Religious Character Formation Through Habituation of Worship Activities

Pembentukan Karakter Religi Melalui Pembiasaan Kegiatan Ibadah

Authors

  • Milla Rahmawaty Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
  • Supriyadi Supriyadi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijis.v13i1.1797

Keywords:

Religious Character, Elementary School, Habituation, Dhuha Prayer, Infaq

Abstract

Background: Religious character education in elementary school is crucial to counter negative influences from the rapid flow of information in today’s digital era. Specific Background: SDN Lemahputro 1 Sidoarjo shows low levels of students’ religious character internalization, prompting the need for effective strategies. Gap: Few studies explore how daily habituation of religious activities in elementary schools fosters consistent character formation. Aim: This research aims to describe how religious character values are internalized through habituation of worship activities. Method: A qualitative case study was conducted using interviews, observations, and documentation with teachers, principals, and parents. Results: The findings reveal that religious character formation is supported through regular dhuha prayer, istighosah, infaq practice, and reading short Qur’anic surahs. These activities cultivate discipline, cooperation, and spiritual awareness among students. Novelty: This study highlights a structured model of religious habituation that integrates school, teacher, and parental involvement. Implications: The results provide a reference for schools to design consistent religious habituation programs to strengthen students’ moral and spiritual development.

Highlights : 

  • Daily worship routines strengthen students’ religious character

  • Collaboration between teachers and parents enhances habituation

  • Religious habituation fosters discipline and social care

Keyword
Religious Character, Elementary School, Habituation, Dhuha Prayer, Infaq

Pendahuluan

Kemajuan teknologi informasi membuat arus informasi menjadi jauh lebih cepat dan juga membawa perubahan yang cepat terhadap waktu. Arus informasi yang meliputi informasi baik dan buruk mudah tersampaikan kepada anak sekolah dasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya preventif untuk mencegah beredarnya informasi yang dapat berdampak buruk bagi siswa sekolah dasar. Upaya yang dapat dilakukan antara lain mengoptimalkan potensi sinergi pendidikan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam rangka penguatan pendidikan karakter keagamaan. Karakter religius menjadi kunci keberhasilan pendidikan karakter di sekolah karena nilai-nilai agama sangat memudahkan keberhasilan pendidikan karakter. Agama sebagai keimanan mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap jiwa orang yang beriman, karakter keagamaan muncul dalam pikiran sebagai seperangkat nilai-nilai, selanjutnya tinggal pendidik yang membimbing nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama. Dalam proses inilah terbentuk karakter religius peserta didik.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter di sekolah dasar. Ini tidak berarti bahwa jenjang pendidikan lain tidak diperhitungkan, tetapi secara parsial berbeda (Mendiknas, 2010)

Sistem pendidikan nasional dengan jelas disebutkan bahwa peranan pendidikan nasional adalah mengembangkan keterampilan dan membentuk budi pekerti yang baik serta peradaban guna mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga terpenting yang menunjang terwujudnya fungsi pendidikan. Sekolah dapat mengembangkan kemampuan dan potensi siswa serta membentuk karakter. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan akhlak peserta didiknya agar tumbuh menjadi manusia cerdas yang berakhlak baik.

Sekolah berfungsi sebagai suatu entitas untuk memperoleh pendidikan yang kedua setelah keluarga. Di sekolah, pendidikan dapat dilaksanakan secara teratur dan efektif. Melalui hal ini, siswa berkesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dari teman sebaya, guru, atau lingkungan. Ketika siswa berada di sekolah, mereka akan lebih fokus pada pembelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu, guru diharapkan dapat membentuk karakter siswa dengan baik, dan ini sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yang bahkan berdampak signifikan bagi anak-anak yang belum memasuki masa remaja. Sekolah dapat berperan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab besar dalam pembentukan siswanya. Selanjutnya, guru dapat menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua siswa mengenai pelaksanaan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menanamkan berbagai kebiasaan, yang mendukung individu untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Nilai itu sendiri merupakan prinsip universal komunitas yang menggunakan metrik atau standar untuk melakukan penilaian dan pemilihan tindakan yang dianggap baik atau buruk, 18 nilai karakter yang ditanamkan melalui pendidikan karakter mencakup agama, toleransi, kejujuran, disiplin, kerja keras, kreativitas, kemerdekaan, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, ramah atau suka bergaul, cinta damai, cinta membaca, perlindungan lingkungan, kepedulian sosial, dan tanggung jawab. Di antara nilai-nilai karakter ini, setiap sekolah dapat menentukan nilai mana yang akan diutamakan untuk berkembang sesuai dengan karakteristik kebutuhan siswa dan lingkungan sekitarnya. (Kemendiknas:2011).[1]

Internalisasi nilai-nilai karakter religius adalah proses penanaman nilai-nilai keagamaan dalam diri seseorang sehingga menjadi bagian dari kepribadian dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini bertujuan untuk membentuk individu yang berakhlak mulia, memiliki integritas moral, dan menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Tujuan Internalisasi Nilai Religius, Membentuk individu yang memiliki moral dan etika yang baik, Mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, Mewujudkan masyarakat yang harmonis berdasarkan prinsip-prinsip keagamaan. Proses internalisasi ini memerlukan komitmen dari berbagai pihak, baik individu itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan sekitar.[2]

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya, internalisasi nilai karakter religius dibedakan menjadi 2 yaitu pengembangan kurikulum akademik dan non-akademik[3]. Internalisasi nilai-nilai karakter religius melalui pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Inpres Lili yang berbasis pada dimensi religiusitas Glock dan Stark, yaitu: keyakinan/keimanan (religious belief), praktik agama (religious practice), penghayatan (religious feeling), pengetahuan (religious knowledge), pengamalan (religious effect)[4]. Internalisasi nilai-nilai karakter religius melalui pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah menunjukkan siswa berkarakter ikhlas, jujur, disiplin,dan tanggungjawab dalam melaksanakan ibadah serta berkarakter syukur, sabar, ikhlas, peduli pada sesama, dan saling memaafkan[5].

Siswa memiliki karakter religius karena pembiasaan di sekolah seperti melaksanakan shalat berjamaah duha dan shalat dzuhur yang wajib, membiasakan siswa menjadi imam salat dan menjadi muazin bagi siswa laki-laki[6]. Strategi guru dalam internalisasi nilai-nilai karakter religius dan integritas siswa menggunakan strategi keteladanan, pembiasaan, penegakan aturan dan motivasi[7]. Peran penting penanaman nilai-nilai agama Islam dalam pembentukan karakter dan etika siswa di tingkat sekolah dasar[8]. Penelitian lain menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter religius menjadi basis dalam pembinaan karakter disiplin siswa [9]. Penerapan karakter ini terjadi di lingkungan kelas, lingkungan sekolah, dan di luar lingkungan sekolah[10]. Internalisasi karakter religius di Suarna Kabupaten Serang Provinsi Banten menggunakan budaya sekolah dan visi misi sekolah sebagai platform[11]. Proses internalisasi karakter religus peserta didik di SMA Negeri 1 Gondang melibatkan empat bentuk kegiatan keagamaan, yaitu harian, mingguan, bulanan, dan tahunan[12].

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan di SDN Lemahputro 1 Sidoarjo menyatakan bahwa masalah yang terdapat di sekolah tersebut yaitu internalisasi nilai karakter religius siswa sangatlah rendah dikarenakan banyak siswa siswi yang kurang minat dalam pembelajaran agama ataupun pembelajaran yang lain. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan fokus tentang internalisasi nilai-nilai karakter religius siswa sekolah dasar melalui pembiasaan kegiatan keagamaan.

Berdasarkan fenomena di atas, rumusan masalah ini adalah bagaimana strategi guru dalam melakukan internalisasi nilai karakter religius melalui pembiasaan kegiatan keagamaan di SDN Lemahputro 1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembiasaan keagamaan sebagai upaya internalisasi nilai-nilai karakter religius siswa SDN Lemahputro 1. Adapun manfaat penelitian ini sebagai alternatif membentuk karakter religius siswa berbasis aktivitas keagamaan.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang berfokus pada pengumpulan data dan analisis data. Pendekatan ini digunakan untuk memahami fenomena sosial, budaya, dan psikologis. Pilihan studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis secara mendalam kasus atau peristiwa pembiasaan keagamaan dalam meningkatkan nilai karakter religius.

Subjek penelitian ini adalah seluruh guru kelas dan kepala sekolah yang berjumlah 13 orang. Kasus ini terjadi di SDN Lemahputro 1. Informan dari penelitian adalah wali murid yang ada di lingkungan SDN Lemahputro 1. Pengumpulan penelitian ini mengacu pada instrumen penelitian tentang internalisasi nilai-nilai religius siswa.

Kisi-kisi Internalisasi nilai-nilai religious siswa dalam penelitian ini ada dua yaitu yang pertama aspek pembiasaan kegiatan keagamaan, dalam pembiasaan keagamaan ini terdapat beberapa indicator yaitu a. pembiasaan sholat dhuha, b. pembiasaan membaca istighosah bersama, c. pembiasaan infaq, d. pembiasaan membaca surat-surat pendek. Kemudian kisi-kisi yang kedua yaitu aspek karakter religious, dalam aspek ini terdappat beberappa indicator yang meliputi a. Melakukan ibadah, b. Menjaga hubungan dengan Tuhan, c. Menjaga hubungan dengan sesama, d. Menjaga diri sendiri.

Nilai karakter religius merupakan aspek penting dalam pendidikan karakter, yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu terhadap ajaran agama yang dianutnya. Berikut adalah penjelasan mengenai landasan teori nilai karakter religius. Nilai religius mencerminkan keberimanan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Ini termasuk melaksanakan ajaran agama, menghargai perbedaan, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Agama tidak hanya sebatas ritual, tetapi juga mencakup keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji demi memperoleh ridha Allah. Pembentukan karakter religius dapat dilakukan melalui proses pembiasaan (habituasi) yang dilakukan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini mencakup pengembangan perilaku jujur, toleransi, dan sikap menolong.

Teori pendekatan pembiasaan merupakan suatu metode pendidikan yang berfokus pada pembentukan kebiasaan melalui pengulangan dan konsistensi dalam tindakan. Pendekatan ini sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Pembiasaan dapat didefinisikan sebagai proses yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menjadikan suatu tindakan atau sikap menjadi kebiasaan. Pembiasaan melibatkan aspek perkembangan moral, nilai-nilai agama, akhlak, serta pengembangan sosio-emosional dan kemandirian. Teori pembiasaan banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip psikologi behaviorisme, yang menyatakan bahwa kebiasaan terbentuk melalui pengkondisian. Pavlov menekankan bahwa reaksi yang diinginkan dapat muncul dari stimulus yang diberikan secara berulang. Thorndike juga menyoroti pentingnya latihan berulang untuk mencapai hasil yang baik[13].

Selanjutnya metode pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Metode wawancara digunakan untuk mewawancarai subjek penelitian tentang Internalisasi nilai-nilai karakter religius siswa di sekolah tersebut. Observasi untuk mengamati proses internalisasi nilai-nilai karakter religius siswa di sekolah. Dokumentasi untuk memperoleh data di antaranya berupa dokumen kurikulum, RPS, dan foto. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis interaktif model Miles dan Huberman dengan menggunakan empat langkah, yaitu pengumpulan data, kondensasi, penyajian data, dan kesimpulan[14]. Model analisis interaktif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Figure 1. Analisis Interaktif Model Miles dan Huberman

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi dalam penelitian kualitatif merupakan metode yang dipakai untuk meningkatkan kredibilitas dan validitas data dengan cara memeriksa informasi dari berbagai sumber, teknik, dan waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi yang biasa digunakan: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber yang berkaitan untuk menguji konsistensi dan keakuratan informasi. Sebagai contoh, seorang peneliti dapat melakukan wawancara dengan beberapa informan yang memiliki pandangan berbeda mengenai fenomena yang sama. Dengan membandingkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menilai kehandalan data yang diperoleh.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan struktur pembahasan, bab III ini menyajikan hasil penelitian tentang Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar dengan objek penelitian siswa kelas I sampai VI SDN Lemahputro 1 Sidoarjo. Terdapat 4 indikator pada karakter religius siswa yaitu:

Pembiasaan Sholat Dhuha Berjamaah

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti ketika melakukan observasi bahwa karakter religius yang dimiliki siswa tumbuh karena adanya keterlibatan guru dan peran orang tua. Perilaku siswa yang dapat mencerimakan karakter religius yang baik dapat terlihat ketika siswa tertib saat melakukan sholat dhuha berjamaah. Pembiasaan sholat dhuha dilakukan untuk meningkatkan karakter religius pada diri siswa. Dikuatkan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru yang menyatakan “Sholat dhuha ini dilakukan agar meningkatkan keimanan serta ketaqwaan anak-anak supaya anak-anak nantinya terbiasa melakukan ini di rumah”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat di pahami bahwa pembiasaan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang memiliki kesadaran spiritual yang tinggi. Selain itu dapat membantu guru dalam mendisiplinkan siswa dalam beribadah.

Pembiasaan Membaca Istighosah

Pembiasaan membaca istighosah ini dilakukan oleh guru dan seluruh siswa di lingkungan SDN Lemah putro 1 yang dilakukan pada hari jum’at setiap awal bulan. Pembiasaan ini dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus siswa dalam belajar dan meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya memohon ampun dan meminta perlindungan kepada Allah SWT. Dikuatkan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu guru yang menyatakan “Istighosah ini dilakukan agar para siswa lebih dekat kepada Allah dan juga meningkatkan kemampuan membaca dan memahami istighosah serta meningkatkan siswa untuk melakukan pentingnya beribadah bersama”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa pembiasaan membaca istighosah ini dilakukan untuk melatih kemampuan siswa untuk melakukan pentingnya ibadah bersama agar saling dekat satu sama lain antara guru dan siswa.

Pembiasaan Infaq

Pembiasaan infaq dilakukan untuk meningkatkan siswa akan pentingnya beramal dan membantu sesama, karena dengan adanya infaq ini dapat digunakan untuk membantu teman yang kesusahan dan menjenguk teman yang sakit. Dikuatkan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu guru yang menyatakan “Infaq ini dilakukan secara sukarela jadi anak-anak bebas ingin menyisihkan berapa uangnya, uang infaq ini nantinya dipergunakan untuk menolong teman-teman yang kesusahan atau yang terkena musibah. Jadi ketika ada seperti itu anak-anak tidak perlu iuaran lagi karena sudah ada uang infaq

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan utama dari pembiasaan infaq dilingkungan SDN Lemah Putro 1 ini untuk mengerjakan anak agar selalu saling membantu bersama dengan pembiasaan yang sudah dilakukan di sekolah.

Pembiasaan Membaca Surat-Surat Pendek

Pembiasaan membaca surat pendek ini dilakukan setiap hari sebelum memulai pembelajaran. Surat pendek yang dibaca adalah surat al ikhlas, an-nas, al-falaq, al-lahab, dan an-nasr. Dikuatkan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru yang menyatakan “Membaca surat pendek ini dilakukan agar anak-anak terbiasa meskipun banyak yang belum lancar membacanya tapi kami tetap melakukan kegiatan itu agar karakter religius siswa semakin terbentuk

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa pembiasaan ini dilakukan agar karakter religius pada siswa terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan disekolah. Kegiatan tersebut mendapat feedback yang baik bagi siswa. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa pembiasaan kegiatan keagamaan yang ada saat ini diharapkan dapat membentuk karakter yang baik bagi siswa dilingkungan sekolah maupun masyarakat.

Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku sehingga menjadi ciri khas setiap individu untuk melangsungkan hidup dan bekerja sama dilingkungan masyarakat. Dikemukakan oleh Simon Philips dalam Masnur bahwa karakter yaitu kumpulan tata nilai yang menuju kepada sistem yang mendasari suatu pemikiran, sikap, dan perilaku yang akan ditampilkan[15].

Pendidikan karakter merupakan sutu aturan penanaman nilai karakter kepada individu sekolah yang menambahkan dan kesiapan kegiatan untuk melaksanakan sifat-sifat terbaik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan lingkungan. Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijaksana dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan hal yang positif kepada masyarakat. Menurut Thomas Lickona mengatakan bahwa pendidikan untuk membentuk sebuah karakter seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya akan terlihat dalam sebuah tindakan nyata seseorang seperti tingkah laku yang jujur, baik, kerja keras, menghormati antar sesama, dan bertanggung jawab [16].

Religius adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan manusia dalam memahami dan menjalankan ajaran agama yang telah dianutnya. Religius sebagai salah satu nilai dalam pendidikan karakter yang telah disampaikan oleh Kemendiknas sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang di percayai, toleransi kepada agama lain, dan hidup rukun kepada pemeluk agama lain[17].

B. Pembahasan

Adapun di sekolah tersebut yaitu pembiasaan sholat Dhuha berjamaah yang mana aktivitas melaksanakan sholat sunnah Dhuha secara kolektif dan berulang, sehingga menjadi kebiasaan. Umumnya, aktivitas ini dilakukan di sekolah-sekolah atau madrasah sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai agama dan membentuk karakter siswa. Pelaksanaan pembiasaan shalat Dhuha berjamaah : Waktu Pelaksanaan Sholat Dhuha biasanya dilakukan pada pagi hari, dimulai setelah matahari terbit hingga menjelang waktu dzuhur. Di SDN Lemah putro 1, pelaksanaan shalat Dhuha berlangsung antara pukul 06. 45 hingga 07. 30 sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Tempat pelaksanaan Shalat Dhuha berjamaah umumnya diadakan di masjid atau lapangan sekolah, di mana siswa dan guru berkumpul untuk melaksanakan sholat secara bersama. Proses pelaksanaan shalat Dhuha diawali dengan imam yang umumnya adalah seorang guru. Setelah sholat, kegiatan dilanjutkan dengan dzikir dan doa bersama, kultum (ceramah singkat) dari perwakilan siswa, serta pesan-pesan dari kepala sekolah atau guru. Beberapa sekolah juga memasukkan kegiatan Baca Tulis Al-Qur'an (BTAQ). Jumlah Rakaat Jumlah rakaat sholat Dhuha bervariasi, dengan minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat, dengan salam setelah setiap dua rakaat[18].

Ada beberapa manfaat pembiasaan shalat Dhuha berjamaah antara lain : Penguatan Pendidikan Karakter Pembiasaan sholat Dhuha berjamaah adalah salah satu cara untuk memperkuat pendidikan karakter siswa. Melalui aktivitas ini, siswa diajarkan tentang nilai-nilai agama, kedisiplinan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Menumbuhkan kebersamaan shalat Dhuha yang dilakukan secara berjamaah dapat menumbuhkan rasa kebersamaan di antara siswa. Siswa diajarkan untuk tidak bersikap individual dan melakukan segala sesuatu secara bersama. Membangun kedisiplinan melaksanakan sholat Dhuha secara teratur berperan dalam membangun disiplin ibadah. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Pembiasaan sholat Dhuha bertujuan untuk memperkuat keimanan dan mengajarkan mengenai keutamaan sholat sunnah. Manfaat Spiritual dan Mental shalat Dhuha memberikan ketenangan pikiran, perasaan positif, serta membantu membersihkan dosa-dosa kecil[19].

Adapun Pembiasaan pembacaan istighosah di SDN Lemah putro 1 kegiatan rutin ini yang dilakukan di berbagai institusi pendidikan Islam, seperti pondok pesantren dan sekolah, dengan tujuan meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan karakter religius siswa.Tujuan dan Manfaat Pembiasaan Istighosah: Meningkatkan Kecerdasan Spiritual: Pembiasaan istighosah bertujuan untuk membentuk kecerdasan spiritual santri, dengan merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sarana permohonan pertolongan: Istighosah menjadi upaya pendekatan diri kepada Allah untuk memohon pertolongan. Pembentukan karakter religius: Melalui pembiasaan istighosah, siswa dilatih untuk memiliki karakter religius yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti disiplin dalam beribadah, bertanggung jawab, serta saling menghormati dan menghargai. Kegiatan positif: Memberikan kegiatan positif bagi siswi yang sedang haid saat pelaksanaan sholat berjamaah[20].

Adapun juga siswa harus membiasaan membayar infaq di sekolah merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk melatih para siswa agar bersedekah dengan menyisihkan sebagian dari uang saku mereka. Infak adalah bentuk pengeluaran sebagian harta atau benda yang menjadi salah satu implementasi dari amal ibadah kepada Allah SWT. Dalam pelaksanaan infak, terkandung nilai-nilai keikhlasan dalam berbuat baik dan beramal saleh. Tujuan dan Manfaat: Melatih siswa untuk bersedekah Siswa dapat menyisihkan sebagian dari uang saku atau uang jajan yang diberikan oleh orang tua. Menanamkan nilai-nilai spiritual Kebiasaan berinfak sesuai dengan kurikulum pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dalam diri para siswa. Menumbuhkan kegemaran beramal saleh Menumbuhkan kecintaan untuk beramal saleh dan berbuat kebaikan, termasuk kecenderungan untuk berinfaq. Pengembangan karakter peduli sosial pembiasaan infaq bertujuan untuk melatih siswa agar terbiasa melakukan infaq sehingga karakter peduli sosial dapat terbentuk. Sarana berbagi melalui kebiasaan infaq, siswa belajar untuk berbagi dengan sesama dan membantu mereka yang membutuhkan[21].

Di sekolah ini pembiasaan membaca surat-surat pendek adalah aktivitas yang dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten hingga menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini biasanya diterapkan di lembaga pendidikan berbasis Islam dan sekolah dasar. Tujuan dan manfaat pembiasaan membaca surat pendek: Membentuk karakter siswa yang positif, seperti disiplin, tanggung jawab, religius, sopan santun, dan toleransi. Menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur'an. Meningkatkan fokus dan konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Membantu siswa lebih gampang menghafal surat-surat pendek dan meningkatkan kemampuan baca tulis. Melatih daya ingat siswa. Menanamkan nilai-nilai etika, kebaikan, dan norma-norma sosial yang dapat membentuk karakter diri anak. Mendorong perkembangan spiritual siswa. Memberikan landasan moral yang kokoh bagi perkembangan pribadi anak. Menciuptakan suasana belajar yang nyaman dan penuh berkah[21].

Simpulan

Berdasarkan dengan hasil pembahasan di atas disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu pembentukan perilaku baik yang diajarkan kepada anak mulai sejak dini dengan suatu pembiasaan yang ditanamkan di dalam lingkungan rumah atau sekolah. Pembiasaan kegiatan keagamaan dalam melakukan internalisasi karakter religius siswa Di SDN Lemahputro dilakukan melalui kegiatan sholat dhuha, istighosah, infaq, dan membaca surat-surat pendek.

Ucapan Terima Kasih

Disini peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak terkait yang sudah membantu dalam pembuatan penulisan skripsi dan artikel penelitian ini. Pertama peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah, yaitu kepada Ibu Santi Ida Laeli, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Lemahputro, Ibu Poppy Rachmatika Azari, S.Pd selaku wali kelas I, dan juga seluruh siswa kelas I SDN Lemahputro. Kemudian peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Supriyadi selaku dosen pembimbing, dan juga kepada ibu Tri Linggo Wati serta ibu Kemil Wachidah selaku dosen penguji. Peneliti pun banyak mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua serta teman-teman yang sudah membantu dan mendukung dengan penuh peneliti.

References

[1] N. dan K. Pendidikan, “Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa,” Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2017.

[2] U. M. Surakarta et al., “Peranan Pembelajaran Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Religius dan Toleransi Siswa Sekolah Dasar,” J. Basic Educ. Res., vol. 1, no. 1, pp. 21–28, 2021, doi: 10.37251/jee.v1i3.136.

[3] R. Setyaningsih and S. N. Rochma, “Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius Siswa di Madrasah Ibtidaiyyah Nurussalam Mantingan,” el-Ibtidaiy Journal Prim. Educ., vol. 3, no. 2, p. 83, 2020, doi: 10.24014/ejpe.v3i2.10590.

[4] Y. Adi Saingo, “Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Inpres Lili,” Apostolos J. Theol. Christ. Educ., vol. 3, no. 1, pp. 1–14, 2023, doi: 10.52960/a.v3i1.176.

[5] S. A. Maemonah, “Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius Melalui Pembelajaran,” EDUKASI J. Penelit. Pendidik. Agama dan Keagamaan, vol. 20, no. 3, pp. 328–333, 2022.

[6] D. I. Romadhona and S. Supriyadi, “Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius Siswa Berbasis Penerapan Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di Sekolah Muhammadiyah,” Pendas J. Ilm. Pendidik. Dasar, vol. 8, no. 2, pp. 5157–5170, 2023. [Online]. Available: https://journal.unpas.ac.id/index.php/pendas/article/view/9823

[7] Rifqi. N. and Supriyadi, “Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Religius dan Integritas Siswa Sekolah Dasar,” Pendas J. Ilm. Pendidik. Dasar, vol. 9, no. 1, pp. 4916–4934, 2024.

[8] M. Sari and M. Haris, “Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pembentukan Karakter dan Etika Siswa di Tingkat Sekolah Dasar,” Islam. Educ. J., vol. 1, no. 1, pp. 54–71, 2023. [Online]. Available: https://ejournal.stai-alkifayahriau.ac.id/index.php/almujahadah/article/view/230/48

[9] A. K. Huda, M. Montessori, Y. Miaz, and R. Rifma, “Pembinaan Karakter Disiplin Siswa Berbasis Nilai Religius di Sekolah Dasar,” J. Basicedu, vol. 5, no. 5, pp. 4190–4197, 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i5.1528.

[10] M. A. Kurniawan, A. Y. S. Ysh, and F. P. Artharina, “Penerapan Nilai-Nilai Religius dalam Pembentukan Karakter Siswa di SDN Jambean 01 Pati,” J. Pendidik. Dasar dan Menengah, vol. 2, no. 2, pp. 197–204, 2021. [Online]. Available: http://jurnal.unw.ac.id/index.php/dwijaloka/index

[11] F. Farleni, S. Hidayat, U. Jamaludin, and S. M. Leksono, “Internalisasi Pendidikan Karakter Religius Melalui Budaya Sekolah di SD,” J. Elem. Edukasia, vol. 6, no. 2, pp. 931–939, 2023, doi: 10.31949/jee.v6i2.5324.

[12] J. Jurnal, C. Nusantara, S. I. Hamidah, and M. H. Rofiq, “Internalisasi Karakter Religius Peserta Didik Melalui Kegiatan Keagamaan di SMA Negeri 1 Gondang,” pp. 5091–5098, 2024.

[13] E. R. Wardani, I. Fathurohman, and M. S. Kuryanto, “Nilai Karakter Religius Cerita Rakyat Pertapaan Ratu Kalinyamat untuk Siswa Sekolah Dasar,” Prog. Pendidik., vol. 2, no. 1, pp. 48–54, 2021, doi: 10.29303/prospek.v2i1.110.

[14] H. Aswat, M. K. L. O. Onde, F. B., E. R. Sari, and M. Muliati, “Analisis Pelaksanaan Penguatan Karakter Religius Selama Masa Distance Learning pada Siswa Sekolah Dasar,” Edukatif J. Ilmu Pendidik., vol. 3, no. 6, pp. 4301–4308, 2021, doi: 10.31004/edukatif.v3i6.1446.

[15] W. Rezki, “Analisis Penerapan Full Day School dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar,” J. Basic Educ. Res., vol. 1, no. 1, pp. 21–28, 2020, doi: 10.37251/jber.v1i1.31.

[16] S. Narimo, “Budaya Mengintegrasikan Karakter Religius dalam Kegiatan Sekolah Dasar,” J. VARIDIKA, vol. 32, no. 2, pp. 13–27, 2020, doi: 10.23917/varidika.v32i2.12866.

[17] S. N. Hayati, “Manfaat Sholat Dhuha dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI MAN Purwoasri Kediri Tahun Pelajaran 2014-2015),” Spiritualita, vol. 1, no. 1, pp. 43–54, 2017, doi: 10.30762/spr.v1i1.640.

[18] A. N. Khairani and M. Rosyidi, “Penerapan Strategi Karakter Religius Peserta Didik untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar,” Didakt. TAUHIDI J. Pendidik. Guru Sekol. Dasar, vol. 9, no. 2, pp. 199–210, 2022, doi: 10.30997/dt.v9i2.6317.

[19] R. Aisyi, Pembiasaan Infaq dalam Menanamkan Karakter Peduli Sosial Siswa SD IT Darul Quran Mulia, 2023.

[20] Muslim, Y. Yusri, Syafaruddin, M. Syukri, and Wismanto, “Manajemen Kepala Sekolah Dasar Islam dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Religius di Era Disrupsi (Studi Kasus di SD Islam Al Rasyid Kota Pekanbaru),” J. Educ., vol. 5, no. 3, pp. 10192–10204, 2023.

Published

2025-02-24

Issue

Section

Islamic Education

Categories