ||||
Z2 | 0,933 |
Berdasarkan tabel 2 yang memuat nilai outer model di atas, dapat dilihat bahwasanya nilai tiap outer loading dari semua indicator variable memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sehingga dikatakan valid. Apabila terdapat nilai indicator yang tidak sesuai atau di >0,7 maka harus dihapus.
Discriminant Validity (Validitas Diskriminan)
Validitas Diskriminan dapat dilihat dari nilai cross loading dari tiap indicator dengan konstruknya, dan juga dari nilai akar AVE. uji validitas diskkriminan dapat dipenuhi jika nilai korelasi variable terhadap variable itu sendiri lebih besar dari nilai korelasi semua variable lain. Selain itu, dalam metode validitas diskriminan ini dievaluasi dengan melakukan perbadingan aakar kuadrat yang diekstraksi dan varian rata rata a (√AVE) dari tiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya. Nilai √AVE dikatakan discriminant validity yang baik apabila akar AVE untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antara konstruk dan konstruk lain.
Cronbach's Alpha | rho_A | Composite Reliability | Average Variance Extracted (AVE) | |
X1 | 0,981 | 0,985 | 0,983 | 0,851 |
X2 | 0,945 | 0,951 | 0,953 | 0,695 |
X3 | 0,886 | 0,910 | 0,915 | 0,684 |
Y | 0,789 | 0,813 | 0,904 | 0,824 |
Z | 0,845 | 0,846 | 0,928 | 0,866 |
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai composite reliability dan cronbach alpha dan rho_A semua variabel penelitian > 0,7. nilai AVE variabel Sifat Machiavellian, Love of Money, Religiusitas, Gender, dan Persepsi Etis Mahasiswa p > 0,5. Dari hasil penelitian menunjukkanbahwa tiap variabel telah memenuhi composite reliability sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keseluruhan variabel memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
X1 | X2 | X3 | Y | Z | |
X1.1 | 0,946 | -0,015 | 0,081 | -0,050 | -0,230 |
X1.10 | 0,928 | 0,009 | 0,017 | -0,041 | -0,179 |
X1.2 | 0,934 | 0,002 | 0,056 | -0,066 | -0,219 |
X1.3 | 0,931 | -0,064 | -0,014 | -0,079 | -0,235 |
X1.4 | 0,909 | 0,005 | 0,013 | -0,045 | -0,159 |
X1.5 | 0,927 | -0,004 | 0,074 | -0,044 | -0,189 |
X1.6 | 0,902 | 0,058 | -0,009 | -0,097 | -0,165 |
X1.7 | 0,935 | 0,021 | 0,082 | -0,057 | -0,192 |
X1.8 | 0,903 | -0,020 | 0,048 | -0,021 | -0,207 |
X1.9 | 0,912 | -0,023 | 0,072 | -0,085 | -0,221 |
X2.11 | -0,019 | 0,761 | 0,033 | 0,191 | 0,187 |
X2.12 | -0,004 | 0,827 | 0,159 | 0,193 | 0,184 |
X2.2 | -0,013 | 0,865 | 0,145 | 0,115 | 0,149 |
X2.3 | -0,022 | 0,811 | 0,188 | 0,088 | 0,081 |
X2.4 | -0,018 | 0,765 | 0,141 | 0,140 | 0,154 |
X2.5 | 0,025 | 0,779 | 0,158 | 0,207 | 0,142 |
X2.6 | 0,010 | 0,932 | 0,189 | 0,140 | 0,153 |
X2.7 | 0,007 | 0,810 | 0,237 | 0,135 | 0,163 |
X2.9 | -0,019 | 0,933 | 0,184 | 0,161 | 0,171 |
X3.1 | 0,050 | 0,116 | 0,881 | -0,237 | -0,131 |
X3.2 | 0,101 | 0,053 | 0,875 | -0,238 | -0,174 |
X3.3 | 0,001 | 0,229 | 0,789 | -0,174 | -0,158 |
X3.4 | 0,050 | 0,246 | 0,849 | -0,205 | -0,207 |
X3.6 | -0,081 | 0,144 | 0,731 | -0,117 | -0,059 |
Y2 | 0,007 | 0,126 | -0,285 | 0,888 | 0,253 |
Y3 | -0,112 | 0,214 | -0,171 | 0,928 | 0,414 |
Z1 | -0,206 | 0,199 | -0,179 | 0,323 | 0,928 |
Z2 | -0,203 | 0,158 | -0,170 | 0,375 | 0,933 |
Berdasarkan tabel 4 di atas, untuk setiap angka yang diberi warna adalah nilai cross loading dari setiap indikator dengan konstruknya yang diukur, sedangkan untuk angka yang tidak diberi warna merupakan nilai cross loading korelasi indikator yang diukur dengan konstruk lain yang tidak diukur. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa table 7 menunjukkan nilai cross loading masing-masing indikator dengan konstruknya pada penelitian ini memiliki nilai diatas 0,7 dan nilai cross loading indikator yang diukur dengan konstruknya memiliki nilai lebih tinggi dari pada nilai cross loading korelasi indikator yang diukur dengan konstruk lainnya.
X1 | X2 | X3 | Y | Z | |
X1 | 0,923 | ||||
X2 | -0,006 | 0,834 | |||
X3 | 0,047 | 0,186 | 0,827 | ||
Y | -0,064 | 0,192 | -0,244 | 0,908 | |
Z | -0,220 | 0,192 | -0,187 | 0,375 | 0,931 |
Pada tabel di atas, untuk setiap angka yang diberi warna adalah nilai akar AVE dari setiap konstruk atau variabel, sedangkan untuk angka yang tidak diberi warna merupakan nilai korelasi antara konstruk atau variabel yang diukur dengan konstruk atau variabel lainnya dalam model. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tabel 5 menunjukkan nilai akar AVE dari setiap konstruk atau variabel pada penelitian ini memiliki nilai diatas nilai korelasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator konstruk atau variabel dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dari pengujian discriminant validity (validitas diskriminan).
Pengujian Inner Model
Setelah pengujian outer model yang telah memenuhi syarat, berikutnya dilakukan pengujian inner model (model structural). R-Square atau (indikator realibitas) untuk instruk dependen dan nilai t-statistic dari pengujian regresi berganda dapat digunakna untuk mengevaluasi inner model. Semakin tinggi nilai r-square berarti semakin baik modelprediksi darimodel penelitian yang diajukan. Dalam pengujian hipotesis, tingkat siginifikasi ditunjukkan oleh nilai regresi linear berganda.
Analisis Variant (R 2 ) atau Uji Determinasi
Analisis Variant (R2) atau Uji Determinasi yaitu untuk mengetahui besar pengaruh variabel independenterhadapvariabel dependen tersebut, nilai dari koefisien determinasi dapat ditunjukkan pada Tabel berikut
R Square | R Square Adjusted | |
Y | 0,200 | 0,179 |
Z | 0,131 | 0,114 |
Pada tabel di atas menunjukkan nilai R2 (R-square) untuk variabel stres kuliah (Y) sebesar 0,200, hal ini dapat diartikan bahwa kontribusi variable Sifat Machivellian (X1), love of money (X2), religiusitas (X3), dan gender (Z) terhadap variable persepsi etis mahasiswa (Y) sebesar 0,200 atau 20% untuk sisanya sebesar 80% yang didapatkan dari i (100% - 20%) adalah kontribusi dari variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
Selanjutnya, nilai R2 (R-square) untuk variabel motivasi (Z) yang dijadikan sebagai variabel intervening sebesar 0,131 hal ini dapat diartikan bahwa kontribusi variable sifat machivellian (X1), love of money (X2), religiusitas (X3) terhadap gender sebesar 0,131 atau 13% sedangkan untuk sisanya sebesar 87% yang didapatkan dari (100% - 13,1%) adalah kontribusi dari variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai R-square untuk variabel persepsi etis mahasiswa (Y) masuk kedalam kategori rendah, sedangkan R-square untuk variabel gender (Z) masuk kedalam kategori rendah.
Analisis F-square effect size (f2)
Nilai f-square digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor terhadap variabel dependen Nilai hasil perhitungan f2 disajikan dalam tabel 10 Berikut:
X1 | X2 | X3 | Y | Z | |
X1 | 0,000 | 0,050 | |||
X2 | 0,035 | 0,060 | |||
X3 | 0,056 | 0,054 | |||
Y | |||||
Z | 0,100 |
Berdasarkan tabel diatas dapat dijabarkan bahwa pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat maupun intervening merupakan pengaruh yang lemah, sedangkan pengaruh variabel intervening dengan variabel terikat memiliki pengaruh yang sedang.
UJI HIPOTESIS
Pengujian hipotesis yang dilkaukan pada penelitian ini yaitu dengan melihat nilai T-Statistic dan nilai P-Values. Nilai P-Values memiliki tolak ukur untuk menyatakan hipotesis tersebut diterima atau ditola. Hipotesis dapat diterima jika nilai T-Statistic > 1.96, dan nilai P-values < 0.05. berikut adalah hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dalam penelitian ini:
Path coefficient digunakan untuk melakukan uji pengaruh langsung antar hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, hubungan variabel bebas dengan variabel intervening, dan hubungan variabel intervening dengan variabel terikat. Di dalam path coefficient, pengujian hipotesis dapat dilihat dari tabel T-Statistic dan P-Values dari tiap hipotesis yang diuji. Hipotesis dianggap diterima apabila nilai T-statistic > 1.96 (t-tabel) dengan tingkat signifikan atau nilai P-Values <0.05 atau 5%
Original Sample (O) | Sample Mean (M) | Standard Deviation (STDEV) | T Statistics (|O/STDEV|) | P Values | Keterangan | |
X1-Sifat Machiavellian -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | 0.014 | 0.015 | 0.087 | 0.156 | 0.876 | Ditolak |
X1-Sifat Machiavellian -> Z-Gender | -0.208 | -0.214 | 0.072 | 2.878 | 0.004 | Diterima |
X2-Love of Money -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | 0.175 | 0.182 | 0.077 | 2.256 | 0.025 | Diterima |
X2-Love of Money -> Z-Gender | 0.232 | 0.238 | 0.075 | 3.069 | 0.002 | Diterima |
X3-Religiusitas -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | -0.220 | -0.225 | 0.070 | 3.154 | 0.002 | Diterima |
X3-Religiusitas -> Z-Gender | -0.221 | -0.231 | 0.070 | 3.175 | 0.002 | Diterima |
Z-Gender -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | 0.304 | 0.293 | 0.090 | 3.380 | 0.001 | Diterima |
Berdasarkan tabel 11 dapat dijelaskan uji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sifat machiavellian (X1) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) menghasilkan nilai T-Statistic sebesar 0.156, yakni lebih kecil dari T-tabel 1.96 (0.156 < 1.96) dan nilai P-Values sebesar 0.876 dan lebih besar daripada tingkat siginifikansi yaitu 0.05 (0.876 > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sifat machiavellian tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahsiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa ditolak.
2. Sifat machiavellian (X1) terhadap gender (Z) menghasilkan nilai T-Statistic sebesar 2.878, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (2.878 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.004 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.004 < 0.05). hal ini menunjukkan bahsa sifat machiavellaian berpengaruh signifikan terhadap gender. Sehingga hipotesis yang menyatakan sifat machiavellian berpengaruh terhadap gender diterima.
3. Love of money (X2) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) menghasilkan nilai T-Statistic sebesar 2.256, yakni lebih besar T-tabel 1.96 (2.256 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.025 dan lebih kecil daripada tingkat signifikasi yaitu 0.05 (0.025 < 0.05). hal ini menunjukkan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa diterima.
4. Love of money (X2) terhadap gender (Y) menghasilkan nilai T-statistic sebesar 3.069, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.069 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.002 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.002 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap gender. Sehingga hipotesis yang menyatakan love of money berpengaruh terhadap gender diterima.
5. Religiusitas (X3) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) menghasilkan nilai T-statistic sebesar 3.154, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.154 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.002 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.002 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa diterima.
6. Religiusitas (X3) terhadap gender (Z) menghasilkan nilai T-statistic sebesar 3.175, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.175 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.002 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.002 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh signifikan terhadap gender. Sehingga hipotesis yang menyatakan religiusitas tidak berpengaruh terhadap gender ditolak.
7. Gender (Z) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) menghasilkan nilai T-statistic sebesar 3.380 yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.380 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.001 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.001 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa diterima.
B. Indirect Effect
Indirect effect pada smartPLS digunakan untuk menguji pengaruh tidak langsung pada antar variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel mediasi berupa variabel intervening. Dalam indirect effect, pengujian hipotesis dilihat berdasarkan nilai T-statistic dan P-values dari setiap hipotesis yang diuji. Hipotesis dinyatakan diterima dan terjadi perngaruh mediasi jika nilai T-statistic > 1.96 (t-tabel) disertai dengan tingkat signifikan P-values < 0.05 atau 5%.
Original Sample (O) | Sample Mean (M) | Standard Deviation (STDEV) | T Statistics (|O/STDEV|) | P Values | Keterangan | |
X1-Sifat Machiavellian -> Z-Gender -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | -0.063 | -0.062 | 0.028 | 2.253 | 0.025 | Diterima |
X2-Love of Money-> Z-Gender -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | 0.070 | 0.072 | 0.035 | 1.990 | 0.047 | Diterima |
X3-Religiusitas -> Z-Gender -> Y-Persepsi Etis Mahasiswa | -0.067 | -0.068 | 0.029 | 2.314 | 0.021 | Diterima |
Berdasarkan tabel di atas, hasil indirect effect atau pengujian tidak langsung antar variabel adalah sebagi berikut:
1. Sifat machiavellian (X1) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) melalui (Z) sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T-Statistic sebesar 2.253, yakni lebih besar dari nilai t-tabel 1.96 (2.253 > 1.96) kemudian nilai P-Values sebesar 0.025 lebih kecil dari tingkat signifikansi atau nilai P-Values 0.05 (0.025 < 0.05). Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening. Sehingga hipotesis yang menyatakan sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening dapat diterima.
2. Love of money (X2) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) melalui (Z) sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T-Statistic sebesar 0.047, yakni lebih besar dari nilai t-tabel 1.96 (1.990 > 1.96) kemudian nilai P-Values sebesar 0.047 lebih kecil dari tingkat signifikansi atau nilai P-Values 0.05 (0.047 < 0.05). Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening. Sehingga hipotesis yang menyatakan love of money terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening dapat diterima.
3. Religiusitas (X3) terhadap persepsi etis mahasiswa (Y) melalui gender (Z) sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T-Statistic sebesar 2.314, yakni lebih besar dari nilai t-tabel 1.96 (2.314 > 1.96) kemudian nilai P-Values sebesar 0.021 lebih kecil dari tingkat signifikansi atau nilai P-Values 0.05 (0.021 < 0.05). Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening. Sehingga hipotesis yang menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening dapat diterima.
Pembahasan
1. Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh sifat machiavellian terhadap persepsi etis mahasiswa, menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar 0.156, yakni lebih kecil dari T-tabel 1.96 (0.156 < 1.96) dan nilai P-Values sebesar 0.876 dan lebih besar daripada tingkat siginifikansi yaitu 0.05 (0.876 > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sifat machiavellian tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahsiswa. Dengan demikian menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima. Artinya, sifat machiavellian tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel persepsi etis mahasiswa akuntansi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Menurut penelitian terdahulu sifat machiavellian merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan seseorang terhadap orang lain[38]. Machiavellianism atau sifat machiavellian lekat kaitannya dengan tindakan tidak etis seperti manipulatif, dan licik. Namun pada kenyataannya, bagi kalangan praktisi yang mengatahui secara langsung kondisi di dunia luar, tindakan tersebut tidak memberi impact atau dampak pada terbentuknya pesepsi etis seseorang [38].
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa sifat machiavellian tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa [38]. Namun bertolakbelakang dengan hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis [1].
2 . Pengaruh Love Of Money Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh love of money terhadap persepsi etis mahasiswa, menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar 2.256, yakni lebih besar T-tabel 1.96 (2.256 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.025 dan lebih kecil daripada tingkat signifikasi yaitu 0.05 (0.025 < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa dapat diterima. Hipotesis ini menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi rasa cinta mahasiswa terhadap uang, maka pandangan mahasiswa terhadap profesi seorang akuntan semakin baik.
Tingkat love of money seseorang dianggap menjadi tolak ukur terhadap cara seseorang tersebut dalam melakukan suatu tindakan, tingkat love of money yang tinggi kerap dianggap sebagai pribadi yang mencintai uang dengan berlebihan sehingga akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, atau semua tindakannya berorientasi terhadap uang. Namun di masa kini, kecintaan seseorang terhadap uang sesuai dengan persepsi etis mereka. Hal ini karena meskipun mahasiswa memiliki kecintaan terhadap uang yang berlebihan, mahasiswa juga sadar dengan regulasi yang berlaku. Artinya, mahasiswa juga terdorong untuk melakukan perilaku etis serta tidak menyimpang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa [38].
3. Pengaruh Religiusitas terhadap Persepsi Etis Mahasiswa
Berdasarkan hasil pengujian religiusitas terhadap persepsi etis mahasiswa, menghasilkan nilai T statsitik pada pengujian bernilai sebesar 3.154, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.154 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.002 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.002 < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa dapat diterima.
Religiusitas merupakan kaidah hidup seseorang, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengedepankan perilaku yang etis, rasa takut, rasa berdosa, dan rasa bersalah apakah tindakan tersebut sesuai dengan ajaran dan norma dalam beragama.
Tingkat religiusitas yang tinggi pada seseorang memberikan gambaran bahwa orang tersebut memiliki rasa keterikatan dengan ajaran dan norma dalam beragama, dengan demikian secara tidak langsung memberikan keterikatan terhadap seseorang sehingga memiliki perilaku dan persepsi yang etis dan tidak menyimpang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan yang menyatakan bahwa religiusitas memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa [39].
4. Pengaruh Sifat Machiavellian Terhadap Gender
Berdasarkan hasil pengujian sifat machiavellian terhadap gender, menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar 2.878, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (2.878 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.004 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.004 < 0.05). hal ini menunjukkan bahsa sifat machiavellaian berpengaruh signifikan terhadap gender. Sehingga hipotesis yang menyatakan sifat machiavellian berpengaruh terhadap gender dapat diterima.
Pandangan atau stigma seseorang terhadap sifat machiavellian adalah sifat yang cenderung manipulatif, atau bisa saja untuk mengontrol orang lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan yang menyatakan bahwa sifat machiavellian berpengaruh terhadap gender [5].
5. Pengaruh Love Of Money Terhadap Gender
Berdasarkan hasil pengujian love of money terhadap gender, menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar 3.069, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.069 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.002 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.002 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap gender. Sehingga hipotesis yang menyatakan love of money berpengaruh terhadap gender dapat diterima.
Seseorang yang cinta berlebihan terhadap uang atau akrab dikenal dengan Love of Money menggunakan Love of Money sebagai komponen yang berhubungan dengan keberhasilan seseorang. Komponen tersebut ada 4, diantaranya yaitu uang sebagai ukuran kesuksesan seseorang, uang sebagai motivasi, uang sebagai tanda bahwa seseorang kaya raya, dan uang sebagai pelengkap segala kepentingannya [24]. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa love of money berpengaruh terhadap gender [5].
6. Pengaruh Religiusitas Terhadap Gender
Berdasarkan hasil pengujian religiusitas terhadap gender menghasilkan nilai T statsitik pada pengujian bernilai sebesar 3.175, yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.175 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.002 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.002 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh signifikan terhadap gender. Sehingga hipotesis yang menyatakan religiusitas tidak berpengaruh terhadap gender tidak dapat diterima.
Pada dasarnya, jenis kelamin adalah pembeda untuk laki-laki dan perempuan, dimana perbedaan tersebut memiliki kemungkinan untuk memengaruhi kepercayaan terhadap Tuhan [25]. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan, yang menjelaskan bahwa religiusitas tidak berpengaruh terhadap gender, yang dimaksut adalah setiap individu dapat memiliki tingkat religiusitas masing masing, karena untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang tidak bisa dikategorikan berdasarkan gender [27]. Sedangkan hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang sudah dilakukan, yang menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap gender atau jenis kelamin [25].
7. Pengaruh Gender Tehadap Persepsi Etis Mahasiswa
Berdasarkan hasil pengujian gender terhadap persepsi etis mahasiswa, menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar 3.380 yakni lebih besar dari T-tabel 1.96 (3.380 < 1.96) dan nilai p-values sebesar 0.001 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu 0.05 (0.001 < 0.05) hal ini menunjukkan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Sehingga hipotesis yang menyatakan gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa dapat diterima.
Jenis kelamin atau gender merupakan konsep analisis yang diyakini untuk mengidentifikasi perbedaan non-biologis laki-laki dan perempuan dari segi pandang social budaya maupun psikologis [30]. Diyakini atau tidak, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi pola berfikir, serta perilaku yang diterapkan oleh setiap individu [31].
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa [5].
8. Pengaruh Sifat Machiavellian Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Dengan Gender Sebagai Variabel Intervening.
Berdasarkan hasil pengujian sifat machiavellian terhadap persepsi etis mahasiswa dengan gender sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar sebesar 2.253, yakni lebih besar dari nilai t-tabel 1.96 (2.253 > 1.96) kemudian nilai P-Values sebesar 0.025 lebih kecil dari tingkat signifikansi atau nilai P-Values 0.05 (0.025 < 0.05). Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening. Sehingga hipotesis yang menyatakan sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening dapat diterima.
Sifat machiavellian tidak luput kaitannya dengan keadaan emosi seorang mahasiswa yang memiliki ambisius tinggi dalam mencapai apa yang diinginkan di dalam dunia perkuliahan, oleh karena itu dengan adanya gender sebagai variabel intervening adalah untuk mengetahui apakah sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa dangan mediasi gender. Machiavellian cenderung sifat yang mengacu kepada tindakan negatif dan berperilaku curang yang seolah-olah menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yakni sifat machiavellian berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa [1]. Serta sejalan dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa [5]
9. Pengaruh Love of Money Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Dengan Gender Sebagai Variabel Intervening.
Berdasarkan hasil pengujian love of money terhadap persepsi etis mahasiswa dengan gender sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar sebesar 0.047, yakni lebih besar dari nilai t-tabel 1.96 (1.990 > 1.96) kemudian nilai P-Values sebesar 0.047 lebih kecil dari tingkat signifikansi atau nilai P-Values 0.05 (0.047 < 0.05). Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa love of money berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening. Sehingga hipotesis yang menyatakan love of money terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening dapat diterima.
Tinggi atau rendahnya tingkat love of money seseorang, akan memengaruhi bagaimana perilaku yang akan terjadi nantinya. Namun, tidak dapat dipukul rata demikian, karena pada masa sekarang ini seseorang dapat memahami peraturan dan hukum yang berlaku sehingga meskipun memiliki tingkat love of money yang tinggi, tidak mendorong dirinya untuk melakukan tindakan tidak etis. Kecintaan seseorang terhadap uang sesuai dengan persepsi etis mereka. Hal ini karena meskipun mahasiswa memiliki kecintaan terhadap uang yang berlebihan, mahasiswa juga sadar dengan regulasi yang berlaku. Artinya, mahasiswa juga terdorong untuk melakukan perilaku etis serta tidak menyimpang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa love of money berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti terdahulu yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara love of money dengan persepsi etis mahasiswa [28]. Serta didukung dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara gender dengan persepsi etis mahasiswa [5]
10. Pengaruh Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Dengan Gender Sebagai Variabel Intervening.
Berdasarkan hasil pengujian religiusitas terhadap persepsi etis mahasiswa dengan gender sebagai variabel intervening menghasilkan nilai T statistik pada pengujian bernilai sebesar sebesar 2.314, yakni lebih besar dari nilai t-tabel 1.96 (2.314 > 1.96) kemudian nilai P-Values sebesar 0.021 lebih kecil dari tingkat signifikansi atau nilai P-Values 0.05 (0.021 < 0.05). Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening. Sehingga hipotesis yang menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa melalui gender sebagai variabel intervening dapat diterima.
Religiusitas disebut sebagai nilai-nilai agama yang tidak bertentangan dengan logika, yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan berdampingan dan bersosial [21]. Diyakini atau tidak, perbedaan jenis kelamin dapat memengaruhi pola berfikir, serta perilaku yang diterapkan oleh setiap individu [31]. Tingkat religiusitas seseorang satu dengan seseorang yang lain tentu berbeda, cara seseorang dalam implementasi religiusitas terhadap keadaan sosial pun juga berbeda, maka sedikit atau banyak dampak yang ditimbulkan antara religiusitas dengan persepsi etis mahasiswa, tetap memengaruhi persepsi etis mahasiswa. Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa religiusitas memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa [39]. Dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara persepsi etis mahasiswa dengan gender [5].
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sifat machiavellian tidak memengaruhi persepsi etis mahasiswa di program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, namun love of money, religiusitas, dan gender dapat memengaruhi persepsi etis mahasiswa di program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa adanya hubungan dan pengaruh signifikan antara sifat machiavellian dengan gender di program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, begitu pula dengan love of money dan religiusitas memiliki hubungan dan pengaruh signifikan terhadap gender. Selanjutnya yakni sifat machiavellian memengaruhi persepsi etis mahasiswa dengan gender sebagai variabel intervening di program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, hasil yang sama ditunjukkan dengan love of money dapat memengaruhi persepsi etis mahasiswa dengan gender sebagai variabel intervening di program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, serta religiusitas dapat memengaruhi persepsi etis mahasiswa dengan gender sebagai variabel intervening di program studi akuntansi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
References
- P. I. Kurniawan And A. A. G. P. Widanaputra, “Pengaruh Love Of Money Dan Machiavellian Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi,” P. 29, 2017.
- S. Oktarianisa, “General Electric Diduga Manipulasi Laporan Keuangan Us$ 38 M,” 2019. Https://Www.Cnbcindonesia.Com/News/20190816121319-4-92493/General-Electric-Diduga-Manipulasi-Laporan-Keuangan-Us--38-M
- H. Purnomo, “Dahlan: Direktur Garuda Pintar Sulap Rugi Rp 2,4 T Jadi Laba,” 2019. Https://Www.Cnbcindonesia.Com/News/20190729130521-4-88252/Dahlan-Direktur-Garuda-Pintar-Sulap-Rugi-Rp-24-T-Jadi-Laba
- I. Muhammad, “Kejari Sidoarjo Selidiki Dugaan Kecurangan Pengadaan Seragam Pns Tahun 2019,” 2022. Https://Beritajatim.Com/Hukum-Kriminal/Kejari-Sidoarjo-Selidiki-Dugaan-Kecurangan-Pengadaan-Seragam-Pns-Tahun-2019/
- Y. Friscilla And P. I. Nugroho, “Love Of Money, Machiavellian Dan Persepsi Etis : Analisis Berdasarkan Perspektif Gender,” Vol. 11, P. 12, 2020.
- E. Mawarni, “Pengaruh Love Of Money, Machiavellian, Religiusitas, Dan Idealisme Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.Pdf.” 2022.
- N. Koumbiadis And J. O. Okpara, “Ethics And Accounting Profession: An Exploratory Study Of Accounting Students In Post Secondary Institutions,” P. 10.
- T. Nugraha, “Pengaruh Komitmen Profesional, Lingkungan Etika, Sifat Machiavellian Dan Personal Cost Terhadap Intensi Whistleblowing Dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderating.” Jom Fekon, 2017.
- N. Lutfi Abdurahman And A. Hidayatulloh, “Kecerdasan, Religiuistas, Kecintaan Terhadap Uang Dan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,” J. Apl. Akunt., Vol. 4, No. 2, Pp. 211–225, Apr. 2020, Doi: 10.29303/Jaa.V4i2.75.
- N. A. Musyadad And E. M. Sagoro, “Pengaruh Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Dan Kecerdasan Mahasiswa Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Di Yogyakarta,” Nominal Barom. Ris. Akunt. Dan Manaj., Vol. 8, No. 1, Pp. 71–86, Apr. 2019, Doi: 10.21831/Nominal.V8i1.24500.
- Rinaldy, A. Amin, And A. Shalsabila, “Prinsip Etika Profesi Akuntan : Persepsi Mahasiswa”.
- S. N. Latifah, “Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Muhammad Saw Terhadap Customer Retention Dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Internal Stakeholders (Studi Kasus Pada Unit Usaha Penjualan Dan Jasa Penggilingan Daging Pelita Jaya Jember),” No. 21.
- Y. A. Nisa, “Pengaruh Love Of Money, Machiavellian, Idealisme Dan Religiusitas Pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi,” 2020.
- A. Kurniawan And A. Anjarwati, “Does Love Of Money, Machiavellian, Religiosity, Socioeconomic Status, And Understanding Of The Accountant’s Code Of Ethics Affect The Ethical Perception Of Accounting Students?,” In Proceedings Of The 1st International Conference On Accounting, Management And Entrepreneurship (Icamer 2019), Cirebon, Indonesia: Atlantis Press, 2020. Doi: 10.2991/Aebmr.K.200305.009.
- T. Li‐Ping Tang, Y. Chen, And T. Sutarso, “Bad Apples In Bad (Business) Barrels: The Love Of Money, Machiavellianism, Risk Tolerance, And Unethical Behavior,” Manag. Decis., Vol. 46, No. 2, Pp. 243–263, Mar. 2008, Doi: 10.1108/00251740810854140.
- Khanifah, “The Effects Of Gender, Locus Of Control, Love Of Money, And Economic Status On Students Ethical Perception,” Int. J. High. Educ., Vol. 8, 2019.
- I. Maksum And M. N. Ningtyas, “The Dark Side Of Perceived Corruption: Mediating Mechanism Between Love Of Money And Evil Behavior,” Diponegoro Int. J. Bus., Vol. 5, No. 1, Pp. 12–23, Jun. 2022, Doi: 10.14710/Dijb.5.1.2022.12-23.
- O. Pramiana And M. Astutik, “Perceptions Of Tax Evasion Among Educators: Review From Social Economic Status And Love Of Money,” Soc. Sci., 2022.
- A.- Hoetoro, “The Relationship Between Love Of Money, Islamic Religiosity And Life Satisfaction: A Muslim’s Perspective,” Iqtishadia, Vol. 13, No. 1, P. 38, Jun. 2020, Doi: 10.21043/Iqtishadia.V13i1.7333.
- S. Mulyani, “Pengaruh Pengetahuan Etika Profesi Akuntan, Love Of Money Dan Gender Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Mengenai Creative Accounting,” P. 18, 2020.
- F. A. Tripuspitorini, “Pengaruh Religiusitas Terhadap Minat Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung Untuk Menabung Di Bank Syariah,” Vol. 4, No. 2, 2019.
- F. S. Robfilard, “Pengaruh Sifat Machiavellian, Locus Of Control Dan Kepribadian Hexaco Terhadap Dysfunctional Audit Behavior,” Vol. 2, P. 16, 2021.
- R. Rindayanti And D. S. Budiarto, “Hubungan Antara Love Of Money, Machiavellian Dengan Persepsi Etis: Analisis Berdasarkan Perspektif Gender,” Akuntabilitas, Vol. 10, No. 2, Pp. 261–272, Oct. 2017, Doi: 10.15408/Akt.V10i2.6137.
- T. L.-P. Tang And R. K. Chiu, “Income, Money Ethic, Pay Satisfaction, Commitment, And Unethical Behavior: Is The Love Of Money The Root Of Evil For Hong Kong Employees,” J. Bus. Ethics, Vol. 46, No. 1, Pp. 13–30, 2003, Doi: 10.1023/A:1024731611490.
- M. A. Dewanta And Z. Machmuddah, “Gender, Religiosity, Love Of Money, And Ethical Perception Of Tax Evasion,” J. Din. Akunt. Dan Bisnis, Vol. 6, No. 1, Pp. 71–84, Mar. 2019, Doi: 10.24815/Jdab.V6i1.10990.
- R. Raynaldi And M. Afriyenti, “Pengaruh Gender, Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit Dan Etika Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Empiris Pada Auditor Di Kantor Akuntan Publik Kota Padang)”.
- A. Rahmat, A. Asyari, And H. E. Puteri, “Pengaruh Hedonisme Dan Religiusitas Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa,” Ekon. Syariah J. Econ. Stud., Vol. 4, No. 1, P. 39, Jul. 2020, Doi: 10.30983/Es.V4i1.3198.
- N. Saadah And S. Samroh, “Love Of Money, Religiosity, And Gender: How Do These Affect The Ethical Perceptions Of Public Accountants?,” Account. Anal. J., Vol. 10, No. 1, Pp. 71–77, Mar. 2021, Doi: 10.15294/Aaj.V10i1.44736.
- C. N. Muna, “Pengaruh Love Of Money, Perilaku Machiavellian, Religiusitas, Dan Gender Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi,” J. Econ. Bus. Eng. Jebe, Vol. 2, No. 2, Pp. 235–244, Apr. 2021, Doi: 10.32500/Jebe.V2i2.1738.
- N. A. Putri And M. Ak, “Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Usia, Status Sosial Ekonomi, Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variable Intervening”.
- L. N. Alfiah, D. A. Rokhim, And I. A. I. Wulandari, “Perbedaan Minat Berwirausaha Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa,” J. Adm. Dan Manaj. Pendidik., Vol. 3, No. 3, Pp. 208–215, Sep. 2020, Doi: 10.17977/Um027v3i32020p208.
- Y. H. Putriani And A. Shofawati, “Pola Perilaku Konsumsi Islami Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Ditinjau Dari Tingkat Religiusitas,” J. Ekon. Syariah Teori Dan Terap., Vol. 2, No. 7, P. 570, Dec. 2015, Doi: 10.20473/Vol2iss20157pp570-582.
- Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta, 2019.
- S. Hermawan And Amirullah, “Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif.Pdf.” 2016.
- T. I. Aziz, “Pengaruh Love Of Money Dan Machiavellian Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Uny Angkatan 2013 Dan Angkatan 2014),” 2015.
- M. Y. A. Atok, “Pengaruh Gender Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa S-1 Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma),” 2021.
- T. Pramiyati, J. Jayanta, And Y. Yulnelly, “Peran Data Primer Pada Pembentukan Skema Konseptual Yang Faktual (Studi Kasus: Skema Konseptual Basisdata Simbumil),” Simetris J. Tek. Mesin Elektro Dan Ilmu Komput., Vol. 8, No. 2, P. 679, Nov. 2017, Doi: 10.24176/Simet.V8i2.1574.
- U. K. Ikhmah And S. Hermawan, “Pengaruh Love Of Money, Machiavellian Dan Ethical Sensitivityterhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi,” 2023.
- K. Rozikin And E. Susilowati, “Pengaruh Religiusitas, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Idealisme Dan Status Ekonomi Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi,” Etn. J. Ekon. Dan Tek., Vol. 2, No. 5, Pp. 415–422, May 2023, Doi: 10.54543/Etnik.V2i5.165.