Islamic Psychology
DOI: 10.21070/ijis.v11i0.1654

Description of Altruistic Behavior of Muhammadiyah Volunteers in Spreading Covid-19 in Sidoarjo


Gambaran Perilaku Altruistik Relawan Muhammadiyah dalam Pemulasaran Covid-19 di Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Altruism Volunteer COVID-19 Corpse Retrieval MDMC

Abstract

This study aims to find out the description of altruistic behavior in MDMC volunteers in the screening of COVID-19 corpses in Sidoarjo and to find out what factors encourage their involvement as MDMC volunteers in the screening of COVID-19 corpses in Sidoarjo. The method used is qualitative in the form of phenomenology. This study also uses an interview technique based on Story Telling and semi-structured interviews. The subject of the study was an MDMC volunteer in Sidoarjo who served as the relocation of COVID-19 bodies in Sidoarjo. The results of this study are that the subject can take the time to help others who are in need, in addition to taking the time the subject also feels tolerant when he sees a corpse that has died from Covid-19, not only that the five research subjects also have a high social spirit, they can control themselves, and they also basically have a helping spirit from an early age which is obtained from parenting patterns from childhood.

Pendahuluan

Masa pandemic COVID-19, mulai terdeteksi pada tahun 2019 pertama kali di Cina ini sangat menggemparkan dunia. Karena virus tersebut dapat menyebar secara cepat. Pada bulan Juni 2019 virus tersebut telah menyebar ke berbagai belahan dunia dan telah menyebabkan 178 juta kasus terkonfirmasi Virus COVID-19 dan 3,9 juta kematian (BBC Indonesia, 2021).

Di Indonesia, Virus COVID-19 ini telah terkonfirmasi masuk dalam RI pada bulan Maret 2020 terdapat WNI perempuan yang berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun telah terjangkit virus tersebut (Ratna Nuraini,2020). Dengan terkonfirmasinya kasus tersebut, pemerintah dengan cepat memikirkan apa yang harus mereka dilakukan agar virus tersebut tidak menyebar luas ke masyarakat lainnya, sehingga pemerintah dan terutama bapak presiden Jokowidodo mengumumkan agar tetap tenang dan mematuhi protokol Kesehatan dengan menerapkan 3M yaitu, Menggunakan Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak. Akan tetapi dengan menerapkan prokes tersebut tidak bisa memutus rantai penyebaran COVID-19 yang setiap hari semakin meningkat angka terkonfirmasi positif virus tersebut

Seperti halnya kasus di daerah Sidoarjo yang setiap bulan berbeda beda angka positif, sembuh serta meningglnya. Pada akhir bulan September pada tanggal 27, tercatat total kasus positif virus COVID-19 sebanyak 249.35, Meninggal 959 dan sembuh 23879. Pada bulan Oktober tepatnya tanggal 22, tercatat total kasus positif virus COVID-19 di Sidoarjo sebanyak 25067 orang, Meninggal 964, Sembuh 24088 orang. Selanjutnya pada tanggal 1 November 2021 ini telah tercatat 25067 yang terinveksi virus COVID-19, 24088 Sembuh dan 964 Meninggal dunia di daerah Sidoarjo. (D-19 Sidoarjo, 2021).

Beberapa masyarakat juga ikut serta berpartisipasi dalam kerelawanan untuk membantu tenaga medis dalam proses pemulasaran jenazah COVID sampai dengan pemakamannya. Kegiatan tersebut disambut positif oleh tenaga medis maupun masyarakat lainnya, selain membantu tenaga medis, tim kerelawanan juga membantu para keluarga korban yang ditinggalkan.

Seperti halnya komunitas MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) yang ada di Sidoarjo, mereka melakukan serangkaian kegiatan untuk membantu melaksanakan proses pemulasaran jenazah COVID-19 di Sidoarjo. Mulai dari perawatan, pemandian sampai dengan pemakaman. Tidak hanya itu, selain dari MDMC juga ada organisasi lain, missal dari Lazizmu. Selain membantu pemulasaran jenazah COVID-19, MDMC dan Lazizmu juga membantu korban bencana misalnya banjir, mencari korban yang hanyut di sungai dan masih banyak lagi. Lazizmu disini memberi bantuan berupa sembako atau pemberian makanan kepada korban benca alam tersebut.

Kata relawan mengandung arti perbuatan mulia yang dilakukan seseorang dengan sukarela,tanpa pamrih, jujur, dan jujur. Definisi relawan Menurut Schroeder (1998) ialah suatu individu yang dengan rela menyumbangkan tenaga atau jasa, kemampuan dan waktu nyata mendapatkan upah secara finansial tanpa mengharapkan keuntungan dari oranglain. Relawan merupakan seorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan Nurani hatinya untuk memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta, dan yang lainnya) kepada masyarakat sebagai `perwujudan tanggungjawab sosialnya tanpa pamrih baik berupa imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan, ataupun kepentingan maupun karier. (Ninla Elmawati Falabiba et al., 2014)

Fajar Surahman (2020) MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) adalah Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah sebagai unsur pembantu pimpinan Muhammadiyah dalam proses penanggulangan bencana serta revitalisasi pasca bencana sebagai bentuk Dakwah Amar Ma’rif Nahi Mungkar. Pendiri Penanggulangan Bencana (LPB) pada tahun perserikatan Muhammadiyah yang selanjutnya disebut MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center).

Pemulasaran jenazah COVID-19 yaitu suatu organisasi kerelawanan yang melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan membantu keluarga korban COVID-19 untuk perawatan jenazah pasien COVID-19. Adapun serangkaian kegiatan yang dilakukan relawan pemulasaran antara lain seperti memandikan jenazah, mengkafani jenazah sampai akhirnya memakamkan jenazah ke liang kubur (Naconha, 2021)

Relawan Pemulasaran Jenazah Pasien COVID 19 berarti sekelompok orang yang mengikuti kegiatan pemulasaran atau perawatan jenazah pasien Covid 19 mulai dari perawatan meninggal, memandikan sampai pemakaman jenazah. Mereka melakukan kegiatan tersebut untuk membantu keluarga korban yang ditinggalkan. Meskipun para relawan merasa takut dalam kegiatan ini, tetapi mereka tetap mematuhi protocol Kesehatan yang ada (Selatan, 2021)

Altruisme dapat didefinisikan sebagai keinginan untuk membantu orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. Sedangkan Santrock mendefinisikan altruisme sebagai sikap altruistik dalam membantu orang lain. Altruistik diartikan oleh Aronson, Wilson dan Akert sebagai pertolongan yang diperuntukkan dengan tulus, tanpa mengharap balasan (manfaat) apa pun dari orang lain dan tidak memberikan manfaat apa pun untuk dirinya. (Astuti et al., 2015). Beberapa sikap relawan tersebut menunjukkan karakteristik seorang altruistik, Batson (2002) menyatakan emosi altruistik yang mengarah pada perhatian, kasih sayang, kelembutan, sebagai akibat dari menyaksikan penderitaan orang lain. (Savitri & Purwaningtyastuti, 2020).

Menurut (Myers, 2012) karakteristik seseorang yang memiliki sifat altruistik yaitu orang yang memiliki lima sifat pada dirinya, sifat tersebut yaitu: Empati, Belief On A Just World, Social Resposibility, Kontrol Diri Secara Internal, Ego Yang Rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya dibedakan menjadi 2, yaitu faktor personal dan situasional. Faktor Situasional terdiri dari suasana hati, sifat, jenis kelamin, pola asuh. Sedangkan faktor personal terdiri dari bystanders, daya Tarik, adanya model, desakan waktu, sifat kebutuhan korban.

Pada penelitian sebelumnya Lilis Kusuma Dewi, (2019) meneliti tentang “Perilaku Altruisme Pada Relawan Bencana Di Lereng Gunung Merapi”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa relawan bencana di lereng gunung Merapi memiliki perilaku altruistik yaitu adanya Kerjasama dalam menolong kebencanaan, menolong korban bencana ikhlas dan tanpa pamrih.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan gambaran altruistic pada relawan MDMC dalam pemulasaran jenazah COVID-19 di Sidoarjo dan untuk mendeskripsikan factor-faktor yang mendorong keterlibatan mereka sebagai relawan COVID-19 dalm pemulasaran jenazah COVID-19 di Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi yang bertujuan untuk menggali kesadaran atau informasi secara detail dari subjek mengenai pengalaman dari suatu peristiwa yang terjadi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Perilaku Altuiristik, yaitu perilaku seseorang dalam menolong orang lain tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang di bantu). Teknik pengambilan data disini menggunakan Nonprobablility Sampling dengan menggunakan Purposive Sampling. Dengan kriteria subjek sebagai berikut: mengikuti kegiatan pemulasaran jenazah COVID-19 di Sidoarjo, Tercatat sebagai Anggota Relawan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center)/PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kabupaten Sidoarjo.

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan disini adalah menggunakan wawancara. Menurut Imam Gunawan “Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal”. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa Story Telling.Di sini peneliti menggunakan cara Story Telling kepada subjek dan wawancara semi terstruktur guna untuk mendapatkan informasi secara jelas, tepat dan akurat.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis gambaran pada subjek, Dimensi pertama yang menggambarkan Perilaku Altruistik adalah Empati adalah Perilaku Altruistik akan terjadi dengan adanya empati dalam diri seseorang. Seseorang yang paling Altruistik merasa diri mereka paling bertanggung jawab, bersifat sosial, selalu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi untuk membuat kesan yang baik. Bentuk empati yang di tunjuukan oleh ke lima subjek yaitu sama sama mempunyai rasa empati kepada korban COVID-19, yang ditunjukkan seperti rasa tidak tega melihat korban (jenazah) dan keluarga korban yang ditinggalkan.

Pada dimensi ke dua dari perilaku Altruistik disini adalah Belief On Just World yaitu Kepercayaan akan dunia yang adil pemahaman manusia tentang keadilan dunia, Pemahaman ini mempengaruhi perilaku orang ini. Ini menggambarkan apa yang akan datang kepada mereka yang berbuat baik. Orang yang melakukan hal baik dan sebaliknya, orang yang melakukan hal buruk menjadi buruk juga.

Individu yang mempunyai sikap seperti ini merupakan orang yang percaya akan keadilan dunia, orang yang berbuat baik kepada orang lain, suatu saat akan di balas dengan kebaikan juga. Meskipun balasan tersebut memang tidak langsung diterima, namun suatu saat pasti akan ia terima. Begitupun sebaliknya, seseorang yang menyimpan keburukan kepada orang lain atau bahkan telah melakukan suatu keburukan maupun kejahatan, hal tersebut suatu saat juga akan ia terima meskipun hal tersebut juga tidak langsung diterima.

Untuk dimensi ketiga di perilaku Altruistik disini adalah sosial responsibility yaitu tanggung jawab antar individu yang dimana setiap manusia wajib bekerjasama dengan oranglain ataupun dapat bergabung dengan individu lainnya. Hal ini bertujuan agar setiap individu dapat bekerja sama untuk kepentingan suatu komunitas yang nantinya akan mewariskan atau meneruskan negara ini.

Dalam hal ini, subjek memiliki tanggung jawab dengan individu lain yang dimana setiap manusia wajib bekerjasama dengan orang lain atau dapat dikatakan saling membantu satu sama lain dengan tujuan untuk kepentingan suatu komunitas yang nantinya akan mewariskan atau meneruskan negara ini.

Selain itu, dimensi yang ke empat yaitu Kontrol diri Internal merupakan Yang dimaksud dengan control diri secara internal disini ialah seorang individu yang mengatur dirinya sendiri, baik perilaku maupun kebutuhan-kebutuhannya. Yang berarti individu tersebut bebas menentukan pilihannya sendiri, ia juga paham mana yang baik untuknya mana yang buruk untuknya.

Selain itu, seseorang yang mengontrol diri secara internal dapat memberi ganjaran bagi dirinya sendiri bila berhasil mencapai tujuan, dan menghukum dirinya sendiri bila tidak berhasil mencapai tujuan. Sehingga hal tersebut dapat bermanfaat dan adil baginya.

Dalam hal ini, subjek dapat mengontrol dirinya sendiri dan beliau juga dapat menentukan mana yang baik maupun mana yang buruk. Disini subjek mengikuti kegiatan ini tanpa ada paksaan dari siapapun dan memang benar benar atas kemauan dari dalam dirinya sendiri.

Selanjutnya adalah Ego yang rendah yaitu dimensi ke lima. Ego yang rendah merupakan Ego selalu merupakan keinginan batin Anda untuk membandingkan diri Anda dengan orang lain. Jika Anda merasa bahwa pencapaian Anda tidak sesukses teman-teman terdekat Anda, ego Anda akan menghukum Anda dan membuat Anda merasa rendah diri dan tidak berharga.

Cara paling ampuh untuk belajar melepaskan ego adalah menjadi orang yang pemaaf. Anda harus belajar memaafkan mereka yang telah menyakiti Anda, dan yang terpenting, belajar memaafkan diri sendiri. Melepaskan apa yang tidak dapat Anda kendalikan adalah cara mudah untuk mengendalikan ego Anda.

Dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Altruistik Menurut Sarwono dan Meinarno (2009) altruisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor situasional dan faktor personal. Adapun faktor situasional dibagi menjadi enam, yaitu bystander, daya tarik, adanya model, desakan waktu dan sifat kebutuhan korban, sedangkan faktor personal dibagi menjadi lima, yaitu suasana hati (mood), sifat, jenis kelamin, dan pola asuh. Semua faktor yang mempengaruhi Perilkau Altruistik akan dibahas secara rinci dibawah ini.

adalah Factor situasional yaitu Bystanders atau orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian mempunyai peran atau tidak ketika dihadapkan pada keadaan darurat. Efek sangat besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan antara menolong bystander terjadi karena adanya pengaruh sosial (social influence), yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan sebagai acuan dalam menginterpretasikan situasi dan mengambil keputusan untuk menolong,

Pada faktor situasional yang ke dua ialah Daya Tarik yaitu Seseorang cenderung akan menolong orang yang dalam beberapa hal mirip dengan dirinya. Oleh karena itu, pada umumnya orang akan menolong orang lain (out-group) karena sebagai suatu kelompok tentunya ada beberapa kesamaan dalam diri kelompok tersebut.

Disini subjek yang bergabung dengan kerelawanan siap membantu korban yang membutuhkan bantuan. Tugas MDMC adalah menolong korban korban yang terlibat dalam bencana alam, yang berarti hal tersebut memang terdapat daya Tarik.

Faktor situasional selanjutnya adalah Desakan Waktu Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak menolong, sedangkan orang yang punya waktu luang lebih besar kemungkinan untuk memberikan pertolongan kepada yang memerlukannya

Subjek disini menjelaskan bahwa beliau memiliki banyak waktu yang luang untuk membantu dan menolong korban yang meninggal akibat COVID-19. Menurut beliau, selagi saya banyak waktu luang dirumah saya lebih baik bergabung dengan organisasi serta melakukan kegiata kegiatan sosial yang memang digemari oleh subjek.

Selanjutnya adalah sifat kebutuhan korban, Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa korban benar-benar membutuhkan pertolongan (clarity of need), korban memang layak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan (legitimate of need), dan bukanlah tanggung jawab korban untuk memerlukan bantuan dari orang lain.

Subjek disini yang memang bergabung dalam organisasi MDMC yang mengharuskan menolong korban jika terdapat suatu bencana alam yang sedang menimpanya. Subjek termasuk salah satu orang yang sering diminta untuk membantu proses pemulasaran jenazah COVID-19 yang ada di Sidoarjo.

Untuk selanjutnya yaitu factor personal, yang pertama yaitu ) Suasana Hati (Mood) Emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungan untuk menolong. Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah laku menolong, namun jika situasinya tidak jelas (ambigu), maka orang yang sedang bahagia cenderung untuk bahwa tidak ada keadaan darurat sehingga tidak menolong. Pada emosi negatif, seseorang yang sedang sedih mempunyai kemungkinan menolong yang lebih kecil Subjek disini bisa mengontrol emosi serta moodnya Ketika sedang berada di lapangan. Ketika sedang berada di lapangan, subjek mengesampingkan permasalahannya dahulu agar saat di lokasi dapat maksimal dalam penangannya mengasumsikan.

Untuk fakor personal selanjutnya adalah Sifat Orang yang mempunyai pemantauan diri (self monitoring) yang tinggi juga cenderung lebih penolong, karena dengan menjadi penolong, akan memperoleh penghargaan sosial yang lebih tinggi.

Subjek disini mempunyai sifat yang relative suka menolong orang lain, hal tersebut memang sudah diajarkan oleh orangtuanya sejak kecil. Apabila ada seseorang yang meminta bantuan, subjek langsung bersedia menolongnya. Sama halnya pada bencana yang sudah terjadi, yaitu COVID-19, disini subjek juga bersedia menolong orang yang memang tidak subjek kenal dengan sukarela dan ikhlas.

Setelah itu, ada pula faktor ke tiga Jenis Kelamin Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas menolong pada situasi darurat yang membahayakan, hal ini terkait dengan peran tradisional laki-laki, yaitu laki-laki dipandang lebih kuat dan lebih mempunyai keterampilan untuk melindungi diri, sedangkan perempuan, menolong pada situasi yang bersifat memberi dukungan emsoi, merawat dan mengasuh.

Subjek disini adalah berjenis kelamin laki-laki yang mana memang dalam bencana seperti ini yang ambil andil ikut serta sebagai relawan lebih banyak laki-laki yang diharapkan mampu membantu secara fisik dalam proses evakuasi maupun pemulasaran jenazah bencana tersebut

Dan yang terakhir adalah faktor pola asuh, Pola asuh demokratis secara signifikan memfasilitasi adanya kecenderungan anak untuk tumbuh menjadi seorang yang mau menolong, yaitu melalui peran orang tua dalam menetapkan standarstandar ataupun contoh-contoh tingkah laku menolong. Pola asuh orang tua yang demokratis juga turut mendukung terbentuknya internal locus of control, yang merupakan salah satu sifat dari kepribadian Altruistik, karena orang yang suka menolong memiliki locus of control internal lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak suka menolong.

Pada dasarnya seseorang bisa nyaman Ketika membantu oranglain awal mulanya memang dari didikan kedua orangtuanya terlebih dahulu, Ketika sejak kecil sudah dididik harus menolong orang Ketika sedang dalam musibah, maka Ketika ia dewasapun akan terbiasa menolong orang lain. Subjek disini juga memang sejak kecil sudah diajarkan untuk menolong orang lain, namun Ketika sudah lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang Pendidikan yang tinggi, beliau ini jiwa sosialnya semakin tinggi daripada sebelumnya.

Menolong oranglain bisa juga dengan membantu tenaga maupun pikiran. Berapapun jumlahnya dan sekecil apapun bantuan yang kita berikan, akan sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Untuk relawan sendiri mereka membantu secara sukarela tanpa mengharapakan imbalan sedikitpun dari keluarga ataupun korban bencana tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telat peneliti ambil yaitu kelima subjek rata-rata mempunyai tujuan yang sama dan sikap yang sama yang dimana tujuan mereka adalah membantu meringankan beban korban dan keluarga korban meskipun hal tersebut tidak sebanding dengan penderitaan yang keluarga korban rasakan, namun usaha mereka mampu sedikit lebih meringankan penderitaan tersebut. Untuk sikappun juga demikian, mereka sama sama mempunyai sikap yang suka menolong orang lain tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun, mereka melakukannya dengan keikhlasan hati selain itu relawan di MDMC Sidoarjo pun selalu mempunyai waktu yang luang untuk siap membantu para pasiennya.

Oleh karena itu, Gambaran Perilaku Altruisik yang peneliti dapat disini adalah seseorang yang mempunyai kebiasaan menolong orang lain sejak dini dan memang sudah diajarkan melalui pola asuh orangtuanya untuk selalu menolong oranglain apabila terdapat orang yang mengalami kesulitan, selain itu juga orang yang mempunyai jiwa Altruistik yang tinggi yaitu orang yang mempunyai rasa empati, seseorang yang dapat mengontrol dirinya sendiri dan mempunyai ego yang rendah kepada oranglain, dapat merasa kan penderitaan orang lain, mungkin saja ia mengambil resiko yang berat namun ia tidak mengharap imbalan materi, nama, kepercayaan, dan tidak pula untuk menghindari kecaman orang lain.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Guntoro Altruisme pada Relawan Sosial Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Selatan beliau ada keterkaitan antara gambaran dan faktor-faktor Altruistik dimana terlihat pada pada relawan ACT merasakan adanya belas kasihan kepada korban, selain itu mereka pun menolong korban dengan ikhlas dan melakukannya dengan tujuan agar mendapat pahala dari Allah SWT.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Guntoro, disini peneliti mendapat hasil yang mana keseluruhan subjek memenuhi kriteria karakteristik maupun factor factor yang dijelaskan pada Teori Meyers. Namun terdapat beberapa perbedaan antara penelitian guntoro dan penelitian ini yang mana pada penelitian ini subjek memang melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai relawan karena memang sudah terjun di dunia kerelawanan. Selain itu, para subjek juga percaya jika apa yang mereka lakukan saat ini, suatu saat akan kembali baik juga ke subjek. Sujek melakukannya juga dengan ikhlas tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun dari keluarga korban.

Selain itu, ada faktor lain yang menunjang subjek mampu bergabung di kerelawanan, yaitu factor religusitas seseorang yang mana terlihat dari keseluruhan subjek memang seseorang yang paham akan agama yang mana terlihat dari kecenderungan seseorang untuk membantu sesame umat muslim yang sedang mengalami kesulitan. Seseorang yang paham akan agama memang lebih cenderung mudah menolong orang lain, dan memang kebanyakan dari mereka mempunyai sifat penolong.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan dua temuan sebagai berikut. Pertama berkaitan dengan karakteristik perilaku altruistik pada Relawan MDMC Pemulasaran Jenazah COVID 19 di Sidoarjo dan yang kedua mengenai faktor faktor perilaku altruistik mereka. Gambaran perilaku altruistik di masing masing subjek tercermin pada empati, belief on just world, sosial responsibility, kontrol diri secara internal dan ego yang rendah. Dari masing masing aspek tersebut mayoritas subjek memiliki empati yang dominan, sedangkan aspek ego yang rendah kurang menonjol. Dan untuk ketiga aspek lainnya tercermin pada diri subjek meskipun tidak semenonjol aspek empati.

Adapun beberapa faktor yang ada pada perilaku altruistik diantaranya faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal sendiri tercermin dari Bystanders, Daya Tarik, Adanya Model, Desakan Waktu, Sifat Kebutuhan Korban. Sedangkan untuk faktor situasional terlihat pada Suasana Hati, Sifat, Jenis Kelamin, Pola Asuh. Dari masing masing factor tersebut, terlihat bahwa faktor yang paling dominan dimiliki subjek adalah sifat, karena keseluruhan subjek memang mempunyai sifat yang senang menolong orang lain. Sedangkan factor yang kurang terlihat pada subjek adalah faktor jenis kelamin karena memang hampir keseluruhan Relawan MDMC pemulasaran jenazah COVID 19 di Sidoarjo adalah laki-laki hanya saja jika memang terdapat seorang jenazah perempuan pihak MDMC menghubungi relawan perempuan yang bersedia (on-call) saja.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini kurang bervariasi untuk pengumpulan data, yang dimana terdapat beberapa variasi cara pengumpulan data yang tidak digunakan diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat memperbanyak variasi untuk pengumpulan data.

References

  1. Ansori. (2015). 済無No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49–58.
  2. Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). 済無No Title No Title No Title. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3(2005), 103–111.
  3. Ekawati, R., Pascasarjana, P., Islam, K. E., Islam, U., & Jakarta, N. (2004). ( CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ) DALAM Studi atas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
  4. Fauziyah, N. (2015). Efektivitas Penggunaan Alat Bantu Reaksi Gerakan Tangan Bagi Kaum Disabilitas. UPI Repository, 33–34. http://repository.upi.edu/id/eprint/20109
  5. Fitriana, V. K. (2019). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Prososial Siswa Di Smp Negeri Se-Eks Kawedanan Boja Tahun Ajaran 2017/2018. https://lib.unnes.ac.id/34366/
  6. Ii, B. A. B., Diri, A. K., & Diri, P. K. (n.d.). Rahmat.J, psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007,hlm 99-100 14. 14–58.
  7. Malik, F. U. (2019). SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Guna Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi Oleh : Faradilla Umaira Malik FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN.
  8. Savitri, A. D., & Purwaningtyastuti, P. (2020). Perilaku Altruisme pada Relawan Konselor Remaja. Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi, 11(1), 100–108. https://doi.org/10.21107/personifikasi.v11i1.7293
  9. Selatan, C. (2021). SOSIALISASI DAN SIMULASI PEMULASARAAN JENAZAH COVID-19 KEPADA MASYARAKAT DI. November