Internalization of Rahmatan lil 'Alamin Values for Student Tolerance

Internalisasi Nilai-Nilai Rahmatan lil 'Alamin untuk Toleransi Siswa

Authors

  • Alya Rafika Syamsadea Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Muhlasin Amrullah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijis.v13i4.1791

Keywords:

Internalization, Rahmatan lil ’Alamin, Tolerance, Elementary Education, Character

Abstract

General Background: Education in elementary schools plays a crucial role in shaping students’ character and tolerance in a diverse society. Specific Background: Despite efforts to promote harmony, many students still lack respect for peers, often disturbing others and showing intolerance. Knowledge Gap: Previous studies have emphasized the cognitive understanding of Islamic values but less attention has been given to their consistent internalization in daily school practices. Aims: This study explores the internalization of Rahmatan lil ’Alamin values in religious activities to foster tolerance, justice, and social responsibility among elementary students. Results: Findings show that embedding moderation, non-violence, compassion, and respect for diversity through religious practices and teacher collaboration contributes to students’ tolerance, intercultural sensitivity, and harmonious interactions. Novelty: The study highlights a practical model of value internalization through structured activities, integrating moral and spiritual aspects of Islam into daily learning. Implications: The approach offers educators a pathway to reduce intolerance and extremism while nurturing inclusive, socially responsible, and peaceful young generations

Highlights:

  • Internalization of Rahmatan lil ’Alamin values strengthens tolerance in students.

  • Teacher collaboration is central in shaping inclusive school practices.

  • Religious activities become effective platforms for moral and social education.

Keywords: Internalization, Rahmatan lil ’Alamin, Tolerance, Elementary Education, Character

Pendahuluan

Islam moderat adalah sebuah pendekatan dalam beragama Islam yang menekankan pada keseimbangan, toleransi, dan keterbukaan dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam. Pendekatan ini bertujuan untuk menghindari ekstremisme dan kekakuan dalam interpretasi agama, serta untuk mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, dialog antaragama, dan kedamaian. Islam moderat berupaya untuk mempromosikan Islam sebagai agama yang damai, adil, dan relevan dengan kehidupan modern, tanpa mengesampingkan nilai-nilai spiritual dan moral yang terkandung dalam ajarannya[1]. Dalam Islam, konsep rahmatan lil alamin menawarkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kedamaian, keadilan, dan rasa menghargai perbedaan. Di sekolah dasar, internalisasi nilai-nilai ini adalah langkah penting dalam membangun karakter siswa sehingga mereka dapat hidup berdampingan dengan baik dengan perbedaan[2].

Sistem pendidikan nasional dengan jelas disebutkan bahwa peranan pendidikan nasional adalah mengembangkan keterampilan dan membentuk budi pekerti yang baik serta peradaban guna mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga terpenting yang menunjang terwujudnya fungsi pendidikan. Sekolah dapat mengembangkan kemampuan dan potensi siswa serta membentuk karakter. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan akhlak peserta didiknya agar tumbuh menjadi manusia cerdas yang berakhlak baik.[3]

Sekolah berfungsi sebagai suatu entitas untuk memperoleh pendidikan yang kedua setelah keluarga. Di sekolah, pendidikan dapat dilaksanakan secara teratur dan efektif. Melalui hal ini, siswa berkesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dari teman sebaya, guru, atau lingkungan. Ketika siswa berada di sekolah, mereka akan lebih fokus pada pembelajaran yang diberikan oleh guru.[4] Oleh sebab itu, guru diharapkan dapat membentuk karakter siswa dengan baik, dan ini sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yang bahkan berdampak signifikan bagi anak-anak yang belum memasuki masa remaja[5]. Sekolah dapat berperan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab besar dalam pembentukan siswanya. Selanjutnya, guru dapat menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua siswa mengenai pelaksanaan pendidikan karakter[6].

Internalisasi nilai-nilai rahmatan lil alamin adalah proses penanaman dan penghayatan nilai-nilai Islam yang mencerminkan sikap rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam semesta ke dalam diri seseorang sehingga menjadi bagian dari sikap, perilaku, dan karakter kehidupan sehari-hari. Proses ini melibatkan pembinaan, bimbingan, dan pembiasaan sehingga individu menerima nilai-nilai tersebut sebagai norma yang diyakini dan dijalankan. Internalisasi ini tidak hanya sebatas pengetahuan tapi mencakup penghayatan dan pengamalan yang konsisten, yang melibatkan tahapan seperti transformasi nilai, transaksi nilai (interaksi dua arah dengan nilai), dan transinternalisasi (penerimaan nilai secara mendalam dalam kepribadian)[7].

Pendidikan karakter menanamkan berbagai kebiasaan, yang mendukung individu untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Nilai itu sendiri merupakan prinsip universal komunitas yang menggunakan metrik atau standar untuk melakukan penilaian dan pemilihan tindakan yang dianggap baik atau buruk, 18 nilai karakter yang ditanamkan melalui pendidikan karakter mencakup agama, toleransi, kejujuran, disiplin, kerja keras, kreativitas, kemerdekaan, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, ramah atau suka bergaul, cinta damai, cinta membaca, perlindungan lingkungan, kepedulian sosial, dan tanggung jawab. Di antara nilai-nilai karakter ini, setiap sekolah dapat menentukan nilai mana yang akan diutamakan untuk berkembang sesuai dengan karakteristik kebutuhan siswa dan lingkungan sekitarnya. (Kemendiknas:2011)[8].

Pendidikan tidak hanya memberi penguatan pengetahuan siswa tetapi juga karakternya dengan menanamkan nilai-nilai seperti kepedulian sosial, keadilan, dan kasih sayang. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang memandang pendidikan sebagai alat untuk menghasilkan manusia yang seimbang secara mental dan sosial[9]. Lebih lanjut Rahmatan Lil Alamin menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai sosial dan etika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari[10]. Konsep ini menekankan bahwa peserta didik tidak hanya harus mempelajari teori- teori ilmiah saja, tetapi juga harus mampu berbuat baik.. Ini termasuk kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, bertindak adil, dan berkontribusi pada komunitas mereka [11].

Oleh karena itu Dengan kata "rahmatan lil alamin", Islam digambarkan sebagai rahmat bagi semua makhluk dan alam semesta.Nilai – nilai yang mencakup Rahmatan lil alamin yaitu : Kasih Sayang : Menumbuhkan sikap empati dan kepedulian terhadap sesama, Keadilan: Memperlakukan semua orang dengan adil tanpa memandang latar belakang, Menghargai Perbedaan: Menerima perbedaan dalam agama, budaya, dan pendapat sebagai hal yang wajar dan bermanfaat., Kedamaian: Menjaga hubungan yang harmonis dan cara damai untuk menyelesaikan perbedaan[12]. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap toleransi sangat penting, terutama di lingkungan sekolah yang multikultural, sesuai dengan nilai-nilai ini. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan sikap toleransi yang penting dalam kehidupan sehari- hari, terutama di lingkungan sekolah yang multikultural.[13]

Toleransi berkaitan dengan sikap menghargai serta menghormati perbedaan agama dan budaya orang lain. Jenis toleransi yang terdapat di lingkungan sekolah meliputi toleransi agama dan toleransi budaya. Mengingat betapa pentingnya sikap toleransi di sekolah, masih terdapat siswa yang belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksud dengan sikap toleransi[14]. Seharusnya sikap toleransi siswa di sekolah adalah saling menghargai teman yang

memiliki agama dan suku yang berbeda, berteman dengan semua siswa tanpa membeda-bedakan, tidak mengejek atau menghina mereka yang berbeda, bermain bersama dengan baik, tidak menimbulkan keributan di sekolah, dan terbuka terhadap saran atau pendapat orang lain[13].

Sikap toleransi pada siswa sekolah dasar penting untuk mengembangkan karakter positif, seperti menghargai dan menghormati perbedaan. Ini bisa diwujudkan melalui pengajaran guru, kegiatan pembelajaran terintegrasi, dan ekstrakurikuler.Indikator sikap toleransi siswa sekolah dasar meliputi beberapa aspek: Kedamaian Indikatornya termasuk kepedulian dan cinta[15]. Menghargai perbedaan dan individu. Kesadaran Indikatornya meliputi menghargai kebaikan orang lain, bersikap terbuka dan reseptif, serta merasa nyaman dalam kehidupan dan dengan orang lain. Indikator lainnya termasuk membantu teman tanpa memandang agama, suku, dan etnis, serta menerima pendapat teman[16].

Siswa sekolah dasar memiliki banyak keberagaman, yang dapat menyebabkan konflik saat mereka terlibat dalam aktivitas di sekolah. Jadi, untuk mengatasi keberagaman siswa sekolah dasar, kita harus toleran. Toleransi dapat membantu siswa sekolah dasar bersatu dan menghindari konflik yang disebabkan oleh keberagaman. Yang bertujun untuk membentuk karakter siswa yang penuh dengan kasih sayang, saling menghormati, dan peduli terhadap perbedaan, baik itu perbedaan agama, ras, budaya, maupun latar belakang sosial. Rahmatan lil ‘Alamin, yang artinya "rahmat untuk seluruh alam," mengandung prinsip kasih sayang dan perdamaian yang universal, yang seharusnya tercermin dalam sikap siswa di lingkungan sekolah. Dengan tujuan tersebut, nilai Rahmatan lil ‘Alamin diharapkan dapat memperkuat karakter siswa sebagai pribadi yang toleransi, menghargai perbedaan, dan berkontribusi pada terciptanya kehidupan yang lebih harmonis dan damai[17].

Dalam lingkungan sekolah sikap toleransi dan kebersamaan menjadi salah satu filar yang penting dan mendasar untuk dikembangkan. Sekolah disepakati sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen masyarakat sekolah dengan berbagai latar; ekonomi, lingkungan keluarga, kebiasaan- kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan minat yang berbeda. Dengan perbedaan-perbedaan ini tidak mustahil dalam masyarakat sekolah terjadi benturan-benturan kepentingan yang juga dapat mengarahkan kepada konflik- konflik kepentingan, dan oleh sebab itu perlu upaya-upaya yang secara sengaja dan terus menerus diarahkan untuk mengembangkan toleransi dan kebersamaan ini. Upaya-upaya untuk mengembangkan sikap toleransi dapat dilakukan melalui rekayasa kegiatan pembelajaran di kelas maupun latihan-latihan praktis dalam kehidupan nyata di luar kelas.

Beberapa penelitian yang relevan dengan peneliatian ini ditemukan ada beberapa memiliki kesamaan judul yaitu : Penelitian yang berjudul “Implementasi Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin (P2RA) di Madrasah” hasil dari penelitian ini yaitu menjelaskan pelajar MTsN 01 Kepahiang memiliki pemahaman yang mendalam dan bervariasi tentang nilai kepancasilaan, mampu menjelaskan makna dan relevansi nilai tersebut dalam berbagai aspek kehidupan mereka[18]. Penelitian yang berjudul “Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) Pada Siswa MI: Sebuah Upaya Membangun Karakter Disiplin Dan Bertanggung Jawab Pada Siswa” hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proyek P5-P2RA memiliki potensi untuk membangun karakter disiplin dan bertanggung jawab pada siswa MI[19].

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan di SDN Kemirisewu II Pandaan menyatakan bahwa masalah yang terdapat di sekolah tersebut yaitu Internalisasi nilai – nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi pada SDN Kemirisewu II Pandaan ini sangat rendah terutama di kelas IV. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan fokus tentang Internalisasi nilai – nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi Pada Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Internalisasi nilai – nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter, dan kesadaran moral. Berdasarkan fenomena di atas penilitian ini memfokuskan pada permasalah penelitian, yaitu : Bagimana internalisasi nilai-nilai rahmatan lil alamin dalam kegiatan keagamaan pada sikap toleransi social siswa sekolah dasar? Tujuan penelitian ini adalah menerapkan nilai- nilai Rahmatan lil ‘Alamin dalam kegiatan keagamaan untuk membentuk sikap toleransi siswa Sekolah Dasar dengan menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual Islam yang moderat, penuh kasih sayang, dan penghormatan terhadap keberagaman dalam diri peserta didik. Dengan internalisasi ini, diharapkan siswa mampu menghayati dan mengamalkan sikap toleran, adil, dan peduli terhadap sesama, serta menolak sikap ekstremisme dan intoleransi.

Metode

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi[20]. yang bertujuan untuk mengungkap fenomena pembiasaan Internalisasi nilai – nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi. Objek penelitian ini dilakukan di SDN Kemirisewu II Pandaan. Pertimbangan penentuan objek penelitian ini karena Sekolah Dasar tersebut selama ini melakukan pembiasaan sikap toleransi di sekolah. Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V. Subjek penelitian terebut dipilih didasarkan pada pertimbangan bahwa subjek

penelitian ini sebagai penanggung jawab dan pelaksana sikap toleransi di Sekolah Dasar Negeri Kemirisewu II Pandaan. Selanjutnya, subyek penelitian ini terdiri dari guru Kelas V dan siswa kelas V. Pengumpulan penilitian ini mengacu pada instrumen penelitian tentang sikap toleransi siswa saat mengikuti pembelajaran Pendidikan Pancasila sebagaimana table.1 dibawah ini.

Aspek Toleransi Sosial Indicator
Menghargai dan Menghormati Perbedaan.Sikap Terbuka dan Inklusif.Kerjasama dan Saling Menghargai dalam Aktivitas Sekolah. Untuk menghormati perbedaan agama, ras, suku, budaya, bahasa, dan pendapat yang ada di antara teman sebaya maupun kelompok lain. Ini termasuk tidak mengolok-olok, mencela, atau menertawakan perbedaan yang ada, dan fokus pada persamaan yang mengikat mereka (seperti kebangsaan).Siswa didorong untuk bersikap terbuka, menerima pendapat yang berbeda, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di mana semua siswa merasa diterima tanpa diskriminasi.Sikap toleran terbentuk melalui berbagai aktivitas pembelajaran dan pembiasaan di lingkungan sekolah, contohnya mendengarkan tanpa memotong saat orang lain berbicara, menghargai privasi, dan berinteraksi dengan sikap saling menghormati.
Table 1. Kisi-Kisi Sikap Toleransi Sosial Siswa

Selanjutnya metode pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Metode wawancara digunakan untuk mewawancarai subjek penelitian tentang Internalisasi nilai – nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi di sekolah tersebut. Observasi untuk mengamati Internalisasi nilai – nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi di sekolah. Dokumentasi untuk memperoleh data di antaranya berupa dokumen kurikulum, dan foto. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis interaktif model Miles dan Huberman. dengan menggunakan empat langkah, yaitu pengumpulan data, kondensasi, penyajian data, dan kesimpulan.

Figure 1. pola analisis data miles dan Huberman

(https://share.google/images/a8o6ZnqzkpekcsuSf)

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi dalam penelitian kualitatif merupakan metode yang dipakai untuk meningkatkan kredibilitas dan validitas data dengan cara memeriksa informasi dari berbagai sumber, teknik, dan waktu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda untuk menguji informasi dari sumber yang serupa. Sebagai contoh, data yang diperoleh melalui wawancara dapat diverifikasi dengan observasi atau analisis dokumen.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Internalisasi nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada siswa SD dapat membentuk generasi yang toleran, berkarakter

luhur, serta siap hidup harmonis di masyarakat yang majemuk. Nilai-nilai ini, jika diterapkan secara konsisten melalui aktivitas pembelajaran, pembiasaan, dan keteladanan, akan membekas dalam perilaku dan sikap siswa, memperkokoh persaudaraan dan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi. untuk keabsahan data peneliti menggunakan Trianggulasi teknik. Internalisasi nilai-nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada siswa SD terbukti efektif melalui keteladanan guru, pembiasaan rutinitas positif, pengintegrasian dalam kurikulum, serta kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung keragaman dan persaudaraan. Hasilnya, siswa tumbuh menjadi pribadi dengan sikap toleransi yang kuat, mampu beradaptasi dalam masyarakat yang plural, serta siap menjadi agen perdamaian dalam kehidupannya. Hasil temuan yang diperoleh peneliti dalam wawancara dan observasi menunjukkan bahwa penguatan Internalisasi nilai-nilai Rahmatan lil Alamin disekolah dasar sangatlah berpengaruh. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut banyak diterapkan di SDN Kemirisewu II Pandaan yang mana siswa banyak diajarkan oleh bapak/ibu guru penguatan nilai-nilai Rahmatan lil Alamin tersebut dengan pembiasaan sholat dhuhur berjamaah, melakukan senyum,sapa, salam, sopan dan santun terhadap teman maupun bapak/ibu guru. Adapun sampel yang diambil oleh peneliti yaitu 19 siswa dalam penelitian ini.

Secara general, pola yang di hasilkan dari internalisasi rahmatan lil alamin pada sekolah dasar tersebut terbagi pada beberapa presentasi Berikut hasil toleransi yang terjadi di sekolah dasar yang diperolah dapat dijelaskan melalui presentase pie diagram berikut :

Figure 2. Sikap Toleransi siswa

Berdasarkan hasil analisis data dengan temuan artikel terdahulu, nilai-nilai rahmatan lil alamin yang divisualisasikan dalam diagram lingkaran, terlihat bahwa 30% responden menunjukkan sikap menghargai semua orang, 33% menunjukkan kebiasaan membantu sesama teman, dan 37% lainnya tidak membedakan teman. Persentase ini menunjukkan bahwa sebagian besar individu memiliki kepedulian sosial yang tinggi, dengan persentase tertinggi pada perilaku membantu sesama teman. Meskipun begitu, nilai-nilai menghargai dan tidak membedakan teman juga tetap kuat dan seimbang. Data ini mencerminkan pentingnya ketiga sikap tersebut dalam menciptakan lingkungan sosial yang inklusif, saling mendukung, dan penuh rasa hormat antarindividu. Para guru telah melaksanakan internalisasi nilai-nilai rahmatan lil alamin dengan menciptakan individu yang menumbuhkan nilai-nilai rahmatan lil alamin dalam kehidupan sehari-hari. Fase ini menjadi asas terpenting untuk membentuk sikap toleransi siswa, seperti melaksanakan sholat dhuhur berjamaah serta membaca doa sebelum pembelajaran dimulai dan melakukan istighosah bersama dan saling toleransi terhadap teman sebangku. Sekolah juga memberi fasilitas dan sarana yang baik dengan membentuk guru yang baik agar siswa siswi dapat meniru kebaikan guru tersebut. Untuk penerapan nilai-nilai rahmatan lil alamin ini siswa siswi dianjurkan untuk melaksakannya dengan baik dan menjadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan sikap toleransi siswa.

B. Pembahasan

Pendidikan tidak hanya memberi penguatan pengetahuan siswa tetapi juga karakternya dengan menanamkan nilai-nilai seperti kepedulian sosial, keadilan, dan kasih sayang. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang

memandang pendidikan sebagai alat untuk menghasilkan manusia yang seimbang secara mental dan sosial. Lebih lanjut Rahmatan Lil Alamin menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai sosial dan etika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini menekankan bahwa peserta didik tidak hanya harus mempelajari teori-teori ilmiah saja, tetapi juga harus mampu berbuat baik.. Ini termasuk kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, bertindak adil, dan berkontribusi pada komunitas mereka.

Dengan kata "rahmatan lil alamin", Islam digambarkan sebagai rahmat bagi semua makhluk dan alam semesta.Nilai – nilai yang mencakup Rahmatan lil alamin yaitu : Kasih Sayang : Menumbuhkan sikap empati dan kepedulian terhadap sesama, Keadilan: Memperlakukan semua orang dengan adil tanpa memandang latar belakang, Menghargai Perbedaan: Menerima perbedaan dalam agama, budaya, dan pendapat sebagai hal yang wajar dan bermanfaat., Kedamaian: Menjaga hubungan yang harmonis dan cara damai untuk menyelesaikan perbedaan. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap toleransi sangat penting, terutama di lingkungan sekolah yang multikultural, sesuai dengan nilai-nilai ini. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan sikap toleransi yang penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan sekolah yang multikultural.

Toleransi berkaitan dengan sikap menghargai serta menghormati perbedaan agama dan budaya orang lain. Jenis toleransi yang terdapat di lingkungan sekolah meliputi toleransi agama dan toleransi budaya. Mengingat betapa pentingnya sikap toleransi di sekolah, masih terdapat siswa yang belum sepenuhnya memahami apa yang dimaksud dengan sikap toleransi. Seharusnya sikap toleransi siswa di sekolah adalah saling menghargai teman yang memiliki agama dan suku yang berbeda, berteman dengan semua siswa tanpa membeda-bedakan, tidak mengejek atau menghina mereka yang berbeda, bermain bersama dengan baik, tidak menimbulkan keributan di sekolah, dan terbuka terhadap saran atau pendapat orang lain.[21]

Sikap toleransi pada siswa sekolah dasar penting untuk mengembangkan karakter positif, seperti menghargai dan menghormati perbedaan. Ini bisa diwujudkan melalui pengajaran guru, kegiatan pembelajaran terintegrasi, dan ekstrakurikuler.Indikator sikap toleransi siswa sekolah dasar meliputi beberapa aspek: Kedamaian Indikatornya termasuk kepedulian dan cinta. Menghargai perbedaan dan individu. Kesadaran Indikatornya meliputi menghargai kebaikan orang lain, bersikap terbuka dan reseptif, serta merasa nyaman dalam kehidupan dan dengan orang lain. Indikator lainnya termasuk membantu teman tanpa memandang agama, suku, dan etnis, serta menerima pendapat teman[22].

Adapun Penelitian yang relevan dengan peneliatian ini ditemukan ada beberapa memiliki kesamaan judul yaitu : Fitri Susanti dkk, 2024, Penelitian yang berjudul “Implementasi Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin (P2RA) di Madrasah” hasil dari penelitian ini yaitu menjelaskan pelajar MTsN 01 Kepahiang memiliki pemahaman yang mendalam dan bervariasi tentang nilai kepancasilaan, mampu menjelaskan makna dan relevansi nilai tersebut dalam berbagai aspek kehidupan mereka[18]. Giska Enny Fauziah dkk, 2023, Penelitian yang berjudul “Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) Pada Siswa MI: Sebuah Upaya Membangun Karakter Disiplin Dan Bertanggung Jawab Pada Siswa” hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proyek P5-P2RA memiliki potensi untuk membangun karakter disiplin dan bertanggung jawab pada siswa MI[19].

Terdapat factor penghambat yang disampaikan guru dalam melakukan penguatan sikap toleransi pada siswa, terutama pada lingkungan rumah yang mana siswa siswi harus bisa melakukannya setiap hari walaupun di sekolah maupun di rumah. Hasil dari penelitian observasi dan wawancara di SDN Kemirisewu II Pandaan memperlihatkan para pendidik harus memberikan teladan yang baik agar sikap toleransi siswa dapat dilakukan oleh siswa siswi tersebut. Dan memberikan arahan kepada siswa siswi demi mewujudkan perilaku yang baik serta anak bangsa yang unggul semua harus dibiasakan untuk membentuk kepribadian positif.

Simpulan

Berdasarkan penelitian di SDN Kemirisewu Pandaan, Internalisasi nilai-nilai Rahmatan lil ‘Alamin pada sikap toleransi siswa SD adalah bahwa proses penanaman nilai tersebut efektif membentuk karakter siswa yang moderat, toleran, dan beradab. Internalisasi dilakukan melalui berbagai aktivitas di lingkungan sekolah, seperti integrasi dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Nilai-nilai Rahmatan lil ‘Alamin memperkuat sikap toleransi siswa melalui pembiasaan menghargai perbedaan, melatih keterbukaan terhadap opini dan ide orang lain, serta menanamkan pentingnya hidup berdampingan secara damai. Sikap toleransi yang muncul ditandai dengan kemampuan siswa untuk berdialog secara konstruktif, menghargai pendapat teman, menerima kritik, serta membangun kolaborasi dalam berbagai projek kelompok di sekolah. Implementasi nilai-nilai Rahmatan lil ‘Alamin terbukti meningkatkan harmoni sosial di lingkungan sekolah, memperkuat keterampilan sosial seperti komunikasi efektif, musyawarah, dan penyelesaian konflik secara damai. Internalisasi ini juga membantu mengurangi potensi ekstrimisme dan mengembangkan siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan kesadaran sosial yang tinggi.

References

[1] N. Faizin, “Pentingnya Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam,” 2020, p. 89.

[2] M. N. Jamaluddin, “Wujud Islam Rahmatan Lil ’Alamin Dalam Kehidupan Berbangsa di Indonesia,” ADLIYA: Jurnal Hukum dan Kemanusiaan, vol. 14, no. 2, pp. 271–394, 2021, doi: 10.15575/adliya.v14i2.9505.

[3] Hidayati and A. Musnandar, “Implementasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Konsep Rahmatan Lil Alamin,” DIAJAR: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 1, no. 3, pp. 330–338, 2022, doi: 10.54259/diajar.v1i3.982.

[4] T. N. Mertika, Gusandyta, and F. Wulandari, “Penanaman Sikap Toleransi Melalui Keteladanan Guru di Kelas III SD Negeri 62 Singkawang,” JPDI (Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia), vol. 7, no. 2, pp. 38–41, 2022.

[5] A. Z. Nurfathiyah, B. B. Wiyono, M. Arafik, and I. Arifin, “Penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil ’Alamin pada Anak Usia 4–5 Tahun,” Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 5, no. 1, pp. 1086–1097, 2024, doi: 10.37985/murhum.v5i1.456.

[6] A. -, “Pendidikan Karakter Anak di Sekolah,” Edumedia: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, vol. 6, no. 2, 2022, doi: 10.51826/edumedia.v6i2.668.

[7] K. Jasmine, “Penambahan Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat dan Kecepatan Pengadukan Sebagai Upaya Penghambatan Reaksi Inversi pada Nira Tebu,” 2014.

[8] N. and K. Pendidikan, “Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa,” Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2017.

[9] M. Anggraeni, S. A. Febriyani, Y. Wahyuningsih, and T. Rustini, “Pengembangan Sikap Toleransi Siswa Sekolah Dasar pada Keberagaman di Indonesia,” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, vol. 7, no. 1, pp. 16–24, 2022, doi: 10.22437/gentala.v7i1.15694.

[10] M. N. Irsyada and A. A. Zafi, “Peran Pendidikan Islam dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi Anak MI/SD,” Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 13, no. 2, p. 142, 2020, doi: 10.32832/tawazun.v13i2.2950.

[11] R. Amalia, “Jurnal Komprehenshif,” Jurnal Komprehenshif, vol. 2, no. 1, pp. 1–10, 2024.

[12] S. A. Wahyuni, Y. Yantoro, and S. Hayati, “Strategi Guru dalam Menanamkan Sikap Toleransi Peserta Didik di Sekolah Inklusi,” Jurnal Fundadikdas (Fundamental Pendidikan Dasar), vol. 3, no. 2, pp. 153–161, 2020, doi: 10.12928/fundadikdas.v3i2.2562.

[13] K. A. Kamal, “Implementasi Sikap Toleransi Siswa di Sekolah Dasar,” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, vol. 8, no. 1, pp. 52–63, 2023, doi: 10.22437/gentala.v8i1.21938.

[14] A. Heriawati and Y. M. Manik, “Pendidikan dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa,” Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan, vol. 3, no. 1, pp. 167–172, 2023, doi: 10.47709/educendikia.v3i01.2382.

[15] E. Purwaningsih, “Mengembangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di Kalangan Siswa,” Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, vol. 7, no. 2, pp. 1699–1715, 2016, doi: 10.26418/jvip.v7i2.17156.

[16] M. K. Arif, “Islam Rahmatan Lil Alamin From Social and Cultural Perspective,” Al-Risalah: Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan, vol. 12, no. 2, pp. 169–186, 2021, doi: 10.34005/alrisalah.v12i2.1376.

[17] Nurhadi, et al., “Relevansi Konsep Rahmatan Lil ’Alamin,” Darajat: Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 6, no. 1, pp. 1–9, 2023.

[18] F. Susanti, Kusen, and Sumarto, “Implementasi Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) di Madrasah,” Dirasah: Jurnal Studi Ilmu dan Manajemen Pendidikan Islam, vol. 7, no. 1, pp. 193–202, 2024, doi: 10.58401/dirasah.v7i1.1095.

[19] G. E. Fauziah and Rohmawati, “Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P2RA) pada Siswa MI: Sebuah Upaya Membangun Karakter,” Ibtida’, vol. 4, no. 2, pp. 214–225, 2023.

[20] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung, Indonesia: Alfabeta, 2015.

[21] Y. Yosita, D. P. Sari, and A. Karolina, “Analisis Nilai-nilai Moderasi Beragama pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VI dan Upaya Mewujudkannya di MIN 1 Lebong,” Jurnal Literasiologi, vol. 10, no. 2, 2023, doi: 10.47783/literasiologi.v10i2.593.

[22] L. Elita, M. Maulida, and W. Wahyuni, “Penanaman Sikap Toleransi pada Peserta Didik dalam Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, vol. 1, no. 3, p. 14, 2024, doi: 10.47134/pgsd.v1i3.564.

Published

2025-09-26

Issue

Section

Islamic Education

Categories