Job Interest and Work Readiness Among Islamic Vocational Students

Minat Pekerjaan dan Kesiapan Kerja di Kalangan Siswa Sekolah Kejuruan Islam

Authors

  • Rigelita Ratnasari Program Studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Ririn Dewanti Dian Samudra Indriani Program Studi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijis.v13i3.1782

Keywords:

Job Interest, Work Readiness, Psychology, Islamic Vocational School, Students

Abstract

General background: Youth unemployment remains a persistent challenge in Indonesia, particularly among vocational high school graduates. Specific background: Despite vocational schools being designed to prepare students for the labor market, many graduates still face difficulties due to low work readiness. Knowledge gap: Limited research has explored the psychological aspects, specifically the role of job interest, in shaping students’ readiness for employment within Islamic vocational contexts. Aims: This study investigates the relationship between job interest and work readiness among Class XII students at SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang. Results: Using a saturated sampling of 95 students and psychological measurement scales, the analysis with Pearson’s product moment correlation revealed a strong and significant relationship (rxy = 0.756, p < 0.05). Higher job interest was consistently associated with higher levels of work readiness. Novelty: This study highlights the substantial contribution of job interest (57.2%) to work readiness in Islamic vocational education, offering empirical evidence rarely addressed in similar contexts. Implications: Findings suggest that fostering job interest through curriculum design and career guidance could serve as a strategic approach to strengthen students’ readiness for the workforce.

Highlight:

  • Job interest strongly correlates with work readiness.

  • Contributes 57.2% to student readiness.

  • Provides insights for Islamic vocational education.

Keywords: Job Interest, Work Readiness, Psychology, Islamic Vocational School, Students

Pendahuluan

Pengangguraan merupakan masalah besar bagi setiap negara yang tidak hanya dihadapi oleh Negara Indonesia saja, tetapi juga negara-negara lainnya. Persaingan dunia kerjapun mulai ketat dan akhirnya orang-orang merasa malas untuk bekerja dan lebih memilih untuk menjadi pengangguran. Dunia kerja salah satu pilihan setiap siswa yang lulus untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Pengangguran mempunyai dampak negatif baik dari segi ekonomi maupun segi sosial, yaitu dapat menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun. Salah satu cara untuk mengurangi tingkat pengangguran adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan kejuruan agar para siswa bisa bersiap dalam bekerja [1].

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Febuari 2016, pengangguran terbuka paling banyak di Indonesia berasal dari lulusan SMK yaitu sebanyak 9,84%. Bisa diartikan pada setiap 100 angkatan kerja lulusan SMK, ada sekitar 9 sampai 10 orang yang masih menganggur [2]. Hal ini menggambarkan adanya kesenjangan antara kebutuhan di dunia kerja dengan penyediaan tenaga kerja dari institusi pendidikan kejuruan. Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pendidikan kejuruan yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja peserta didik menjadi kurang dan memiliki kesiapan kerja yang rendah [3]. Secara umum berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) kota Semarang tingkat pengangguran terbuka di kota Semarang pada Agustus 2023 sebesar 5,99%, turun 1,6% dibandingkan dengan Agustus 2022, hal ini disebabkan karena jumlah angkatan kerja pada Agustus 2023 sebesar 929 ribu orang, turun 146 ribu orang dibanding Agustus 2022 [4] Adapun populasi dari semua siswa siswi kelas XII di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang pada tahun 2023 yang totalnya berjumlah 95 siswa.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis pendidikan formal yang dapat menjadi solusi untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor/10 tahun/1003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu [5]. Selain itu, salah satu karakteristik pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan dunia industri dan dunia usaha di masyarakat. Untuk mempersiapkan peserta didik, SMK menerapkan pembelajaran yang disebut Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PSG merupakan siswa belajar teori disekolah dan melakukan prektik sebagian di industri sesuai dengan bidangnya. Siswa SMK telah dipersiapkan untuk siap terjun ke dunia kerja melalui praktek kerja industri (Prakerin) [6].

Selain data diatas, diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan 10 orang siswa kelas XI, dan XII pada tanggal 8 September 2023 yang bersekolah di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang. Dari 10 orang yang diwawancarai oleh penulis, 4 orang siswa diantaranya memeliki kesiapan kerja yang rendah. Hasil wawancara menunjukkan 2 orang siswa mengatakan belum siap bekerja setelah lulus sekolah karena subjek memliki keinginan yang tinggi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Selanjutnya 2 orang dari subjek juga menyatakan belum siap untuk langsung bekerja karena merasa kemampuan dirinya dan ilmu yang didapatkan di sekolah belum tercukupi untuk terjun ke dunia kerja. Selanjutnya 3 subjek menyatakan ingin bekerja setelah lulus sekolah karena ingin mendapatkan pengalaman kerja dan subjek merasa tidak mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Terakhir, 3 orang siswa lain yang menyatakan siap bekerja karena faktor ekonomi keluarga yang mau tidak mau memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan perilaku orang yang tidak siap untuk bekerja adalah seperti susah diatur, tidak bisa bekerja sama, mempunyai ego yang tinggi, tidak bisa menghargai waktu, tidak memiliki etika (sopan santun) dan tidak bisa dipresure, lamban dan malas.

Kesiapan kerja merupakan suatu kemampuan yang menunjukkan adanya koordinasi antara faktor-faktor yang mempengaruhinya yang harus dimiliki oleh seorang untuk mencapai tujuan dan dapat langsung bekerja setelah tamat sekolah tanpa memerlukan masa penyesuaian diri yang memakan waktu cukup lama. Kesiapan kerja siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari berasal dari dalam diri siswa meliputi kematangan baik fisik maupun mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan, dan motivasi. Sementara faktor eksternalnya adalah yang berasal dari luar diri siswa meliputi peran masyarakat, keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja, dan pengalaman kerja [7].

Di zaman sekarang ini semua orang sangat berminat dalam bekerja. Ketika siswa minat dalam bekerja, maka siswa itu akan terus menekuni dan tertarik pada kegiatan disekolah. Minat kerja adalah sebagai kecendrungan yang menetap dalam subjek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sehingga dengan adanya setiap siswa memiliki minat dalam bekerja, maka siswa bisa dikatakan untuk siap terjun dalam dunia kerja [8].

Adapun penelitian mengenai hubungan antara minat kerja dengan kesiapan kerja siswa yang dilakukan oleh Wahyuni, Hapsari & Herawati minat kerja mampu memberikan sumbangan pada kesiapan kerja sebesar 54,2%. [9]. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Yudi juga menghasilkan adanya hubungan yang positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja yaitu sebesar 46,3% [10]. Dalam penggunaan variabel x minat kerja dalam penelitian ini mempunyai alasan karena minat kerja berpengaruh terhadap kesiapan kerja, artinya apabila seseorang yang ingin bekerja yang sesuai dengan minatnya maka akan mempersiapkan dirinya lebih matang seperti lebih tekun belajar sehingga dapat untuk meningkatkan skillnya [11]. Penelitian ini diharapkan variabel minat kerja mempunyai hubungan yang positif dan tinggi dengan variabel kesiapan kerja. Jika minat kerja semakin tinggi maka semakin tinggi pula kesiapan kerja, sebaliknya jika semakin rendah minat kerja maka semakin rendah pula kesiapan kerja.

Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Minat Kerja dengan Kesiapan Kerja pada Siswa Kelas XII di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang”.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, karena untuk mengetahui hubungan antara minat kerja yang dimiliki siswa terhadap kesiapan kerja. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan skala yang digunakan untuk mengukur hubungan antara minat kerja yang dimiliki siswa terhadap kesiapan kerja dalam penelitian ini dengan menggunakan skala Likert [12].

Minat kerja adalah keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu obyek pekerjaan yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut tentang obyek pekerjaan [13]. Kesiapan kerja siswa untuk memasuki dunia kerja adalah segala sesuatu yang harus disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai satu tujuan [14]. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan angka yang diolah melalui analisis statistik [15].

Subjek yang dijadikan responden pada penelitian ini yaitu peneliti mengambil sampel semua siswa-siswi kelas XII di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang yang berjumlah 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik sampling jenuh dimana semua subjek populasi dijadikan sampel penelitian, karena subjek penelitian dibawah 100 orang.

Penelitian ini menggunakan dua skala yang dibuat oleh peneliti yaitu skala minat kerja dan skala kesiapan kerja. Menurut Hurlock dalam Walgito, skala minat kerja dengan menggunakan aitem yang telah disusun berdasarkan dua aspek yakni kognitif dan afektif [16]. Sedangkan skala kesiapan kerja menurut Caballero yang disusun mengacu pada empat aspek yaitu karakteristik personal, kecerdasan organisasi, kompetensi kerja, dan kecerdasan sosial [17].

Berdasarkan hasil uji validitas maka dapat ditentukan jumlah aitem yang valid yaitu skala Minat Kerja memperoleh 25 butir aitem yang terdiri dari 13 aitem pernyataan favourable dan 12 aitem pernyataan unfavourable. Skor validitas berkisar antara 0,420 – 0,675. Skala Kesiapan Kerja terdiri dari 28 aitem dengan 21 aitem pernyataan favourable dan 7 aitem pernyataan unfavourable. Skor validitas berkisar anatara 0,665 – 0,875. Skor validitas r hitung > 0,3 dan hasil dari uji validitas semua aitem yang digunakan dalam penelitian adalah valid karena r hitungnya > 0,3.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh hasil bahwa reliabilitas pada skala minat kerja sebesar 0,904 dan reliabilitas pada skala kesiapan kerja sebesar 0,980. Sehingga hasil dari dua skala pada penelitian ini menunjukkan koefisien reliabilitas angka mendekati nilai 1.00. Maka dapat dinyatakan reliabel sebagai instrument pengumpulan data.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Minat Kerja Kesiapan Kerja
N 95 95
Normal Parametersa,b Mean 82,4526 91,4737
Std. Deviation 9,60581 15,43197
Most Extreme Differences Absolute ,138 ,135
Positive ,062 ,092
Negative -,138 -,135
Test Statistic 1,343 1,317
Asymp. Sig. (2-tailed) ,054 ,062
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Table 1. Uji Normalitas

Berdasarkan dari data Tabel 1. Uji Normalitas Kolmogorof-smirnov di atas dapat diketahui nilai signifikansi minat kerja yaitu 0,054 berarti nilai tersebut lebih dari 0,05 (0,054 > 0,05) dan dapat dikatakan bahwa data distribusi tersebut normal. Sedangkan pada data kesiapan kerja diketahui bahwa nilai signifikansinya yaitu 0,062 berarti data tersebut lebih dari 0,05 (0,062 > 0,05) dan dapat dikatakan bahwa data tersebut mempunyai distribusi normal. Berdasarkan dari dua pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan masing-masing variabel memiliki distribusi normal.

Dalam tabel 2. diketahui bahwa nilai signifikansi linearity kesiapan kerja dan minat kerja adalah 0,000 yang dapat diartikan nilai linearity lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai signifikansi deviation from linearity sebesar 0,357 yang dapat diartikan bahwa nilai deviation from linearity lebih besar dari 0,05 (0,797 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut linier.

Berdasarkan kedua uji di atas, maka uji hipotesis dilakukan dengan uji korelasi Pearson’s.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kesiapan Kerja * Minat Kerja Between Groups (Combined) 16437,741 34 483,463 4,877 ,000
Linearity 12809,643 1 12809,643 129,218 ,000
Deviation from Linearity 3628,097 33 109,942 1,109 ,357
Within Groups 5947,944 60 99,132
Total 22385,684 94
Table 2. Uji Linieritas

Berdasarkan Tabel 3. uji hipotesis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari hasil analisis diperoleh koefisien rxy = 0,756 sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini terdapat hubungan korelasi yang kuat dikarenakan nilai r lebih besar dari 0,5 dan terdapat hubungan positif yang artinya jika minat kerja yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula kesiapan kerja.

Correlations
Minat Kerja Kesiapan Kerja
Pearson’s Minat Kerja Correlation Coefficient 1.000 .758**
Sig. (2-tailed) . .000
N 138 95
Kesiapan Kerja Correlation Coefficient .758** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 95 95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 3. Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel sumbangan efektif menggambarkan nilai Correlation Relationship (R) sama dengan 0,756. Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,572. Artinya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 57,2%.

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .756 .572 .568 10.14732
a. Predictors: (Constant), Minat Kerja
b. Dependent Variable: Kesiapan Kerja
Table 4. Uji Sumbangan Efektif

Berdasarkan hasil uji analisis diketahui kategorisasi standar deviasi dan mean menunjukan pada skala kesiapan kerja ditemukan bahwa nilai mean teoritik (µ) sebesar 119,463 dan standar deviasinya (σ) 15,438. Selanjutnya skala minat kerja ditemukan memiliki nilai mean teoritik (µ) sebesar 107,389 dan standar deviasinya (σ) 9,637

Dibawah ini akan dijelaskan yang dapat digunakan sebagai kategorisasi pada variabel minat kerja dengan kesiapan kerja pada tabel berikut:

Kategori Nama Minat Kerja Kesiapan Kerja
Rendah X < (µ-SD) X < 52,08 X < 58,33
Sedang (µ-SD) ≤ X < (µ+SD) 52,08 ≤ X < 72,92 58,33 ≤ X < 81,67
Tinggi (µ+SD) ≤ X 72,92 ≤ X 81,67 ≤ X
Table 5. Kategori Skor Minat Kerja dan Kesiapan Kerja
Skor Subjek
Kategori Minat Kerja Kesiapan Kerja
∑ Subjek % ∑ Subjek %
Rendah 1 1,05% 8 8,42%
Sedang 10 10,53% 7 7,37%
Tinggi 84 88,42% 80 84,21%
Jumlah 95 100% 95 100%
Table 6. Kategori Skor Subjek

Berdasarkan dari tabel kategorisasi skor subjek diatas, skala minat kerja memiliki kesimpulan bahwa terdapat 1 subjek mempunyai minat kerja rendah, 10 subjek mempunyai minat kerja sedang dan 84 subjek mempunyai minat kerja tinggi. Selanjutnya untuk skala kesiapan kerja memiliki kesimpulan bahwa terdapat 8 subjek mempunyai kesiapan kerja rendah, 7 subjek mempunyai kesiapan kerja sedang dan 80 subjek mempunyai kesiapan kerja tinggi.

B. Pembahasan

Hasil dari uji normalitas didapatkan nilai signifikan data dari variabel Minat Kerja mempunyai nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1,343 dengan taraf signifikasi 0,054 (p > 0,05) dan data dari variabel Kesiapan Kerja mempunyai nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1,317 dengan taraf signifikasi 0,062 (p > 0,05). Hal ini mempunyai arti bahwa distribusi data pada variabel Minat kerja dan variabel Kesiapan kerja menunjukkan distribusi data yang normal sehingga penelitian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Hasil dari uji linearitas menunjukkan bahwa nilai F linearitas adalah sebesar 129,218 dan nilai signifikannya sebesar. 0,000. Hal ini mempunyai arti bahwa F linieritas mempunyai nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linier antara variabel minat kerja dengan variabel kesiapan kerja, adapun hubungan liniernya mempunyai nilai sebesar 129,218.

Hasil dari uji hipotesis berdasarkan tabel uji hipotesis diatas dapat diketahui bahwa dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien rxy sebesar 0,756 dan bernilai positif, hal ini mempunyai arti bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan korelasi yang kuat dikarenakan mempunyai nilai r yang lebih besar dari 0,5 dan terdapat hubungan yang positif yang artinya jika minat kerja yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula kesiapan kerja. Sebaliknya semakin rendah minat kerja maka semakin rendah kesiapan kerja

Hasil dari uji sumbangan efektif menunjukan bahwa nilai Correlation Relationship (R) mempunyai nilai sebesar 0,756, dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,572, hal ini mempnyai arti bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 57,2%, sehingga dapat disimpulkan bahwa minat kerja mempunyai pengaruh terhadap kesiapan kerja sebesar 57,2% dan sisanya 42,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Artinya bahwa siswa SMK di wilayah Sidoarjo pada hakekatnya lebih tertarik untuk studi di kejuruan karena adanya minat yang tinggi supaya cepat mendapatkan pekerjaan.

Hasil dari uji tabel kategorisasi standar deviasi dan mean menunjukan pada skala kesiapan kerja ditemukan bahwa nilai mean teoritik (µ) sebesar 119,463 dan standar deviasinya (σ) 15,438 dan untuk skala minat kerja ditemukan memiliki nilai mean teoritik (µ) sebesar 107,389 dan standar deviasinya (σ) 9,637, hal ini mempunyai arti bahwa nilai mean lebih besar daripada nilai standar deviasinya sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini mempunyai nilai-nilai pada item yang semakin akurat sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

Hasil dari uji kategorisasi skor subjek berdasarkan skala kategori skor minat kerja dan kesiapan kerja menunjukan hasil bahwa skala minat kerja memiliki kesimpulan bahwa terdapat 1 subjek (1,05%) yang mempunyai minat kerja rendah, 10 subjek (10,53%) mempunyai minat kerja sedang dan 84 subjek (88,42%) mempunyai minat kerja tinggi. Selanjutnya untuk skala kesiapan kerja memiliki kesimpulan bahwa terdapat 8 subjek (8,42%) mempunyai kesiapan kerja rendah, 7 subjek (7,37%) mempunyai kesiapan kerja sedang dan 80 subjek (84,21%) mempunyai kesiapan kerja tinggi. Hal ini mempunyai arti bahwa mayoritas siswa SMK kelas XII di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang mempunyai minat kerja yang tinggi (88,42%) dan mempunyai sikap kesiapan kerja yang tinggi pula (84,21%).

Berdasarkan dari hasil analisa diatas maka hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan korelasi yang kuat dan terdapat hubungan yang positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja pada siswa SMK kelas XII di SMK Muhammdiyah 1 Semarang. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis yang berbunyi adanya hubungan positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja yang diajukan dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Atmaja dengan judul tentang “Hubungan Minat Kerja Dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)” yang menghasilkan bahwa ada hubungan positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) [18].

Siswa SMK yang memiliki minat kerja yang tinggi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengamatan, tanggapan, persepsi dan sikap yang menggerakan individu untuk bertindak dalam menggapai keinginan untuk bekerja. Dengan adanya proses pendidikan dan pelatihan di SMK, siswa yang memiliki minat kerja yang tinggi secara signifikan akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi [19]. Sedangkan untuk siswa yang memiliki minat kerja yang rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya perhatian, perasaan senang, dorongan atau motivasi, harapan, ketertarikan, kebutuhan dan kemauan. Siswa yang memiliki minat kerja yang rendah disarankan untuk memperbanyak mencari dan membaca artikel tentang informasi kerja baik dari media cetak maupun media elektronik, sehingga dapat menambah pengetahuan serta informasi tentang pekerjaan yang akan ditekuni setelah lulus nantinya [20].

Tinggi rendahnya minat kerja yang dimiliki oleh seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri. Minat kerja berkembang seiring dengan perkembangan individu dan dipengaruhi oleh pengalaman, nilai, dan kepribadian. Minat kerja yang tinggi akan mendorong seseorang untuk terus belajar dan mengasah keterampilan, sehingga dapat meningkatkan kesiapan mereka dalam menghadapi pekerjaan. Ketertarikan terhadap suatu pekerjaan yang diminatinya menimbulkan kemauan siswa untuk lebih aktif baik dalam belajar maupun dalam bekerja [21].

Kesiapan kerja dapat dilihat dari kemauan siswa untuk menghadapi tantangan, dalam hal ini siswa dapat menunjukkannya melalui kesiapan mental dalam menghadapi perubahan dan kesulitan yang akan dihadapinya. Kesiapan kerja mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu yang mencakup kesiapan mental, kesiapan jasmani, dan kesiapan keinginan. Artinya seseorang yang memiliki kesiapan yang tinggi cenderung memiliki minat yang kuat terhadap pekerjaan, komitmen dan rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas mereka. Tingkat kesiapan kerja siswa dapat dilihat dari siswa yang memiliki kemauan untuk bekerja, keinginan untuk terus belajar, mengembangkan diri dan sejauh mana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya [22].

Penelitian ini menghasilkan bahwa mayoritas siswa SMK kelas XII di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang mempunyai minat kerja yang tinggi sebesar (88,42%) dan mempunyai sikap kesiapan kerja yang tinggi pula (84,21%). Hal ini mempunyai arti bahwa tingkat kesiapan kerja siswa dapat dilihat dari siswa yang memiliki kemauan untuk bekerja, keinginan untuk terus belajar, mengembangkan diri dan sejauh mana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Minat kerja yang tinggi akan mendorong seseorang untuk terus belajar dan mengasah keterampilan, sehingga dapat meningkatkan kesiapan mereka dalam menghadapi pekerjaan [23].

Keterbatasan penelitian ini adalah menggunakan variabel minat kerja untuk mempengaruhi kesiapan kerja. Meskipun telah banyak penelitian telah dilakukan pada kedua variabel tersebut, namun dalam penelitian ini variabel minat kerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesiapan kerja. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi efektif variabel minat kerja terhadap kesiapan kerja sebesar 57,2% dan sisanya 42,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun variabel lain yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja adalah seperti variabel kecerdasan emosi, dukungan sosial, perilaku agresif, kontrol diri dan sebagainya. Untuk peneliti selanjutnya peneliti berharap agar menggunakan variabel lain selain minat kerja yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja, sehingga dapat memberikan pembaharuan dan perbedaan hasil dengan penelitian ini.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengevaluasi hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara minat kerja dengan kesiapan kerja pada siswa siswi kelas XII di SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang, hal ini ditunjukan dengan hasil koefisien korelasi adalah rxy = 0,756 dengan signifikansi 0,000 < 0,5 sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dapat diterima. Jika minat kerja semakin tinggi maka semakin tinggi pula kesiapan kerja, sebaliknya jika semakin rendah minat kerja maka semakin rendah pula kesiapan kerja.

Hasil penelitan menunjukan bahwa siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang yang sudah memiliki minat kerja yang tinggi sebesar 88,42% hendaknya tetap dipertahankan, sedangkan siswa yang memiliki minat kerja yang sedang sebesar 10,53% dan rendah sebesar 1,05% agar lebih untuk meningkatkan minat kerja sehingga dapat siap untuk bekerja. Untuk penelitian selanjutnya agar lebih memperdalam pembahasan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dan mengkaji lebih mendalam tentang kesiapan kerja yang akan dihadapi oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini diharapkan akan ada variabel-variabel lain yang dapat didefinisikan dan diungkapan oleh peneliti selanjutnya, sehingga dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pemecahan masalah yang terjadi.

Ucapan Terimakasih

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah SMK Islam Roudlotus Saidiyyah Semarang karena telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada responden siswa dan siswi karena telah bersedia memberi data sesuai kuesioner yang peneliti buat.

References

[1] D. Adelina, “Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir,” Doctoral dissertation, Univ. Muhammadiyah Malang, 2018.

[2] M. O. Wijaya and E. D. Utami, “Determinant of Unemployment of Vocational High School Graduates in Indonesia in 2020,” in Seminar Nasional Official Statistics, 2021, pp. 801–810.

[3] R. Lubis, et al., “Coping Stress pada Mahasiswa yang Bekerja,” Jurnal Diversita, vol. 1, no. 2, 2015.

[4] W. Marlina, S. Desri, A. Pujaningsih, A. D. Z. Arrafqu, D. O. Ryana, and S. Mega, “Hubungan Pengetahuan Kewirausahaan dan E-Commerce dengan Minat Berwirausaha Mahasiswa Universitas Andalas Payakumbuh,” Innovation Journal of Social Science Research, vol. 4, no. 1, pp. 2088–2099, 2024.

[5] H. Hasbullah, J. Juhji, and A. Maksum, “Strategi Belajar Mengajar dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam,” EDURELIGIA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 3, no. 1, pp. 17–24, 2019.

[6] T. Damarjati, “Konsep Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan,” Direktorat PSMK Kemdikbud, 2016.

[7] A. Kurniawati and S. Arief, “Pengaruh Efikasi Diri, Minat Kerja, dan Bimbingan Karir terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Program Keahlian Akuntansi,” Economic Education Analysis Journal, vol. 5, no. 1, 2016.

[8] S. Nurjanah, “Pengaruh Motivasi Memasuki Dunia Kerja, Pengalaman Praktik Kerja Industri dan Prestasi Belajar Akuntansi terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Tempel,” Thesis, 2018.

[9] S. Wahyuni, F. Hapsari, and M. Herawati, “Pengaruh Praktik Kerja Industri dan Minat Kerja terhadap Kesiapan Kerja pada Dunia Usaha dan Dunia Industri Siswa SMK,” Jurnal Education FKIP UNMA, vol. 7, no. 4, pp. 1766–1772, 2021.

[10] Y. G. D. Utami, “Self Efficacy dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan,” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, vol. 1, no. 1, pp. 40–52, 2013.

[11] T. Andina, K. A. Kusuma, and V. Firdaus, “Peran Efikasi Diri, Motivasi Kerja dan Minat Kerja terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa,” Management Studies and Entrepreneurship Journal, vol. 4, no. 6, pp. 7844–7856, 2023.

[12] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung, Indonesia: Alfabeta, 2016.

[13] P. I. Amalia and I. Murniawaty, “Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Efikasi Diri dan Minat Kerja terhadap Kesiapan Kerja,” Economic Education Analysis Journal, vol. 9, no. 3, pp. 907–922, 2020.

[14] M. Ulfa, “Pengaruh Minat dan Motivasi Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa di SMK Yasemi Karangrayung,” Thesis, Univ. Muhammadiyah Surakarta, 2022.

[15] N. B. Astrella, “Pengaruh Minat Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri 2 Sukorejo,” Afeksi Jurnal Psikologi, vol. 1, no. 2, pp. 285–295, 2022.

[16] B. W. Walgito, Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta, Indonesia: Andi, 2004.

[17] C. L. Caballero, A. Walker, and M. Fuller-Tyszkiewicz, “The Work Readiness Scale (WRS): Developing a Measure to Assess Work Readiness in College Graduates,” Journal of Teaching and Learning for Graduate Employability, vol. 2, no. 1, pp. 41–54, 2011.

[18] W. D. Atmaja, “Hubungan Antara Minat Kerja dengan Kesiapan Kerja Siswa Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan di SMK Negeri 1 Cirebon,” Thesis, Univ. Pendidikan Indonesia, 2018.

[19] N. A. Jaya, “Pengaruh Minat Kerja dan Praktik Pengalaman Lapangan terhadap Kesiapan Kerja Mahasiswa,” Information Technology and Education Journal, vol. 2, no. 3, pp. 33–40, 2023.

[20] A. Lestari, “Hubungan Praktik Kerja Lapangan dan Minat Kerja dengan Kesiapan Kerja (Studi Kasus Kelas XII DPIB SMK Negeri Rajapolah),” Thesis, Univ. Pendidikan Indonesia, 2020.

[21] M. Maikaningrum and J. Kumoro, “Pengaruh Minat Kerja dan Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bantul,” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran-S1, vol. 5, no. 4, pp. 311–320, 2016.

[22] A. Lubis and K. Khairani, “The Relationship Between Self Efficacy and Student Work Readiness in Vocational High Schools,” Jurnal Neo Konseling, vol. 3, no. 2, pp. 165–172, 2021.

[23] S. Adha, M. Fahlevi, R. Rita, A. S. Rabiah, and R. D. Parashakti, “Pengaruh Social Media Influencer terhadap Minat Kerja Antar Brand,” Journal of Industrial Engineering and Management Research, vol. 1, no. 1b, pp. 127–130, 2020.

Published

2025-07-01

Issue

Section

Islamic Psychology

Categories