Parenting Patterns in Building Santriwati Discipline at Muhammadiyah An-Nur
Pola Pengasuhan dalam Membentuk Disiplin Santriwati di Muhammadiyah An-Nur
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijis.v13i2.1803Keywords:
Parenting, Discipline, Islamic Boarding School, Santriwati, Qualitative StudyAbstract
Background: Islamic boarding schools play a significant role in shaping students’ character and discipline. Specific Background: Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo is a relatively new boarding school that combines formal education and Islamic values. Gap: There is limited research focusing on parenting patterns and their role in forming discipline among female students (santriwati) in this context. Aim: This study aims to describe the parenting patterns, obstacles, and positive impacts in forming santriwati discipline. Method: A qualitative descriptive approach with a case study design was used. Data were collected through observation, interviews, and supporting documents. Results: Findings reveal that discipline formation is supported by regulations, positive activities, role models (ustadz/ustadzah), and structured education. Obstacles include wrong initial intentions, lack of knowledge practice, and poor adaptation. Novelty: This research highlights contextual parenting practices in a Muhammadiyah boarding school setting. Implications: The results can guide educators and administrators in designing more effective disciplinary programs and improving student adaptation.
Highlights:
-
Parenting patterns build santriwati discipline
-
Regulations and role models are key factors
-
Discipline impacts personal and social behavior
Keyword: Parenting, Discipline, Islamic Boarding School, Santriwati, Qualitative Study
Pendahuluan
Awal kehadiran pondok pesantrenmasi bersifat sangat sederhana. Salah satu tokoh Abdurrahman Wahid menyebutkan pesantren sebagai budaya bagi para warga Indonesia [1]. Pada fungsi pondok pesantren adalah suatu lembaga agar seorang muslim memiliki dan menguasai berbagai macam ilmu agama islam (Tafaqquh fiddin) dengan hati yang ikhlas ditunjukkan pengabdiannya kepada Allah SWT. Pondok pesantren menfungsikan diri sebagai lembaga yang menciptakan para manusia bertaqwa, beriman dan beradab baik sesuai ajaran islam [2] juga kepribadian muslim memberikan nilai moral keagamaan sebagai pedoman semasa hidup serta terbentuknya karakter yang penuh kedisiplinan [3]. Kedisiplinan memiliki makna kesadaran, sadar adanya peraturan dan larangan yang diterapkan pondok pesantren [4]. Akan membuat santriwati lebih terarah dan teratur dalam pola hidup yang dimana sebelumnya kurang disiplin akan belajar lebih disiplin lagi [5]. Penerapan sikap disiplin pada setiap anak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-harinya, sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pembentukan kepribadian, karakter dan perilaku [6]. Pondok pesantren Muhammadiyah An-nur Sidoarjo adalah pondok pesantrn Muhammadiyah pertama yang didirikan di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur yang ber alamat lengkap di Desa Penatarsewu Tanggulangin, Candi, Sidoarjo.Merupakan sebagai rumah singgah bagi para pencari ilmu agama yang ingin menggabungkan antara pendidikan formal dengan nilai-nilai keislaman. Pondok pesantren tersebut berdiri pada tahun 2015 atas insiatif dari beberapa tokoh Kyai, serta menjadi satu-satunya pesantren struktural dibawah naungan persyaikatan muhammadiyah. Dibangunnya pesantren Muhammdiyah Annur Sidoarjo bertujuan sebagai para generasi dalam mencetak kepribadian yang berakhlak mulia, berilmu agama yang mendalam, beriman, mengembangkan pendidikan agama islam yang berkualitas serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian sosial. Selain pendidikan agama islam, pondok pesantren juga mengajarkan pendidikan vokasional (keterampilan hidup) dan pendidikan formal. Dalam setiap hari memiliki berbagai macam kegiatan, extrakurikuler dan peraturan untuk para santriwati. Adapun kegiatan setiap harinya, menjadikan para santriwati menjadi santri yang memiliki kepribadian disiplin serta sikap tanggung jawab dalam dunia dan akhirat [7]. Pola asuh berpengaruh terhadap kedisplinan santriwati untuk membimbing agar menjadi manusia penuh kedisiplinan dan berguna bagi manusia lainnya [8]. Dalam pendidikan pada pesantren juga terdapat sekolah SMP Muhammadiyah 9 Boarding School Tanggulangin dan baru 2 tahun ini ada cabang SMA nya. Jadi pondok pesanten adalah yang menaungmi SMP Muhammadiyah 9 Boarding School SMA An-Nur Sidoarjo. Pada sekola SMA tersebut berkolaborasi dengan SMA Muhammadiyah Sidoarjo yaitu program double learning. Baru 2 tahun ini masih ada dua angkatan, kelas 10 dan 11. Pada dasarnya pengasuhan yang diterapkan dalam pondok pesantren mempunyai metode tertentu. Dari beberapa referensi dan hasil penelitian terdahulu, dalam kegiatan pengasuhan memiliki tiga metode yaitu metode permisif, metode otoriter dan metode demokratis. Dalam praktek di pondok pesantren ketiga metode tersebut seringkali diterapkan dalam mendidik santriwati. Metode permisif lebih menerapkan kebebasan santriwati, peran pengasuh dalam metode tersebut tidak menjamin terbentuknya karakter kedisiplinan. Metode otoriter pada intinya orang tua beserta para pengasuh memiliki hak untuk menertibkan anak atau santri. Metode demokratis cenderung pada kesamaan harapan antara batin orang tua dengan anak.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, pondok pesantren Nurul Huda Banat Buaran Pekalongan menggunakan metode otoriter dan demokratis, dari peneliti Fa’izah yang dilakukan pada tahun (2022) mengemukakan tentang upaya dalam kedisiplinan santri menggunakan pendekatan Takzir di pondook pesantren. Hal tersebut dilakukan karena krisis intelektual dan krisis moralitas di Indonesia khususnya para remaja. Metode yang diterapkan ialah metode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Dari hasil penelitiannya ditemukan alasan pondok pesantren menggunakan penerapan takzir, diantaranya agar memberi arahan sebagai pengendali membentuk perilaku, pola pikir yang baik dan menumbuhkan keterampilan santri. Teknik pembinaan kedisiplinan meliputi keteladanan, hukuman dan kerjasama. Adapun hambatan yang menghalangi terbentuknya sikap disiplin kepribadian santri yang berbeda, mengabaikan adanya peraturan serta kepengurusan yang kurang bertanggung jawab. Penemuan awal, peneliti Yasmadi pada tahun (2005) menemukan beberapa santriwati yang masih melanggar kedisiplinan meliputi tidak mengikuti beberapa kegiatan keagamaan, tidur saat mengaji, keluar tanpa izin dan ghibah. Berbeda lagi dengan hasil observasi yang dilakukan oleh Ina Ambarwati pada tahun (2018) di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, yang dimana pola asuh yang diterapkan masih belum mencapai titik keberhasilan dalam membentuk karakter santri dikarenakan masih banyak santri yang selalu menciptakan masalah dalam pesantren seperti adanya kasus kehilangan, mengghosob dan pelanggaran. Ada pula santri yang dikeluarkan dari pondok pesantren karena pelanggaran terkategori berat sehingga pihak pesantren akhirnya mengeluarkan santri tersebut. Maka dalam penelitian yang di tulis Ina Ambarwati terfokus pada hal mengapa pola asuh dalam membentuk santri belum mampu menciptakan karakter yang sepenuhnya.
Pada hasil observasi pra penelitian di Pondok Pesantren Muhammadiyah An-nur Sidoarjo, upaya yang diberikan ustadzah untuk membentuk kedisplinan santriwati adalah dengan mentaati adanya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, mengikuti serangkaian kegiatan positif atau mengembangkan potensi diri dengan mengikuti program-program unggulan seperti tahfidzul qur’an, bilingual language, dakwah dan building, figur dari keteladanan ustadz atau ustadzah dan lembaga pendidikan. Oleh sebab itu peneliti sangat terkesan untuk mengkaji bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan, aoa yang menghambat dari terbentuknya kedisiplinan serta akhir pada dampak positif bagi yang memiliki sikap disiplin. Sehingga peneliti memberi judul Pola Asuh dalam Pemembentukan Kedisplinan Santriwati di Pondok Pesantren Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo.
Metode
Dalam pembuatan sebuah penelitian membutuhkan langkah-langkah untuk mendapatkan pencapaian yang diingkan disebut Metode penelitian, yang merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang memilki makna jenis teknik penelitian yang menggunakan kata-kata menjelaskan sebuah makna dari situasi sosial tertentu [9]. Sedangkan metode yang diambil dalam penelitian ini yaitu penelitian studi kasus [10]. Dta pada penelitian bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari artikel dan jurnal yang terkait dengan pokok pembahasan yang mendukung penelitian ini dan data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan ustadzah yang mengajar dengan tujuan mendapatkan informasi hasil penelitian. Peneliti bertujuan untuk memahami bagaimana para ustadzah dalam membentuk kepribadian disiplin santriwati, menghadapi adanya kendala yang menghambat kedisiplinan sekaligus uraian pada dampak positif dalam menerapkan sika kedisplinan di Pondok Pesantren Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengumpulan data waawancara, berikut hasil yang ditemui peneliti sealama pengamatan di Pondok Pesantren Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo
A. Pola Asuh Dalam Pembentukan Kedisiplinan Santriwati
Istilah pesantren merupakan suatu pendidikan yang erat kaitannya dengan ajaran islam. Dimana pada awal mula berdirinya pondok pesantren bukan hanya bertujuan untuk memperkaya pola pikir santri, melainkan juga sebagai bentuk meningkatnya moral, motivasi, bertoleransi pada nilai-nilai spiritual dan manusiawi. Mendidik sehingga memiliki sikap bermoral serta anak muda untuk hidup dengan kesederhanaan dan suci. Santriwati merupakan sebutan untuk murid dalam pondok pesantren berjenis perempuan. Santriwati mempunyai peran strategis dalam mencetak generasi perempuan yang tidak hanya memiliki kecerdasan secara spiritual akan tetapi juga tangguh secara mental dan sosial [11]. Berdasarkan temuan lakukan wawancara melalui ustadzah sekaligus guru dari para santriwati Pondok Pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo, bahwasannya penerapan pola pengasuhan di asrama putri dilakukan dengan beberapa cara. Disiplin merupakan ketaatan dalam menerapkan peraturan sebab adanya dorongan oleh kesadaran yang ada dalam hati individu [12]. Makna lain tentang disiplin adalah suatu kegiatan yang menentukan cara berperilaku disiplin yang wajib dipatuhi dengan pedoman dan pengaturan yang berbeda. Perilaku. Untuk melaksanakan kedisiplinan perlu mengkaitkan adanya sanksi yang tegas dalam menjalani hukuman. Pada baik buruknya perilaku manusia dapat di lihat dari akhlak kesehariannya. Apabila akhlak setiap individu terkesan buruk, dampak keburukan yang dapat merugikan diri sendiri. Sebaliknya, apabila akhlak yang dicerminkannya baik maka akan menciptakan dampak positif yang tidak membuat diri sendiri merugi [13]. Adapaun penerapan pola asuh untuk menumbuhkan kedisplinan pada santriwati di Pondok Pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo, yaitu peraturan, kegiatan positif, figur ustadz atau ustadzah dan pendidikan.
(a) Peraturan merupakan sebuah patokan yang dibuat oleh seseorang maupun kelompok untuk memberikan batasan tingkah laku seseorang dalam suatu lingkup organisasi dengan konsekuensi apabila dilanggar maka akan dikenakan sanksi [14]. Peraturan yang dibuat oleh Pondok Pesantren untuk membatasi kegiatan santriwati di luar proses pembelajaran sudah di tetapkan oleh pondok. Bentuk disiplin yang dihadirkan oleh pihak Pondook Pesantren Muhhamdiyah An Nur Sidoarjo salah satunya dengan menggunakan peraturan. Praturan beserta konsekuensi yang logis, termasuk kedisplinan tentang adab berpakaian pada santri putri. Peraturan dalam berpakaian santriwati tidak ketat,tidak transparan, panjang kerudung 150cm di sesuaikan dengan tinggi badan anak, warna netral tidak mencolok dan tidak pula berkarakter atau bergambar. Apabila ada santriwati yang membawa tidak sesuai ketentuan maka akan di sita dan di kembalikan ketika pada saat berpulangan. Hal tersebut sudah di ketahui dan diterima oleh para santriwati. Adanya peraturan tersebut diharapkan agar para santri memiliki jiwa yang bertanggung jawab, disiplin dan selalu mentaati peraturan dalam suatu lingkungan. Larangan yang dibuat untuk memberikan batasan kepada santriwati agar tidak keluar dari norma agama.
(b) Adapun kegiatan positif yang dilakukan di lingkungan pondok pesantren meliputi kegiatan sholat, mengaji dan kegiatan lainnya yang terkaitan dengan islami. Sholat merupakankewajiban seorang muslim dengan adanya pijakan dalil yang tidak dapat terbantahkan, sholat bukan hanya sebuah gerakan fisik yang dilakukan seorang muslim ,akan tetapi juga saat bersamaan diikuti dengan penyatuan hati dengan dzat yang disembah [15]. Dalam kegiatan sholat di Pondok Pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo sudah menjadi rutinitas bagi para santriwati, yang dimana menjalankan ibadah fardhu dan sunnah, seperti : sholat 5 waktu berjama’ah, qobliyah-ba’diyah, tahajjud, sholat witir, puasa senin kamis, tilawah pagi siang sore bahkan kegiatan bersih-bersih juga tak lupa dilakukannya sebagai bentuk ibadah.Dari kegiatan positif tersebut dapat mendekatkan jiwa manusia kepada sang Pencipta [16].
(c) Figur Ustadz atau ustadzah seorang guru yang memiliki keahlian dalam mendidik, mengarahkan dan mengevaluasi para santrinya. Dan termasuk sosok yang membentuk dan membimbing ilmu agama islam [17]. Pola asuh yang dilaksanakan di pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo menggunakan figur dari ustadz atau ustadzah sebagai keteladanan yang patut menjadi panutan dari para santri. Seperti halnya cara beretika, adab berpakaian, tutur bahasa, serta kedispilinan terhadap waktu [18]. Figur keteladanan juga berpusat pada junjungan Nabi besar yakni Rasulullah SAW kemudian tokoh Ahmad Dahlan sesuai dengan syariat islam dan sesuai dengan muhammadiyah. Dalam mencapai tujuan mendisplinkan santriwati antara lain keteladanan pengasuhnya melalui nasehat, mendidik dan peraturan yang logis, membuat beberapa kegiatan, kegiatan sholat berjama’ah, belajar bersama dengan waktu yang di tentukan. Pusat kegiatan para santri tertuju lokasi di masjid yang menjadi jantung pesantren untuk meningkatkan pembinaan kedisiplinan santri. Misalnya melalui kegiatan shalat berjama’ah, ceramah pada hari tertentu, mendisiplinkan santri menghafalkan Al-Qur’an maupun hadist nabi [19]. Para kyai atau ustadz yang memainkan peran dalam melakukan pengajaran tentang ajaran agama islam juga dijadikan sebagai figur yang wajib untuk di teladani. Hal tersebut dapat menanamkan niali kedisplinan, kejujuran dan kesopanan [20]. (d) Pendidikan merupakan segala sesuuatu dalam bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dari segala lingkungan dan situasi yang mampu memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan individu [21]. Pada bidang pendidikan, pesantren lebih dikenal sebagai sebuah lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat suatu proses pembelajaran ilmu agama islam juga sebagai bentuk lembaga penyebaran agama islam [22]. Pendidikan yang terdapat di pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo terbagi kedalam pendidikan formal dan non formal. Pembelajaran formal mengajarkan tentang hadis, adab- adab, serta bahasa khususnya bahasa arab. Untuk kegiatan non pendidikan yang di terapkan di pesantren terdapat kegiatan gotong royong yang memiliki nilai manfaat.Pondok pesantren tidak hanya memberikan pembelajaran cabang keilmuan yang terdapat dalam ajaran islam, akan tetapi juga memberikan pembelajaran tentang kehidupan dimasa yang akan datang [23]. Berikut kegiatan para santriwati pada kehidupan sehari-harinya dalam pembentukan kepribadian disiplin.
Pukul | Kegiatan |
---|---|
03.30-04.30 | Bangun pagi, sholat subuh, sholat tahajjud berjama’ah ( Tahajjud hanya di lakukan pada hari rabu dan jum’at) |
04.30-05.30 | Halaqoh tahfidz dan tahsin (kecuali hari sabtu dan ahad) |
05.30-06.00 | Piket asrama dan kamar |
06.00-06.45 | Bersih diri dan makan |
06.45 | Berangkat sekolah |
07.00-09.20 | Pembelajaran |
09.20- 10.00 | Istirahat |
10.00-11.50 | Persiapan sholat dhuha |
11.50-12.45 | Persiapan sholat dhuhur dan tilawah |
12.45-14.30 | Makan, istirahat |
14.30-15.30 | Persiapan sholat ashar, tilawah |
15.30-16.30 | Piket sore, bersih diri, persiapan halaqoh tahfidz dan tahsin |
16.30-17.45 | Persiapan sholat maghrib, pidato |
17.45-18.45 | Makan |
18.45-19.15 | Persiapan sholat isya’ |
19.30-20.15 | Belajar bersama |
21.00-22.00 | Belajar individual |
22.00 | Tidur |
B. Kendala Dalam Pembentukan Kedisiplinan Santriwati di Pondok Pesantren
Muhammadiyah An Nur Sidoarjo
Kendala yang dialami merupakan sebuah problematika yang dijumpai di Pondok Pesantren dalam membentuk kedisiplinan pada santriwati.Adanya kendala ini dapat berpengaruh terhadap pola asuh yang diberikan oleh pihak Pondok Pesantren. Dari suatu penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti menemukan beberapa macam hambatan dalam menumbuhkan sikap disiplin, yaitu niat, pengamalan ilmu dan adaptasi santri. (a) Niat adalah suatu hal yang utama terdapat dalam suatu tindakan, karena apa yang akan dilakukan terdapat niat yang sudah ditanamkan sesuai dengan rencana yang telah disusun [24]. Niat sanriwati untuk masuk kedalam pondok pesantren menjadi hal utama seperti halnya memiliki tujuan untuk mengaji dan memperbaiki diri maka pembentukan kedisplinan yang dilakukan oleh pihak pesantren menjadi mudah dan sebaliknya.Apabila niat awal masuk ke pesantren hanya untuk menghindari dari orang tua atau mengikuti teman yang rencana mondok menjadi kendala apabila anak tersebut bukanlah anak yang memiliki karakter yang baik. (b) Pengamalan Ilmu yang dipelajari oleh santriwati di pesantren seharusnya untuk diamalkan dengan baik, namun terkadang dalam prakteknya masih terdapat santriwati yang tidak dapat mengamalkan hal tersebut sehingga melanggar peraturan yang telah dibuat untuk meningkatkan kedisiplinan pada dirinya.Peraturan yang dibuat oleh pesantren bersifat ramah anak, yang dimana peraturan tersebut di ciptakan melalui kesepkatan bersama seluruh ustadz ustadzah dan seluruh anggota IPM. Di balik adanya peraturan juga disertai konsekuensi yang logis sesuai bobot pelanggaran. (c) Adaptasi Santri kendala berikutnya yang menjadi tantangan oleh pondok pesantren yaitu santriwati belum mempunyai tingkat adaptasi yang baik, khususnya santri baru.Dapat dikatakan bahwa santriwati akan kesulitan dengan pola asuh yang diterapkan di Pondok Pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo. Dikarenakan santriwati baru, akan menghadapi segala kehidupan yang berbeda dengan kehidupan sebelum di pondok. Misalnya santriwati harus memenuhi kehidupan seharinya dengan sendiri tanpa ada ikut campur tangan orang tua. Sehingga masih terdapat santri yang terlambat bangun apabila terdapat kegiatan.
C. Dampak Kedisplinan Santriwati di Pondok Pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo
Dampak dari adanya kedisiplinan santriwati yaitu akhlak yang dicerminkan. Berikut ini merupakan dampak kedisplinan santriwati terhadap suatu akhlak, yaitu dampak disiplin terhadap Allah SWT, orang tua, guru, teman sejawat dan lingkungan. (a) Dampak Disiplin Terhadap Allah SWT. Penerapan disiplin dengan baik dan benar membawa dampak terhadap akhlak dengan sang pencipta, disiplin mengajarkan seseorang untuk selalu mendahulukan Rabb-Nya daripada pekerjaannya, menerapkan kedisplinan pada kehidupan sehari-hari tentunya akan berdampak terhadap ibadahnya salah satunya tepat waktu dalam melaksankan shalat lima waktu. Dengan beribadah mengimplikasikan santri. Penerapan disiplin dengan baik dan benar membawa dampak terhadap akhlak dengan sang pencipta, disiplin mengajarkan santriwati untuk selalu mendahulukan rabbinya daripada pekerjaannya, menerapkan kedisiplinan pada kehidupan sehari-hari tentunya akan berdampak terhadap ibadahnya salah satunya tepat waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu, menumbuhkan jiwa rohani yang bisa bertaqarrub kepada Tuhan Yang Maha Esa. taat dan patuh, hal tersebut sama halnya dengan istilah kata disiplin [25]. (b) Dampak Disiplin Terhadap Orang Tua Islam mengajarkan bahwa sebagai anak harus patuh kepada orang tua, santriwati yang mampu menerapkan karakter disiplin yang baik maka tentunya mempunyai akhlak yang baik dengan orang tuanya. Disiplin mengajarkan untuk selalu menghargai, menghormati orang tua. (c) Dampak Disiplin Terahadap Guru karakter disiplin membawa dampak yang baik terhadap akhlak santriwati salah satunya akhlak terhadap guru, bagi yang mempunyai disiplin yang tinggi maka mampu menghormati dan menghargai gurunya, mampu menjaga lisan dalam berbicara. Karena dalam islam adab itu lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Karakter disiplin memberikan dampak bagi santriwati menjadi lebih sopan dan santun dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab terutama kepada dewan guru. (d) Dampak Disiplin Terhadap Teman Sejawat mengajarkan santri yang mempunya hubungan dengan sesama teman harus bisa saling membantu teman, menghargai sesama, berbicara dengan baik, bekerjasama dengan teman. (e) Dampak Disiplin Terhadap Lingkungan wajib untuk dilakukan oleh santriwati karna akan menjaga lingkungannya dengan baik, membuang sampah pada tempatnya termasuk hal yang mencerminkan sikap disiplin dengan akhlak, bentuk menjaga kebersihan.
Simpulan
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pola Asuh Dalam Pembentukan Kedisplinan Santriwati dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Beberapa penerapan pola asuh dalam menumbuhkan kedisiplinan pada santriwati yaitu :
- Peraturan
- Kegiatan-kegiatan Positif
- Figur ustadz atau ustadzah
- Pendidikan
2. Kendala Dalam Pembentukan Kedisiplinan Santriwati meliputi :
a) Niat yang salah
b) Pengamalan Ilmu yang salah
c) Adaptasi Santri yang buruk
3. Dampak positif dari sikap Kedisplinan Santriwati di Pondok Pesantren Muhammadiyah An Nur Sidoarjo meliputi :
a) Dampak Disiplin Terhadap Allah SWT
b) Dampak Disiplin Terhadap Orang Tua
c) Dampak Disiplin Terhadap Guru
d) Dampak Disiplin Terhadap Teman Sejawat
e) Dampak Disiplin Terhadap Lingkungan
Ucapan Terima Kasih
Dalam artikel ini saya selaku peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Telah memberi suatu kelancaran dan kesehatan wal’afiat dalam menyelesaikan karya ilmiah dengan baik. Yang kedua terima kasih banyak kepada ayah ibu yang sudah membesarkan, mendidik dan dukungan hingga mencapai titik kesuksesan mencapai gelar sarjana, dan doa yang terbaik buat kalian semoga kesehatan selalu menyertai. Yang ketiga saya sampaikan terima kasih banyak kepada suami tercinta yang telah mendampingi dan mensupport dari berbagai macam ujian. Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada pengasuh sekaligus guru Pondok Pesantren Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo yang sudah membantu dan ikut serta mendukung penelitian saya, sehingga penelitian ini terselesaikan.
References
[1] I. Syafi’i, “Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter,” Al-Tazkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, vol. 8, no. 1, pp. 63–70, 2017.
[2] M. Z. Abidin and W. Wasito, “Transinternalisasi Pendidikan Pondok Lirboyo Terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Sekitar,” Indonesia Journal of Islamic Education Studies (IJIES), vol. 2, no. 1, 2019, doi: 10.33367/ijies.v2i1.893.
[3] Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung, Indonesia: Mizan, 1991.
[4] M. Farikhah, “Penerapan Metode Ta’zir Dalam Meningkatkan Kedisplinan,” Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto, 2018.
[5] I. Ambarwati, “Pola Asuh dan Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren,” Journal of Islamic Guidance and Counseling, vol. 2, no. 1, pp. 22–44, 2018.
[6] V. Veryawan, A. Tursina, and R. H. Hasibuan, “Pemahaman Orang Tua terhadap Kesiapan Anak dalam Memasuki Sekolah,” Connection: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 1, no. 2, pp. 51–57, 2021, doi: 10.32505/connection.v1i2.3258.
[7] M. Anwar, Sejarah Pondok Pesantren Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo. Situs Resmi Pondok Pesantren Muhammadiyah An-Nur Sidoarjo.
[8] M. Zaki, “Pendidikan Pesantren dan Peradaban Islam di Indonesia,” Jurnal El-Banat Pemikiran dan Pendidikan Islam, vol. 2, no. 1, pp. 1–10, 2012.
[9] M. Waruwu, “Pendekatan Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Kombinasi,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 7, no. 1, pp. 2896–2910, 2023.
[10] D. Assyakurrohim, D. Ikhram, R. A. Sirodj, and M. W. Afgani, “Metode Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif,” Jurnal Pendidikan Sains dan Komputer, vol. 3, no. 1, pp. 1–9, 2023.
[11] I. Ambarwati, “Pola Asuh dan Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren,” JIGC: Journal of Islamic Guidance and Counseling, vol. 2, no. 1, pp. 22–44, 2018.
[12] D. C. Wabula, N. W. Tyas, and A. M. Surur, “Peran Pengurus Pondok Pesantren dalam Menanamkan Kedisiplinan Santri,” Jurnal Al-Makrifat, vol. 3, no. 2, pp. 12–30, 2018.
[13] I. D. Herawansyah and A. P. Astutik, “Analysis of Student Discipline Program Development at Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo Vocational High School,” Journal of Islamic and Muhammadiyah Studies, vol. 2, 2022, doi: 10.21070/jims.v2i0.1555.
[14] W. Nopiardo, “Perkembangan Peraturan Tentang Zakat,” Jurnal Ilmiah Syari’ah, vol. 18, no. 1, pp. 65–76, 2019.
[15] S. Maryam, “Shalat dalam Perspektif Imam Al-Ghazali (Kajian Sufistik),” Jurnal Al-Fikrah, vol. 1, no. 2, pp. 106–113, 2018.
[16] I. Sinthia, D. Nurulhaq, A. A. Rahman, and I. Masripah, “Pola Asuh Pondok Pesantren terhadap Kedisiplinan Santri pada Shalat Berjamaah,” Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal, vol. 5, no. 2, pp. 163–174, 2020.
[17] M. Indramawan, M. Bachtiar, F. A. Lazzaavietamsi, W. Wahyuddin, and Wasehudin, “Konstruksi Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Berbasis Kearifan Lokal di Banten,” Jurnal Ilmiah Edukatif, vol. 10, no. 2, pp. 122–135, 2024.
[18] I. Rahmawati, “Qudwah Hasanah Ustadz/Ustadzah dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Roudlotussholihin Desa Penantian Kec. Banding Agung,” Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2024.
[19] A. Yumnia, “Keteladanan Nilai Pendidikan Islam yang Teraplikasikan,” Jurnal Nizhamiyah, vol. 9, no. 1, pp. 1–9, 2019.
[20] A. Mardiansyah and D. A. Romadlon, “Pembinaan Kedisiplinan Santri Secara Humanistik di Pondok Pesantren An-Nur Sidoarjo,” Jurnal PAI Raden Fatah, vol. 6, no. 3, pp. 820–830, 2024, doi: 10.19109/pairfy.v6i3.
[21] F. F. Aziz, “Peran Pondok Pesantren dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Karang Sempu,” Jurnal Inovasi Global, vol. 3, no. 11, pp. 1715–1724, 2024.
[22] G. Krisdiyanto, Muflikha, E. E. Sahara, and C. Mahfud, “Sistem Pendidikan Pesantren dan Tantangan Modernitas,” Jurnal Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 15, no. 1, pp. 11–21, 2019.
[23] D. Pristiwanti, B. Badariah, S. Hidayat, and R. S. Dewi, “Pengertian Pendidikan,” Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol. 4, no. 6, pp. 7911–7915, 2022.
[24] L. N. Romdoni and E. Malihah, “Membangun Pendidikan Karakter Santri Melalui Panca Jiwa Pondok Pesantren,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, vol. 5, no. 2, pp. 13–22, 2020.
[25] I. Ambarwati, “Pola Asuh dan Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren,” Journal of Islamic Guidance and Counseling, vol. 2, 2018.
Downloads
Published
Issue
Section
Categories
License
Copyright (c) 2025 Miftakhhul Jannah, Dzulfikar Akbar Romadlon

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.