Abstract
This thesis writing discusses the tahfidz qur'an program applied in SD Muhammadiyah 2 socah which bears the values of patience. The problem in this case focuses on the values of patience as a result of the Qur'anic tahfidz program. This type of research is qualitative phenomenology, in this case the author found a unique thing to discuss because the values of patience can arise from the qur'anic tahfidz program. Data collection techniques use observation, interview and sokumentation. The data analysis techniques used are data validation, data reduction, presenting findings and validation of findings. The results of this study found that in the implementation of the qur'an tahfidz program formed a patient character in muhammadiyah 2 socah elementary school students, namely: the stage of planning, implementation, and assessment related to the qur'an tahfidz program with the values of patience. The advantages and disadvantages of the methods used in teaching, the advantages that many bring patience to learners than before, the lack of teachers still has difficulty understanding students who are really lancer and fluent in memorizing the Qur'an.
Pendahuluan
Belajar Al-Qur’an hendaknya dilakukan sejak anak di usia dini sebab pada masa itu merupakan masa yang ideal, karena pada usia tersebut segala aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual, fisikmotorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Semua aspek perkembangan yang ada pada diri anak ini selayaknya menjadi perhatian para pendidik agar aspek perkembangan ini dapat berkembang secara optimal [1]. Respon dalam menangkap sebuah materi akan mudah dipahami. Anak akan berkualitas jika di usia dini sudah belajar Al-Qur’an karena di dalammnya terdapat nilai nilai kehidupan di dunia dan akhirat dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar” [2]. Bab 1 pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan lebih kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut. Berdasarkan Undang-Undang diatas pendidikan anak usia dini, merupakan pendidikan yang dilaksanakan sejak anak lahir hingga 6 tahun untuk memberi stimulus pada anak sebagai prasyarat Sekolah Dasar.
Banyak orang-orang berasumsi bahwa sekolah yang didalamnya terdapat program Tahfidzul Qur’an akan sangat berkualitas. Peserta didik bukan sekedar belajar ilmu umum akan tetapi peserta didik juga mempelajari isi kandungan dan makna Al-Qur’an. Kebanykan Orang tua di zaman sekarang kurang minat untuk memasukkan anaknya ke sekolah islami dibandingkan ke sekolah negeri yang didalamnya mempelajari ilmu umum. Dengan memasukkan anak ke sekolah yang terdapat program tahfidzul Qur’an, secara tidak langsung anak mengamalkan perbuatan yang terdapat di Al-Qur’an. Dan juga di bentuk karakter (ciri khas) yang dimiliki sebuah benda atau individu yang bermutu seperti sabar, disiplin, kebersihan dan lainnya [3].
Dalam rangka untuk mensukseskan program tahfidzul qur’an di pondok pesantren, madrasah, maupun di SD diperlukan pula sumber daya yang memenuhi untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan. Dalam hal ini untuk menunjang pelaksanaan program menghafal Al Qur’an (tahfidzul qur’an) agar sesuai tujuan tahfidzul qur’an, perlu adanya suatu kegiatan manajemen. Manajemen yang dimaksud adalah terkait dalam bagaimana lembaga merencanakan, melaksanakan, melakukan kegiatan evaluasi [4]
Pada dasarnya membaca Al-Qur’an itu sangat mudah, hanya saja tergantung dari kita sendiri, bagaimana cara kita meenyikapinya, bersungguh-sungguh atau tidak itu dari kita sendiri. Allah berfirman dalam Q.S Al-Qomar ayat 17 yang berbunyi:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Subhan Nur mengatakan bahwa mendengarkan tilawah Al-Qur’an merupakan obat terbaik dan menegmbalikan keseimbangan sel yang rusak. Ritme Al-Qur’an dapat mengidupkan sel yang telah mati dan menormalkan keseimbangan otakuntuk menjaga kestablitisan kerja otak [5].
Implementasi merupakan melaksanakan dan menerapkan [6]. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary seperti yang dikutip oleh M. Joko Susilo, dijelaskan bahwa implementasi adalah: “Put something into effect” Penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak [7] (M. Joko, 2007).
Pendidikan karakter yang di bangun terdapat di pasal 3 UU nomor 20 tahun 2003 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rngka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab [8].
Pengertian karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terwujud dalam perilaku [9]. Sabar bisa diartikan menahan diri dari sifat yang keras, tahan menderita, merasakan kepahitan hidup tanpa berkeluh kesah [10]. Sabar lawan dari sifat pemarah.
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan cara dalam mencari, merumusukan, menggali data, menganalisis, membahas, dan menyimpulkan masalah dalam penelitian. Metode dalam pengertian ini lebih bersifat praktis dan aplikatif, bukan sebuah cara yang bersifat teoritis-normatif sebagaimana dalam konsep metodologi [11].
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang mengimplementasi program tahfidzhul Qur’an. Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian Kualitatif Phenomology. Pendekatan fenomenologi dalam posisi metodologi penelrtian adalah bertujuan untuk mendeskripsikan paradigma atau cara pandang terhadap realitas [12]. Oleh karena itu penelitian Fenomonologi berorientasi untuk memahami, menggali, menafsirkan dan memberi makna dari peristiwa-peristiwa, fenomena, dan hubungannya dengan manusia dlam situasi tertentu.
Adapun tekhnik yang digunakan pada penelitin ini yaitu:
a. Teknik Wawancara
Merupakan pengumpulan data menggunakan tekhnik wawancara untuk mencari pemikiran atau pengalaman informan. Dalam peneletian ini peneliti melakukan wawancara kepada; (1) Kepala Sekolah, (2) guru tahfidz di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan, (3) pimpinan cabang Muhammadiyah socah, dan (4) siswa itu sendiri.
b. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung tentang cara pengimplementasikan Tahfidzhul Qur’an untuk membentuk karakter sabar di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan, dan melihat langsung aktivitas proses menghafal Al-Qur’an di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan baik siswa dan gurunya.
c. Teknik Dokumentasi
Merupakan kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam bentuk teks atau artefak. Dalam penelitian ini penulis melakukun pencarian rekapan hasil hafalan pada siswa, memotret kegiatan menghafal Al-Qur’an dan mengamati sikap sabar pada siswa tersebut dalam rekapan peneliti.
Hasil dan Pembahasan
Implementasikan Program Tahfidzul Qur’an untuk Membentuk Karakter Sabar Peserta Didik SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan
Untuk megimplementasikan program ini diawali dengan tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dari sekolahan SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan. Dalam hal ini penulis menyajikan data yang diambil dari kepala sekolah sebagai pengawas sekaligus penilai secara keseluruhan terutama kurikulum sekolah. Kemudian penulis juga mengambil data yang diambil dari guru tahfidz Qur’an untuk mendapatkan data perkembangan anak-anak dengan tahfidz Qur’an, dan siswa SD Muhammadiyah Socah untuk mendapatkan data berupa perkembangan anak dalam sikap sabar yang dihasilkan akibat program tahfidz Qur’an.
a. Tahap Perencanaan
Menurut kepala sekolah, Ali Imran menjelaskan, kegiatan tahfidz Qur’an menjembatani bahwa sejak SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan berdiri menjadi suatu salah satu program unggulan dari sekolahan ini adalah program tahfidz Qur’an. Dalam hal ini juga dikuatkan oleh guru mata pelajaran tahfidz Qur’an [13].
Sekolahan ini bisa berkembang sejauh ini karena sejak awal berdiri sekolahan tersebut menjadi pembedaa disbanding sekolah-sekolahan yang lain. Dalam tahap perencanaan ini selaras dengan visi Sekolah, yaitu “Membentuk generasi muslim yang unggul dalam ilmu agama, sains, dan berakhlak mulia.” Dalam tahap perencanaan ini juga bukan slogan semata, namun juga diiringi oleh fasilitas sekolah berdasarkan pengamatan penulis bahwa sekolahan ini memiliki guru tahfidz Qur’an di masing-masing setiap kelas.
Penulis menyimpulkan dalam tahap perencanaan ini SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan sudah mengadakan program tahfidz Qur’an yang dimulai dari selogan atau semangat dalam mendirikan SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan, kemudian guru-guru yang mendukung atau bertanggungjawab program tahfidz Qur’an juga ada di setiap kelas. Selanjutnya program ini juga dimasukkan dalam visi misi hingga kurikulum sekolah, dan dengan harapan bahwa dari apa yang diajarkan melalui basis hafalan Al-Qur’an ini siswa-siswi dapat berakhlak yang baik akibat mereka menghafal Al-Qur’an dan mengetahui artinya serta penjelasannya.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini penulis ingin mencari keterakitan antara perencanaan dan pelaksaan yang dilakukan antara program tahfidz Qur’an yang membentuk karakter sabar, dalam penulisan ini bertujuan untuk memverifikasi data sesuai dengan tahapan Implementasi program tahfidz Qur’an pada SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan.
Dalam hal ini penulis menemukan model atau acara mengajar guru SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan menggunakan metode ummi dan talaqqi. Ketika kelas offline maka menggunakan metode ummi, sedangkan ketika kelas online maka guru-guru menggunakan metode talaqqi.
Nilai-nilai kesabaran yang diterapkan kepada siswa-siswa SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan adalah nilai kesabaran menghafal, nilai kesabaran menjaga hafalan, dan nilai kesabaran untuk berisitiqomah. Penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai kesabaran yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan mencakup semua elemen yang ada di sekolah untuk bersikap sabar [14].
c. Tahap Penilaian
Tahap ini bermaksud juga mevaliditas kebenaran nilai-nilai kesabaran yang termuat dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan. Sehingga nilai-nilai kesabaran tersebut setelah menghafalkan program tahfidz Al-Qur’an di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan.
Penulis menemukan nilai-nilai kesabaran akibat terbiasan, kesabaran tersebut adalah kesabaran menghafal Al-Qur’an. Sehingga nilai-nilai kesabaran teraplikasikan dalam kebiasaan sehari-hari bahwa siswa sabar untuk menghafal Al-Qur’an. siswa-siswa mengalami perubahan yang baik dalam sikap social terutama kesabaran. Karena mereka anak-anak lulusan TK yang pulangnya jam 10, kemudian masuk SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan pulang sekolah pukul 14.00 WIB untuk kelas 1 dan 2, sedangkan untuk kelas 3-6 pukul 14.45 WIB, Semenjak pandemi SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan pulang pukul 12.30 baik dari kelas 1 sampai kelas 6. Penulis berasumsi bahwa benar adanya apa yang dikatakan oleh guru tahfidz Qur’an dan kepala sekolah bahwa siswa-siswa SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan mengalami perubahan, tingkat kesabaran yang membaik. Dalam hal ini dibuktikan ketika mereka pulang sekolah pukul 12.30 WIB yang masih dipergunakan untuk menghafal Al-Qur’an setelah program sekolah atau mata pelajaran umum selesai.
Kelebihan dan Kelemahan Metode yang Diterapkan di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan
Dalam pembahasan ini penulis bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode yang dilakukan oleh Lembaga sekolah dalam menerapkan program tahfidz Qur’an.
Model pembelajaran dalam melaksanakan program tahfidz Qur’an di SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan, para guru menggunakan dua metode yaitu, metode umii dan metode talaqqi. Metode ummi banyak disukai oleh siswa karena siswa-siswi mengaji secara bersamaan dan menghafal bersama. Adapun metode talaqqi yang disukai oleh siswa adalah siswa dapat berlomba-lomba dalam menjawab sambungan ayat setelah guru tahfidz qur’an membacakan ayat [14].
Namun sebaik-baik metode atau orang yang mengajar tentunya ada kekurangan yang dialami, karena dalam hal ini guru harus berhadapan dengan siswa banyak, dan moodnya siswa juga berbeda-beda, sehingga sebaik-baik metode tetap juga ada titik kekurangannya. Tetapi hal tersebut bukan sepenuhnya akibat siswa, namun bisa jadi guru yang kurang maksimal dalam melaksanakan metode tersebut.
Metode yang dilakukan untuk menghafal Al-Qur’an, metode yang masih digunakan masih ada kekurangannya, yaitu pertama, metode ummi, masih ada siswa yang pura-pura membaca tetapi dia belum hafal bacaan surat atau ayat. Kedua, metode talaqqi dengan konsep tanya jawab masih ada siswa yang malu dan minder akibat pertanyaan yang diajukan kepada siswa-siswi [15].
Simpulan
Implementasi program tahfidz Qur’an dalam membentuk karakter sabar pada siswa-siswi SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, tahap penilaian. Tahap pelaksanaan tersebut meliputi: 1) sekolah mendirikan sekolah unggulan dengan basis sekolah tahfidz Qur’an; 2) visi misi sekolah dari program tahfidz qur’an tersebut dapat membentuk karakter sabar; dan 3) mempersiapkan mental bagi para guru untuk bersikap sabar dalam mengajar program tahfidz Qur’an.
Kelebihan metode yang dilakukan oleh para guru SD Muhammadiyah 2 Socah Bangkalan adalah: 1) mampu meningkatkan minat siswa siswa dalam mengikuti program tahfidz Qur’an; 2) mampu memotivasi Peserta Didik satu sama lain untuk tetap istiqomah menghafal Al-Qur’an. Kekurangan dari metode yang dilakukan adalah: 1) seakan-akan peserta didik membaca Al-Qur’an padahal masih ada yang belum hafal atau fasih bacaannya; 2) memunculkan sikap minder dan malu-malu ketika menjawab sambungan ayat yang dilakukan oleh para guru.
References
- Hadis, F.A. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud, 1996
- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
- Keswara, I. (2017). Pengelolaan Pembelajaran Tahfidzul Qur’an (Menghafal Al Qur’an) di Pondok Pesantren Al Husain Magelang. Hanata Widya, 6(2)
- Furqon Hidayatulloh, pendidikan karakter membangun peradaban bangsa, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010
- Subhan Nur, Energi Ilahi Tilawah, Jakarta: penerbit Republika, 2012
- KBBI 2005
- M. Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
- Novan Adi Wiyani, membumikan Pendidikan Karakter di SD Konsep Praktik dan Strategi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015.Pasal 1 ayat 4, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003
- Anas Salahudin, pendidikan karakter (pendidikan berbasis agama dan budaya bangsa), Bandung: CV Pustaka Setia, 2013
- Subandi, M. A., Sabar: Sebuah konsep psikologi. Jurnal Psikologi, 38(2), 2011
- H. M Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012
- Kuswarno Engkus, Fenomenologi, Bandung: Widyapadjajaran, 2009.
- Wawancara dengan kepala sekolah SD Muhamadiyah 02 Socah Bangkalan
- Wawancara dengan Guru Kelas SD Muhamadiyah 02 Socah Bangkalan
- Wawancara dengan Guru Tahfidzh SD Muhamadiyah 02 Socah Bangkalan