Islamic Science
DOI: 10.21070/ijis.v11i0.1645

Analysis of Arabic Learning in Homeschooling Sidoarjo Regency


Analisis Pembelajaran Bahasa Arab di Homeschooling Kabupaten Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Arabic Learning Homeschooling Language Skills

Abstract

This is because this educational model can be implemented according to the needs of parents and children. Starting from the teacher, curriculum, syllabus, subjects to study time can be adjusted to the needs of learning. The purpose of this study was to determine the process of learning Arabic, the supporting and inhibiting factors of learning, and problems in learning Arabic at Homeschooling Mutiara Ummah Sidoarjo. The research method used is descriptive qualitative research with data collection techniques through field studies using observation, interviews and documentation. The data analysis technique used is interactive analysis which consists of three parts, namely data reduction, data presentation, and conclusions. From the results of the study, it is known that learning Arabic uses the book of al arabiya baina yadaik volumes one and two. Some of the factors that support learning include 1) a curriculum that is not linked to the National Education Office, so that schools are more flexible in choosing materials that suit the needs and abilities of students. 2) teachers who are creative in classroom management so as to create a conducive learning atmosphere. 3) dormitory activities that help students' language skills. 4) LCD projector facilities. The inhibiting factors for learning consist of language and non-language factors

Pendahuluan

Pembelajaran Bahasa Arab bagi orang non Arab, khususnya di Indonesia, merupakan suatu hal yang sulit untuk dihindari. Hal ini dikarenakan kebutuhan Bahasa Arab bagi masyarakat secara umum cukup tinggi. Terbukti dari munculnya berbagai lembaga pembelajaran bahasa Arab baik formal maupun non-formal.

Ada berbagai alasan yang mendasari kebutuhan orang non-arab mempelajari Bahasa Arab. Pertama, motifasi agama yang dalam hal ini adalah agama Islam, karena kitab suci mereka berbahasa Arab yang tentunya mengharuskan mereka mempelajari bahasa ini agar memahami aturan dalam agama mereka. Kedua, bagi non muslim yang berkunjung atau mungkin belajar ke jazirah arab, mereka akan merasa asing dan bahkan tidak dapat berkomunikasi dengan penduduk disana, baik itu bahasa arab fusha ataupun ‘amiyah. Ketiga, banyaknya ulama – ulama terdahulu di berbagai disiplin ilmu menuliskan karyanya dalam bahasa arab, dan karya mereka memiliki kualitas yang sangat menunjang perkembangan zaman, bahkan masih digunakan hingga kini.

Meski demikian, hingga saat ini pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia belum menunjukkan hasil yang memuaskan, sekalipun banyak bermunculan sekolah, pondok, maupun kursus yang membawa Bahasa Arab sebagai sorotan utama. Berbeda halnya dengan Bahasa Inggris, perkembangannya sangat luas dan banyak diminati masyarakat.

Adapun kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari Bahasa Arab sangat beragam, mengingat bahasa arab bukanlah bahasa ibu bagi mereka. Problematika yang mereka hadapi diantaranya linguisik, seperti tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, hingga non-linguistik, seperti yang berkaitan dengan sosio-budaya.

Lebih lanjut, kurangnya buku dan materi pengajaran yang ideal, kurikulum pembelajaran bahasa arab yang belum didukung oleh guru – guru dan tenaga pengajar dengan kualifikasi yang memadai. Perlu dibedakan pula antara ahli bahasa dan ahli pengajaran bahasa, sebagaimana dibedakannya buku tentang bahasa dan buku tentang pengajaran bahasa. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena aktifitas pembelajaran bahasa membutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus dalam pembelajaran, agar murid tidak hanya memahami teori tapi juga mampu mempraktikkannya.

Jika melihat dari permasalahan yang ada, maka model pendidikan yang kiranya lebih bisa menyesuaikan dan mengoptimalkan pembelajaran Bahasa Arab adalah Homeschooling. Hal ini dikarenakan model pendidikan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan orang tua dan anak. Mulai dari pengajar, kurikulum, silabus, mata pelajaran hingga waktu belajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajar.

Sebagaimana dikatakan oleh Adilistiono bahwa model pendidikan homeschooling memiliki beberapa keutamaan; pertama, anak – anak menjadi subjek dalam kegiatan pembelajaran sehingga belajar dapat berlangsung nyaman. Kedua, objek yang dipelajari sangat luas dan nyata, yakni di alam terbuka. Ketiga, sebagai sarana dalam menanamkan cinta belajar, bahwa kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Keempat, memberikan kemudahan belajar karena bersifat fleksibel. Kelima, model pendidikan ini juga sangat mendukung pembelajaran kontekstual, sehingga murid dapat memahami, menghubungkan dan mempraktikkan ilmu yang didapatkannya.

Berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran bahasa arab yang telah dipaparkan di atas, dan kurangnya penelitian dalam model pendidikan homeschooling inilah yang mendorong peneliti untuk membuat sebuah tulisan dari hasil penelitian yang dilakukan di Homeschooling Mutiara Ummat. Hasil penelitian ini dituliskan dengan judul “Analisis Pembelajaran Bahasa Arab di Homeschooling Mutiara Ummat Sidoarjo”

Metode Penelitian

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian “Analisis Pembelajaran Bahasa Arab di Homeschooling Mutiara Ummat” adalah metode kualitatif deskriptif.

Dari permasalahan yang telah dipaparkan maka peneliti akan menggunakan penelitian lapangan. Penelitian lapangan (Field Research) adalah penelitian dengan sumber data dan prosesnya diambil langsung di lapangan atau lokasi yang telah ditentukan

Adapun metode yang digunakan, peneliti akan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskriptif dalam bentuk kata - kata dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang, hewan, tumbuhan, barang atau sesuatu yang meiliki unsur atau karakteristik tertentu sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah :

  1. Guru bahasa arab di homeschooling mutiara ummah sidoarjo, agar bisa memperoleh data secara langsung terkait terjadinya proses pengajaran bahasa arab.
  2. Siswa kelas 7 homeschooling mutiara ummah sidoarjo, untuk mengetahui seberapa besar siswa dapa merespon stimulus yang diberikan oleh guru, khususnya mata pelajaran bahasa arab.

C. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah homeschooling mutiara ummah yang berlokasi di desa kalipecabean, kecamatan candi, sidoarjo. Untuk menunjang penelitian kualitatif tentu dibutuhkan adanya objek penelitian. Objek penelitian adalah unsur atau karakteristik tertentu yang ada di lapangan atau dimiliki subjek penelitian dan dianggap perlu untk dipelajari oleh peneliti. Jadi dalam penelitian ini, yang akan dijadikan objek penelitiannya adalah proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa arab di homeschooling mutiara ummah sidoarjo tahun pelajaran 2020/ 2021.

D. Sumber Data

Pada penelitian ini digunakan data kualitatif. Jenis data kualitatif adalah jenis data berupa kata – kata atau tindakan yang dikumpulkan dan dikembangkan secara kualitatif atau dalam kata lain dalam bentuk kalimat penjelas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 sumber, yaitu :

  1. Sumber primer : adalah sumber utama yang digunakan di dalam penelitian ini. Sumber primer yang terdapat pada penelitian ini adalah wawancara guru dan pengamatan terhadap siswa di Homeschooling SMP Mutiara Ummat.
  2. Sumber sekunder : adalah sumber yang digunakan untuk memperkuat sumber primer. Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang tersusun dari angket, buku, pendapat para ahli, maupun dokumen yang terkait dengan judul penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada poin ini, akan dijelaskan proses pengambilan data untuk kebutuhan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah, oleh karena itu teknik pengumpulan sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap gejala atau fenomena dan fakta empiris yang berhubungan dengan masalah penelitian Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipatif, artinya dalam melakukan observasi peneliti ikut terlibat dengan kegiatan sehari – hari dari objek penelitian untuk kemudian dijadikan sebagai sumber data penelitian.

Lebih lanjut observasi atau pengamatan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah dengan berperan serta lengkap, yakni peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum sehingga segala macam informasi dapat dengan mudah diperoleh. Adapun objek dari observasi dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Arab Homeschooling Mutiara Ummat dan kegiatan asrama di homeschooling Mutiara Ummat.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yakni pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang menjawab pertanyaan.

Lebih lanjut, wawancara merupakan cara pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi – informasi secara lisan melalui tatap muka dengan orang yang dapat memberi informasi terhadap permasalahan yang diteliti.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, artinya dalam melakukan wawancara, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Adapun wawancara ini dipergunakan untuk memperoleh data sebagai berikut :

  1. Proses pembelajaran Bahasa Arab dengan kurikulum dan silabus yang ditentukan Homeschooling SMP Mutiara Ummah.
  2. Kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Bahasa Arab di Homeschooling SMP Mutiara Ummah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik yang sering digunakan dalam penelitian sejarah atau analisis teks. Dokumen digunakan untuk keperluan penelitian karena merupakan sumber yang stabil, bersifat alamiah dan mudah diperoleh. Menurut Suarsimi Arikunto metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai penelitin yang direncnakan. Dokumentasi bisa berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Dokumen – dokumen yang dijadikan arsip dalam penelitian ini meliputi:

  1. Dokumentasi mengenai profil Homeschooling Mutiara Ummat
  2. Dokumentasi mengenai kegiatan pembelajaran Bahasa Arab di Homeschooling Mutiara Ummat.

F. Teknik Analisis dan Iterpretasi Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan mengkategorikan, menjabarkan, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, m emilah poin penting hingga membuat kesimpulan. Analisis ini dilakukan sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Secara umum proses analisis data dalam penelitian kualitatif adalah mencakup hal – hal sebagai berikut:

Tahap pertama adalah reduksi data. Pada tahapan ini peneliti memilih hal – hal yang pokok dari data yang didapat di lapangan, merangkum, memfokuskan pada hal – hal yang penting dan dicari tema dan polanya. Prose reduksi ini dilakukan secara bertahap, selama dan setelah pengumpulan data sampai laporan hasil. Penulis memilah – milah data yang penting yang berkaitan dengan fokus penelitian dan membuat kerangka penyajiannya.

Kedua, penyajian data atau kategorisasi. Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data (data display). Di dalam kegiatan ini peneliti menyusun kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing – masing topik kemudian dipisahkan, selanjutnya topik yang sama disimpan di tempat yang berbeda dan diberi tanda. Hal ini untuk memudahkan dalam penggunaan data agar tidak terjadi kekeliruan.

Ketiga, sintesa, data yang telah dikelompokkan pada kategorisasi, akan diteliti kembali kelengkapan dan kekurangan dari masing – masing kategorinya, dan kegiatan ini dilakukan pada saat penelitian berlangsung.

Keempat, setelah data dianggap cukup dan telah memperoleh kesesuaian, maka proses selanjutnya adalah menyusun laporan hingga akhir pembuatan simpulan.

Dalam sebuah penelitian, hipotesis kerja dilakukan dengan cara merumuskan suatu pertanyaan yang proporsional. Lebih lanjut, sebaiknya hipotesis ini terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini hipotesis kerja hanya digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan abstraksi berdasarkan data yang dikumpulkan. Sementara analisis akan dilakukan lebih intensif setelah semua data yang diperoleh sudah dianggap cukup untuk dibawa ke tahap akhir yakni kesimpulan penelitian.

Hasil dan Pembahasan

A. Pembelajaran Bahasa Arab Di Homeschooling Mutiara Ummah

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung proses pembelajaran bahasa arab siswa kelas 7 homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo dilaksanakan setiap selasa pada pukul 9.15 – 10.30 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai siswa membaca alfatihah dan doa belajar.

Proses belajar mengajar bahasa arab di homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo ketika itu dilaksanakan dalam kondisi online karena terkendala pandemi covid-19. Ada beberapa hal yang dilewatkan dalam runutannya, namun materi tetap disampaikan secara keseluruhan. Adapun proses pembelajarannya secara umum sebagai berikut :

  1. Proses pembelajaran diawali dengan salam dari guru, dilanjutkan menanyakan kabar peserta didik, kemudian dilanjutkan membaca surat al fatihah dan doa belajar.
  2. Guru mengecek kehadiran semua siswa
  3. Pembelajaran dimulai dengan guru mereview materi sebelumya. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi pokok yang akan dibahas pada pertemuan saat itu. Untuk mencapai tujuan belajar, guru menggunakan beberapa metode, diantaranya ; metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal.
  4. Karena pembelajaran meggunakan media zoom, maka materi dibagikan dalam bentuk microsoft power point di layar meeting (share screen), dan siswa menyalin di buku masing – masing. Sambil mencatat, guru menjelaskan materinya.
  5. Di akhir penjelasan, guru memberikan pertanyaan secara langsung kepada masing – masing siswa secara acak. Atau memberikan pertanyaan pada power point yang sudah disiapkan dan siswa menjawabnya melalui room chat zoom yang dikirim kepada gurunya.
  6. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan yang ada di lks (lembar kerja siswa) Bahasa Arab terkait materi yan baru dipelajari.
  7. Di akhir pembelajaran, guru meminta siswa untuk memfoto latihan soal di lks yang sudah dikerjakan untuk kemudian dikumpulkan via whatsapp.
  8. Guru mengingatkan semua siswa untuk mengulas pelajaran dan mempersiapkan materi berikutnya.
  9. Pelajaran ditutup dengan membaca hamdalah, istighfar dan doa kafaratul majlis

Selain pembelajaran di kelas, ada kegiatan lain yang diagendakan oleh homeschooling mutiara ummat yang masih berkaitan dengan pembelajaran bahasa arab. Diantaranya adalah forum diskusi dan

Adapun buku pegangan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arab adalah kitab al arabiya baina yadaik jilid 1 dan 2. Di awal pertemuan, guru akan melatih para siswa dengan khiwar yang ada di bagian awal kitab. berikut peneliti cantumkan proses latihan khiwar :

  1. para siswa menutup buku, ustadzah membaca dan siswa mendengarkan
  2. para siswa menutup buku, ustadzah membaca dan para siswa menirukan
  3. para siswa membuka buku, ustadzah membaca, dan para siswa menirukan
  4. ustadzah membagi para siswa menjadi beberapa kelompok, dan bergantian membaca
  5. ustadzah menjelaskan mufradat dan makna sesuai materi yang ada.
  6. para siswa menghafal dan mempraktekkan di depan kelas dan ustadzah menilai
  7. ustadzah mengarahkan para siswa untuk mengerjakan latihan sesuai materi

Ada beberapa strategi yang digunakan guru bahasa arab untuk menarik perhatian para siswa dalam pembelajaran bahasa arab, diantaranya adalah membaca cerita, game mufrodat, dan praktik khiwar. Selain itu sesekali juga disisipkan kisah yang menarik yang mudah dipahami para siswa.

Adapun cara yang digunakan ustadzah untuk mengetahui pemahaman para siswa adalah dengan pengerjaan tadribat atau pengujian secara lisan. Hal ini sekaligus melatih kemampuan mendengar dan berbicara para siswa. Meski demikian, guru bahasa arab tetap menyiapkan tes diakhir bab untuk mengukur kemampuan siswa pada masing – masing kemampuan membaca, menulis, mendengar dan berbicara.

Ketika menjelaskan materi, ustadzah tidak hanya menjelaskan secara lisan. Namun juga menggunakan media yang mendukung audio visual seperti laptop dan lcd. Pada bab tertentu guru akan meminta membawa barang sesuai dengan mufrodat yang tersedia. Seperti contohnya pada bab jual beli, guru meminta para siswa membawa barang yang dijual di pasar, seperti sayur, bumbu dapur, pakaian dan lain sebaginya. Hal ini dilakukan untuk membantu para siswa menghafalkan mufrodat dan memahami khiwar.

Pada setiap bab di kitab al arabiyatu baina yadaik mengandug empat aspek pendukung keterampilan berbahasa, yaitu kemampuan mendengar, berbicara, menulis dan membaca.

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembelajaran

Ruang lingkup pelajaran bahasa arab di homeschooling smp Mutiara ummah Sidoarjo meluputi tema – tema tentang perkenalan, keluarga, tempat tinggal, kehidupan sehari – hari, makanan dan minuman, shalat, pembelajaran dan pekerjaan. Dan para siswa harus menguasai semua tema tersebut dalam bahasa arab.

Homeschooling smp Mutiara ummah Sidoarjo berupaya menciptakan nuansa islami dalam pelaksanaan kurikulum pendidikannya, salah satu caranya yaitu dengan mengajarkan bahasa arab. Ketika proses pembelajaran dilaksanakan secara offline, maka pembelajaran bahasa arab tidak hanya berlangsung sekali dalam sepekan saja. Namun juga ketika para siswa berada di asama, dimana di dalamnya mereka dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa arab. Hanya saja, semenjak diberlakukannya pembelajaran online atau learn from home oleh pemerintah, pembelajaran bahasa arab hanya bisa dilaksanakan satu jam dalam satu pekan.

Tidak dipungkiri ketika pembelajaran offline, guru dan murid pasti menemui kendala dalam pembelajaran. Namun, kendala ini bertambah ketika diharuskan pembelajaran online. Berbagai macam permasalahan, dari mulai faktor linguistik ataupun non linguistik dialami para siswa khususnya kelas 7, karena sejak awal masuk sekolah mereka belum merasakan pembelajaran offline. Hal yang berbeda tentu dialami oleh kelas 8 yang sudah sempat merasakan pembelajaran offline meskipun tidak lama. Mereka merasa ada sedikit perbedaan cara mengajar karena terkendala jaringan. Sebagaimana keterangan dari ustadzah Keni terkait pembelajaran keterapilan dalam bahasa arab yang harus mengalami penyesuaian ketika pelajaran berlangsung online.

“Cara ajar yang variatif untuk setiap keterampilan memiliki pengaruh besar dalam minat belajar siswa, begitu pula dengan kelengkapan materi dan buku ajar yang tepat akan memudahkan siswa dalam mencari informasi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Meski demikian, ada hal yang perlu diperhatikan dalam perpindahan kondisi belajar ini. Dalam pembelajaran offline guru lebih leluasa dan materi mudah diterima para siswa, adapun ketika pembelajaran online dirasa banyak keterbatasannya baik dari sisi guru maupun penerimaan siswa.”

Terkait pengajaran yang berbeda dalam kondisi offline dan online ini, siswa kelas 8 juga memberikan keterangannya.

“Saya menyukai cara mengajar usadzah Keni karena materi yang disampaikan mudah dipahami dan ketika bertanya, beliau menjelaskan dengan lengkap”.

Adapun siswa yang lain juga menyampaikan pendapatnya, “semasa kami belajar offline, ustadzah Keni seringkali memberikan permainan yang membantu kami memahami materi, bahkan secara tidak langsung kami jadi hafal banyak mufrodat karena permainannya”.

Hal ini menunjukkan bahwa metode ajar guru bahasa arab homeschooling mutiara ummah ini cukup menarik perhatian para siswa sehingga mudah dipahami. Namun baik dari guru ataupun siswa seringkali menemui kendala jaringan sehingga mengganggu proses penyampaian materi.

Dalam proses pembelajaran tentunya akan ditemui siswa yang kurang fokus, absen tanpa keterangan, atau bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Tentunya guru perlu memberikan hukuman agar siswa tidak mengulangi tindakannya. Bentuk hukuman mendidik yang paling sering digunakan guru adalah teguran secara halus kepada siswa yang bermasalah atau dibahas secara umum di kelas tanpa menyebutkan nama anak yang bermasalah. Terkadang ada siswa yang segera introspeksi diri dan memperbaiki kesalahannya, namun tidak sedikit pula yang merasa tidak bersalah dan justru mengulangi kesalahan yang sama.

Berkaitan dengan hal ini ustadzah Keni menyampaikan, “ketika siswa bermasalah dalam belajar, saya biasanya memberikan teguran secara langsung di luar kelas atau membahasnya di kelas secara umum. Namun jika pelanggaran tetap dilakukan, saya akan mengkomunikasikan dengan wali kelas untuk kemudian disampaikan dengan orang tua siswa. Adapun dalam pembelajaran online ini saya juga menghadapi kesulitan untuk menyampaikan nasihat. Terkadang siswa tidak bisa dihubungi atau kemudian orang tua yang agak sibuk sehingga tidak bisa mendampingi anaknya”.

Guru memberikan teguran secara langsung atau memberikan tugas tambahan apabila siswa tersebut terus mengulangi kesalahan yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kekacauan dalam belajar dan kemungkinan berpengaruh kepada teman sekelasnya.

Dampak positif dari pemberian hukuman terhadap siswa yang bermasalah yaitu memberikan efek jera sehingga mereka tidak mau mengulangi perbuatannya dan menumbuhkan semangat belajar, semakin aktif dalam pembelajaran juga menyadari kebutuhan untuk mengikuti setiap kelas dengan senang hati.

Selain hukuman (punishment) guru juga memberikan pujian atau penghargaan sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya siswa. Pujian sering diberikan pada siswa yang telah menuntaskan tugas atau mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Pujian adalah strategi yang bertujuan untuk mendorong para siswa mengembangkan kemampuannya dan memupuk semangat belajarnya agar mereka semakin berkembang. Berdasarkan hasil observasi di homeschooling mutiara ummah sidoarjo, para siswa sangat senang bila hasil belajarnya diapresiasi berupa pujian atau hadiah. Dan pada faktanya hal ini cukup mampu meningkatkan minat dan kepercayaan diri pada keterampilan bahasa arab.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kendala dalam pembelajaran bahasa arab lebih banyak dialami oleh siswa kelas 7. Berikut peneliti paparkan beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan murid.

1. Faktor linguistik

Kesulitan ini timbul ditinjau dari segi bahasa itu sendiri sebagaimana diketahui antara bahasa arab dan bahasa Indonesia ada beberapa perbedaan pada kosa kata, tata kalimat, tata bunyi maupun tulisan. Berbagai penghambat yang dihadapi siswa di Indonesia dalam mempelajari bahasa arab adalah sebagai berikut :

Pertama, fonetik atau tata bunyi. Dalam pembelajaran bahasa Arab adalah salah satu aspek yang sangat penting, karena dengan memperhatikan aspek tersebut akan membantu dalam mencapai kemahiran menyimak dan berbicara. Seringkali tata bunyi ini terabaikan dalam pembelajaran bahasa Arab di sekolah-sekolah, padahal tujuan mempelajari bahasa Arab tidak hanya diarahkan agar siswa mampu memahami bahasa tulisan yang terdapat dalam buku yang bertuliskan Arab, melainkan juga diarahkan sebagai alat komunikasi.

Dalam keterampilan berbahasa, menyimak dan berbicara merupakan awal dari kegiatan berbahasa. Dalam hal ini para siswa di homeschooling smp Mutiara ummah Sidoarjo memiliki keterbatasan untuk menyimak dan berbicara menggunakan bahasa arab karena jaringan yang tidak stabil sehingga menyebabkan suara tidak terdengar sempurna.

Sebagaimana di alami oleh dua siswa berikut yang diwawancarai, mereka menyampaikan salah satu kendala belajarnya dalam bahasa arab adalah membedakan bunyi ketika ada beberapa kata yang memiliki makhraj huruf yang sama.

Adilah Rosyidah, salah satu siswi yang diwawancarai menyampaikan, “kesulitan saya adalah ketika istima’, tidak semua kata yang diucapkan guru bisa saya tulis karena terkadang dari suaranya terdengar sama”.

Adapun Laiqa Asalina ketika diwawancarai menyampaikan, “salah satu kendala saya adalah ketika guru memberikan tantangan berupa mencari perbedaan dari kata – kata yang ducapkan dalam video diperdengarkan kepada kami”.

Kedua, penambahan kosakata atau mufradat. Penambahan kosakata merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Namun penambahan kosa kata juga perlu diiringi kemauan yang kuat untuk menghafal dan mempraktikkan bahasa arab, agar hasil belajar bisa bertahan lama.

Dalam hal ini, sebagian siswa kelas 7 homeschooling smp Mutiara ummah Sidoarjo mudah menghafal dan memahami kosa kata baru sedangkan sebagian yang lain merasa kesulitan.

Dalam sesi wawancara, beberapa siswa menyampaikan mudahnya mereka mereka menghafal dan mempraktikkan bahasa arab adalah karena mereka berasal dari seolah dasar yang juga diajarkan bahasa arab, atau karena mereka pernah mengikuti kursus bahasa arab.

Diantara masalah yang sering muncul adalah ketika sudah hafal tidak diulang kembali atau bahkan tidak dipraktikkan, sehingga hafalannya hilang. Atau bisa juga karena kondisi di rumah yang kurang mendukung untuk menghafal. Nadia Zahwa saat diwawancarai mengatakan, “yang tidak saya sukai ketika belajar bahasa arab adalah menghafal mufrodat, karena saya butuh waktu yang lama untuk menghafal, sedangkan saya juga mudah lupa”.

Adapun Aqilah Rofidah ketika ditanya pertanyaan yang sama menjawab, “kesulitan belajar saya adalah menghafal mufradat, apalagi jika menghafalnya di rumah, ada adik – adik saya yang seringkali mengganggu saya belajar”.

Kasus lain ditemukan dalam wawancara dengan siswa bernama Difa Suroyya, dia mengatakan kesulitannya ketika menghafal kosakata, “saya sulit menghafal mufradat karena menurut saya guru memberikan terlalu banyak”.

Dalam hal ini para siswa mengalami kesulitan menghafal ketika lingkungannya ramai atau ada kebisingan. Siswa ini termasuk kategori yang lebih mudah menghafal di tempat yang tenang.

Ketiga, nahwu sharaf atau tata bahasa. Nahwu sharaf merupakan dua dari sekian banyak cabang ilmu di dalam bahasa arab, dimana dua cabang ilmu ini mempunyai fungsi yang berbeda. Nahwu adalah ilmu yang mempelajari prinsip – prinsip untuk mengenali kalimat – kalimat bahasa arab dari sisi dan bangunannya. Sedangkan sharaf adalah ilmu yang mempelajari prinsip – prinsip untuk mengenal pola – pola kalimat dan kondisi – kondisinya.

Adapun dalam hal ini, beberapa siswa mengalami kesulitan pada beberapa kaidah yang diajarkan. Ada yang menyampaikan kesulitan mengubah dzamir pada beberapa kata kerja, kebingungan status fathah kasrah dan dhummah, dan bentuk – bentuk dari isim.

Rinjani Raya Ayu ketika ditanya tentang kesulitannya belajar bahasa arab menjawab, “saya agak kesulitan ketika belajar tashrif, meskipun bisa menghafalnya namun kadang masih bingung ketika menjawab soal”.

Sedikit berbeda dengan Rinjani, Rosyida Azka ketika diwawancarai menjawab, “saya agak kesulitan membaca i’rab dalam sebuah kalimat yang panjang”.

Dua siswa ini dan beberapa siswa yang lain mengalami kesulitan yang hampir sama dalam nahwu sharaf, yaitu i’rab dan tashrif fi’il. Padahal dua hal ini tidak bisa terlepas dari prosess memahami narasi atau khiwar berbahasa arab.

Keempat, faktor tulisan. Tulisan merupakan salah satu faktor yang menjadi kunci dalam belajar semua bahasa, karena dari sini akan memudahkan kita untuk belajar keterampilan berbahasa yang lain. Namun yang masih menjadi masalah bagi pelajar homeschooling smp mutiara ummah dalam mempelajari bahasa Arab adalah tidak adanya kesamaan antara tulisan arab dengan tulisan Indonesia yaitu cara menulisnya. Jika tulisan latin mereka sudah hafal penulisannya, maka berbeda halnya dengan tulisan arab yang belum pernah mereka pelajari. Para siswa biasanya kesulitan ketika membedakan huruf – huruf dengan makhraj yang berdekatan, sehingga ketika waktunya imla’, kesalahan penulisan tidak terhindarkan.

Ustadzah Keni, salah satu pengajar bahasa arab menyampaikan terkait kesulitan para siswa dalam penulisan bahasa arab, “memang anak – anak ini memiliki kesulitan dalam beberapa aspek, salah satunya adalah imla’. Seringkali siswa kelas 7 ini salah huruf atau tidak tahu kapan harus menyambung huruf dan kapan memutusnya”.

2. Faktor non linguistik

Berikut akan peneliti paparkan hasil wawancara peserta didik kelas 7 homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo tentang hal – hal yang menjadi kendala dalam memahami pembelajaran bahasa arab.

Pertama, penyalahgunaan handphone. Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa penelitian ini dilakukan ketika sekolah melakukan pembelajaran secara online, maka kebanyakan yang menjadi kendala disini adalah penyalahgunaan handphone yang tidak terkontrol, sehingga menghambat pembelajaran peserta didik khususnya dalam menghafal mufradat dan memahami nahwu saraf.

Peserta didik pertama yang diwawancarai mengatakan, “Bagi saya pelajaran bahasa arab itu susah pak, kendala saya dalam menghafal adalah handphone. Ketika sudah pegang handphone, biasanya tidak begitu perhatian dengan yang lain, termasuk pelajaran

Menurut peserta didik ini, bahasa arab itu sangat sulit. Dengan demikian sedikit banyak hal ini pun akan berpengaruh pada proses pembelajaran bahasa arab. Termasuk pemberian tugas hafalan mufrodat. Jika dalam mindset peserta didik tersebut telah tertanam bahwa bahasa arab itu susah maka antusias dalam pembelajaran akan sangat bekurang termasuk keinginan untuk menghafal kosa kata bahasa arab. Maka tugas apapun yang diberikan akan menjadi beban dan bukan kebutuhan. Masalah lain yang dihadapi adalah penggunaan handphone yang berlebihan hingga melupakan aktifitas atau bahkan kewajibannya yang lain, sebagaimana disebutkan dalam potongan wawancara di atas.

Peserta didik kedua yang diwawancarai menyampaikan hal berikut ketika ditanya tentang masalah yang dihadapi dalam penguasaan kosa kata bahasa arab.

“Saya terkendala pemakaian handphone, karena waktu lebih banyak saya habiskan untuk bermain game atau nonton film, bahkan terkadang jika saya kesulitan masuk zoom meeting, saya lebih memilih untuk bermain handphone”.

Siswa kedua yang diwawancarai juga memiliki kesulitan yang serupa, yaitu penggunaan handphone tanpa pengawasan orang tua sangat rawan disalahgunakan. Anak – anak jadi makin leluasa untuk menjelajahi sosial media dan berbagai aplikasi hiburan lainnya. Selain faktor tersebut, siswa ini juga merasa malas ketika akan menghafalkan mufradat.

Adapun kendala serupa juga dialami oleh siswa ketiga yang diwawancarai peneliti terkait kesulitan belajarnya. Dia mengatakan, “Saya terkendala mengerjakan tugas bahasa arab karena tidak memahami bahasanya, disamping itu saya juga lebih suka menonton video kerajinan di youtube dibanding menghafal mufradat”.

Selanjutnya ada siswa keempat yang menyampaikan hal yang hampir sama dengan temannya terkait kendala belajar. Dia mengatakan, “saya malas belajar dan menghafal kosa kata bahasa arab karena sendirian di rumah, dan nanti saya akan lebih memilih handphone dibandingkan belajar. Dan sebenarnya saya lebih suka menghafal bersama teman – teman di sekolah”.

Jika melihat potongan wawancara dari siswa keempat, dia punya semangat untuk belajar jika ada temannya, dan dia belum mampu memilih prioritas aktifitas yang penting dan kurang penting.

Kedua, Metode pengajaran yang kurang variatif . Adapun, guru bahasa arab di homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo cukup interaktif dalam menyampaikan materi, namun metode penyampaiannya agak monoton dan penggunaan media masih sangat kurang. Guru menampilkan materi melalui presentasi power point dalam zoom meeting, sedangkan para siswa menyimak di dalamnya. Materi yang ditampilkan di dalam power point berupa gambar dan tulisan, sesekali guru akan melemparkan pertanyaan kepada siswa yang ditunjuk. Variasi dalam penyampaian dan media pembelajaran yang kurang dimaksimalkan menjadi salah satu faktor kesulitan pembelajaran bahasa arab di homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo

Dalam sesi wawancara, guru bahasa arab menyampaikan jawabannya terkait hal ini, “untuk media pembelajaran ketika pembelajaran online memang cukup terbatas, karena tidak semua kelas mudah dikondisikan. Terkadang ketika sudah masuk waktunya bahasa arab, ada sebagian anak yang tidak segera masuk, sehingga media pembelajaran kurang maksimal. Dalam hal ini saya lebih memilih media yang mudah dan cepat untuk diberikan kepada para siswa”.

C. Analisis Solusi yang Dilakukan Homeschooling SMP Mutiara Ummah

Dari permasalahan yang ditemukan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa penyebab kesulitan para siswa dalam mempelajari bahasa arab bersumber dari dua faktor, yakni faktor linguistik dan non linguistik. Dalam penyelesaian permasalahan ini peneliti mencoba mencari tahu dengan observasi dan wawancara beberapa orang yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa arab, diantaranya ada guru bahasa arab dan kepala homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo. Berikut solusi yang diberikan homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo dalam menangani kendala belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa arab.

Adapun Homeschooling smp mutiara ummat dalam menangani kendala pada linguistik, ,maka pihak sekolah mengadakan kelas BTQ (Baca Tulis Alquran) setelah kelas tahfidz di pagi hari. Di sana para siswa diajarkan cara menulis dan membaca huruf arab, terutama di alquran. Kemudian di asrama, para siswa juga diberikan 5 mufrodat setiap harinya untuk dipraktikkan ketika berinteraksi dengan teman dan ustadzah di asrama (berlaku ketika pembelajaran offline). Selain itu juga guru bahasa arab memberikan tugas di luar kelas untuk membaca narasi atau percakapan dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Disamping itu juga guru bahasa arab menyisipkan video pendek yang berkaitan dengan materi yang dipelajari untuk ditampilkan di tengah – tengah pelajaran.

Dengan adanya program – program ini, diharapkan para siswa dapat lebih mudah dalam memahami bahasa arab dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari – sehari.

Selanjutnya peneliti paparkan solusi yang di berikan sekolah kepada para siswa terkait kendala dalam faktor non linguistk. Untuk siswa dalam hal motivasi dan semangat, guru bahasa arab selalu memberikan motivasi sebelum dan sesudah pelajaran kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dalam belajar. Disamping itu, wali kelas juga senantiasa berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk menyampaikan capaian pembelajaran dan kendala pembelajaran para siswa di kelas. Hal ini dilakukan agar orang tua juga ikut berpartisipasi dalam mengondisikan anak – anaknya belajar di rumah, memastikan mereka

Disamping solusi tersebut, secara berkala para guru bersama kepala sekolah dan ketua yayasan mengadakan rapat bulanan untuk mengetahui perkembangan para siswa dan kendala para guru.

Berkaitan dengan kendala penggunaan handphone, kepala homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo menyampaikan bahwa hal ini tidak dapat dihindari, karena sudah menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Selain itu, era teknologi dan informasi yang semakin berkembang, ditambah fasilitas yang memadai yang disediakan orang tua, membuat anak – anak sulit dijauhkan dari gadged. Maka perlu peran orang tua untuk mendampingi dan mengarahkan secara langsung penggunaan handphone agar sesuai porsinya.

Lebih lanjut, guru juga bisa mengarahkan para siswa untuk lebih aktif di luar jam pelajaran meski dalam kondisi online. Beberapa hal yang disarankan adalah, mencari sumber – sumber pembelajaran dari youtube, membuat forum diskusi online, membuat konten berbahasa arab dan meng-uploadnya ke media sosial.

Adapun solusi yang berkaitan dengan metode pengajaran, maka guru membuat permainan yang bisa dilakukan ketika pembelajaran online, agar semua siswa dapat berpartisipasi dan mudah memahami materi yang disampaikan. Beberapa permainan yang biasa diberikan guru adalah role playing, tebak mufrodat, dan sambung kata.

Media yang seringkali digunakan saat pembelajaran online di homeschooling smp mutiara ummat sidoarjo adalah zoom meeting atau google meet. Namun berbagai kendala seperti jaringan yang tidak stabil dan keterlambatan siswa dalam memasuki kelas, cukup mempengaruhi pemahaman mereka. Dengan demikian, sekolah mengarahkan para guru untuk menggunakan media pembelajaran yang lain, seperti aplikasi google clasroom, youtube dan google drive untuk menyimpan materi dan bisa dibuka kembali oleh para siswa jika dibutuhkan.

Urgengensi pembelajaran tatap muka (offline) tentu tidak terelakkan. Para siswa dan beberapa guru yang berdomisili di luar kota menjadi pertimbangan sekolah untuk mengadakan pembelajaran offline. Sekolah pun masih mengupayakan perijinan dan pengkondisian lingkungan asrama yang berdekatan dengan pemukiman warga, juga termasuk perijinan dari orang tua dan tes kesehatan para siswa. Namun akhirnya pada september tahun 2021, sekolah perlahan merealisasikan pembelajaran secara offline, sehingga diharapkan bisa memudahkan guru dan siswa dalam pembelajaran.

Kesimpulan

Pembelajaran bahasa arab di homeschooling mutiara ummah berpedoman kepada kitab arabiya baina yadaik dan beberapa kitab nahwu sharaf . Proses pembelajaran selalu disertai doa dan motivasi oleh guru bahasa arab di awal dan akhir pembelajaran. Pembelajaran berjalan kondusif dengan metode yang cukup variatif dan cara penyampaian yang menggunakan campuran bahasa arab dan bahasa indonesia dapat membantu siswa memahami materi dengan mudah. Para siswa juga sangat antusias dalam belajar, baik ketika permainan yang melatih mufrodat maupun menegerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Antusias siswa dalam belajar dipacu oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan gaya mengajar yang disukai oleh para siswa. Hal ini terbukti di apangan dan dikuatkan dengan wawancara penelii dengan pihak guru ataupun siswa.

Faktor pendukung pembelajaran bahasa arab di homeschooling mutiara ummah sidoarjo diantaranya adalah 1) kurikulum yang tidak menginduk ke diknas , sehingga sekolah lebih leluasa memilihkan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. 2) guru yang kreatif dalam pengelolaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif. 3) kegiatan asrama yang membantu kemampuan berbahasa para siswa.4)fasilitas LCDproyektor . adapun Faktor penghambat pembelajaran bahasa arab di homeschooling mutiara ummah sidoarjo adalah, 1) semangat para siswa yang naik turun dalam belajar ketika pembelajaran online . 2) konsentrasi mereka jadi terpecah dan sulit memahami materi ketika online.

References

  1. ‫بساروالجنون‬ ‫اإلسالمية‬ ‫معارف‬ ‫جامعة‬ ‫مربوري‬ ‫اإلسال‬ ‫للًتبية‬ ‫ايفيما‬ ‫جامعة‬ ‫مية‬.”‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬
  2. ‫التدريبي‬ ‫الدليل‬, “‫العربية‬ ‫اللغة‬ ‫اختبار‬ :‫بها‬ ‫الناطقين‬ ‫لغير‬ ‫ن‬ ّ ‫المقن‬.”‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬
  3. M. Ulfa, “Sistem Pengajaran Bahasa Arab Modern Untuk Non-Arab,” 2018.
  4. M. Ulfa, “Sistem Pengajaran Bahasa Arab Modern Untuk Non -Arab,” An Nabighoh Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 20, No. 01, Hlm. 63, 2018, Doi: 10.32332/An-Nabighoh.V20i01.1128.
  5. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, 1 Ed. Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012.
  6. H. Hardani Dan D. Juliana Sukmana, “Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif,” 2020. [Daring]. Available: Https://Www.Researchgate.Net/Publication/340021548
  7. Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Vol. 1. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
  8. Z. Baidhawy Dan I. Studies, “Islamic Studies Pendekatan Dan Metode,” No. April 2011, 2016.
  9. Hardani Dkk., Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, Vol. 1. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020.
  10. H. Ahyar Dan D. Juliana Sukmana, “Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Seri Buku Hasil Penelitian View Project Seri Buku Ajar View Project,” 2020. [Daring]. Available: Https://Www.Researchgate.Net/Publication/340021548
  11. A. Sehri, “Metode Pengajaran Nahwu Dalam Pengajaran Bahasa Arab,” Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 7, No. 1, Hlm. 47, 2010, Doi: 10.24239/Jsi.V7i1.108.47-60.
  12. “Al-Arabibiyyah-Bayna-Yadaik-1-A-Compressed”.
  13. O. : Maimun, D. Tetap, P. Pendidikan, B. Arab, J. Tarbiyah, Dan S. Pamekasan, “Pembelajaran Bahasa Arab.”
  14. ‫تصميم‬ ‫معايير‬ ‫المدرسي‬ ‫العربية‬ ‫اللغة‬ ‫كتاب‬.‬‬‬‬‬‬