Abstract

This qualitative study investigates the challenges and strategies in fostering congregational prayer discipline among grade III students at Muhammadiyah 1 Sedati Elementary School Mosque. Utilizing interviews, observation, and documentation, the research explores obstacles such as disorder, limited understanding, and distractions during midday prayers. Collaborative efforts between teachers and prayer enforcers from higher grades were found effective in overcoming these challenges, enhancing students' discipline during prayers. The study underscores the significance of teacher guidance and collaborative initiatives between schools and mosques in shaping students' character and spirituality from an early age.

Highlight:

  1. Early spiritual development: Shaping discipline in congregational prayer fosters character in young students.
  2. Teacher-student collaboration: Overcoming challenges enhances prayer discipline.
  3. School-mosque integration: Encourages active participation in congregational prayers.

Keywoard: Congregational prayer, Discipline, Elementary school, Collaboration, Character development

 

Pendahuluan

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur. Salah satu tantangan utama dalam pendidikan agama Islam adalah bagaimana mengajarkan siswa untuk melaksanakan sholat jamaah dengan benar, beradab, dan disiplin, terutama pada siswa kelas III SD yang masih berada dalam tahap perkembangan karakter dan moral. Dalam konteks pendidikan formal, sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai agama dan mengajarkan kedisiplinan dalam beribadah kepada siswa. Salah satu bentuk ibadah yang menjadi fokus utama adalah sholat jamaah. Melalui sholat jamaah, seseorang diajarkan untuk disiplin dalam waktu, tata cara ibadah, dan interaksi bersama dengan jamaah lainnya. Disiplin ini merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini, terutama pada anak-anak. Di usia dini, karakter dan perilaku anak-anak sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan sekolah. Oleh karena itu, sekolah menjadi salah satu tempat yang strategis untuk menanamkan adab kedisiplinan, termasuk dalam melaksanakan sholat dhuhur jamaah. Di usia sekolah dasar, siswa kelas III mulai memiliki pemahaman dasar tentang agama dan berbagai tuntutan ibadahnya. Melibatkan mereka dalam sholat jamaah di masjid adalah langkah awal yang sangat berarti untuk membentuk kesadaran religius dan mengajarkan disiplin dalam beribadah. Namun, mengingat usia dan tingkat kematangan mereka, diperlukan pendekatan yang lembut, dan penuh kesabaran.

Berdasarkan penelitian yang ditulis bahwa peran guru dalam membentuk karakter kedisiplinan siswa yaitu guru sebagai teladan dan guru sebagai motivator. Penelitian yang ditulis [1] menyebutkan bahwa menumbuhkan kedisiplinan siswa sudah tercipta dengan baik. Peran guru dalam menanamkan karakter disiplin siswa adalah sebagai role model dan sebagai motivator. Penelitian yang ditulis oleh [2] penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan shalat berjamaah dan kecerdasan spiritual siswa, akan semakin tinggi pula tingkat kedisiplinannya, sebaliknya, semakin rendah. Penelitian yang ditulis oleh [3] menyebutkan bahwa pembentukan karakter religius melalui sholat berjamaah dapat terlaksana secara optimal dengan komitmen berbagai pihak. Menurut [4] Upaya lain dalam membentuk karakter religius siswa yaitu dengan kegiatan sholat berjamaah, dalam kegiatan sholat berjamaah ini mengandung banyak sekali makna-makna dan pembelajaran karakter khususnya adab disiplin pada anak, seperti dalam sholat berjamaah, makmum tidak boleh mendahului imam, waktu sholat yang pasti dan memiliki batasan, dan juga syariat rukun yang juga harus terpenuhi, dalam agama juga sudah dijelaskan bila kita ingin melihat karakter dari seseorang, kita bisa melihat bagaimana dia menegakkan sholatnya.

Kurangnya adab kedisiplinan siswa dalam melaksanakan sholat jamaah di sekolah hal ini dapat terlihat dari siswa yang kurang bersemangat untuk mengikuti sholat jamaah, tidak menjaga tata cara sholat, serta terlihat tidak fokus saat berada di dalam masjid. Masalah ini memerlukan perhatian serius, karena kurangnya adab kedisiplinan dalam melaksanakan sholat dhuhur jamaah bisa berdampak pada kualitas ibadah dan pembentukan karakter siswa. Anak kelas III SD mungkin juga belum sepenuhnya memahami etika dan aturan berperilaku di masjid. Sebagai akibatnya, mereka mungkin tidak tertib dalam hal-hal seperti merapatkan shof, ramai atau tidak menjaga ketenangan selama sholat berjamaah serta kurangnya bimbingan dan pengawasan anak kelas III SD mungkin cenderung kurang disiplin dan tidak tertib saat melaksanakan sholat dhuhur berjamaah.

Artikel ini akan menyajikan beberapa metode dan strategi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adab sholat dhuhur jamaah. Mulai dari penguatan motivasi, cerita-cerita inspiratif, hingga contoh nyata dari para teladan di sekitar mereka. Selain itu, kita juga akan membahas bagaimana memberikan pengertian yang mudah dipahami tentang pentingnya sholat dhuhur berjamaah dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan berbekal pendekatan yang tepat dan kesabaran, kita dapat membantu siswa kelas III SD menjadi individu yang menghormati ibadah dan memiliki kesadaran spiritual yang kuat, sehingga nantinya mereka dapat menjadi teladan bagi generasi mendatang. Dalam prosesnya, kita dapat membantu siswa memperoleh makna mendalam dari setiap gerakan sholat, sehingga mereka dapat menjadi generasi yang berakhlak mulia dan berkomitmen dalam beribadah kepada Allah SWT.

Pendekatan melalui penunjukan penegak sholat dari beberapa siswa kelas IV-VI dapat menjadi metode yang efektif dalam menumbuhkan adab disiplin sholat dhuhur berjamaah pada siswa kelas III. Dalam metode ini, siswa dari kelas yang lebih tinggi ditunjuk sebagai teladan atau pemimpin sholat bagi siswa kelas III saat melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid. Penegak sholat dapat menjadi kakak atau saudara bagi siswa kelas III, sehingga tercipta rasa kebersamaan dan dukungan antar sesama teman. Metode ini tidak hanya memberikan manfaat dalam menumbuhkan adab sholat dhuhur jamaah pada siswa kelas III, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan karakter dan pengembangan kepemimpinan di kalangan siswa. Penulis berharap artikel ini berupaya untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya adab kedisiplinan dalam melaksanakan sholat dhuhur berjamaah, serta menginspirasi perubahan positif dalam perilaku siswa kelas III di Masjid SD Muhammadiyah 1 Sedati.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada pemahaman secara mendalam terhadap masalah yang sedang diteliti. Penelitian kualitatif dipergunakan untuk mengungkap data deskriptif dan informasi tentang apa yang mereka lakukan dan alami terhadap focus penelitian. Lokasi dan Waktu penelitian ini dilakukan di Masjid SD Muhammadiyah 1 Sedati, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder dan data primer. Peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan empat cara yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

factor – factor tentang rendahnya tingkat disiplin siswa kelas III dalam melaksanakan sholat dhuhur berjamaah

menyajikan setting penelitian, yakni gambaran objek penelitian, dilanjutkan dengan penyajian, analisis dan pembahasan Kurangnya pemahaman tentang pentingnya sholat dhuhur berjamaah, siswa kelas 3 mungkin belum sepenuhnya memahami pentingnya sholat dhuhur berjamaah dan dampak positifnya dalam kehidupan spiritual. Jika mereka tidak diberikan pemahaman yang memadai tentang manfaat adab disiplin pada sholat dhuhur berjamaah dan mengapa hal ini menjadi suatu kewajiban, mereka mungkin kurang termotivasi untuk melaksanakannya.

Lingkungan sekolah, memiliki dampak penting dalam membentuk perilaku siswa. Jika sekolah tidak memberikan dorongan, pengawasan, atau lingkungan yang mendukung pelaksanaan sholat berjamaah, siswa mungkin akan lebih cenderung mengabaikannya. kurangnya waktu yang diatur dengan baik untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah juga dapat menjadi hambatan.

Teman sebaya, juga dapat memengaruhi sikap dan perilaku siswa dalam melaksanakan sholat berjamaah. Jika di lingkungan sekolah, teman-teman sebaya lebih mengutamakan aktivitas lain daripada sholat berjamaah, siswa mungkin merasa tergoda untuk mengikuti pola perilaku yang sama. Kebutuhan untuk diterima dan tidak ingin merasa berbeda dengan teman-teman dapat mengarahkan perilaku siswa dalam hal ini. Jika mayoritas teman sebaya cenderung tidak mengutamakan pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah, individu mungkin merasa terdorong untuk mengikuti perilaku tersebut demi merasa diterima dan tidak berbeda. Teman sebaya yang memiliki pandangan negatif terhadap sholat berjamaah dapat membentuk persepsi serupa pada individu lain. Pengaruh negatif ini dapat mengarahkan individu untuk mengesampingkan pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah demi mempertahankan hubungan yang baik dengan teman-teman sebaya.

Solusi meningkatkan adab kedispinilan siswa kelas 3 dalam melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah

Edukasi dan pemahaman Agama, salah satu solusi utama adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang meningkatkan adab disiplin sholat dhuhur berjamaah. Dengan memberikan edukasi yang tepat dan terarah tentang pentingnya adab disiplin sholat dhuhur berjamaah, siswa dapat memahami nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Ini dapat dilakukan melalui ceramah, diskusi, dan pelajaran agama yang lebih mendalam dan menarik pada siswa kelas 3.

Kegiatan penguatan nilai – nilai agama, melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang mendorong pengembangan nilai-nilai agama dapat membantu meningkatkan adab kedisiplinan mereka dalam melaksanakan sholat berjamaah. Misalnya, mengadakan ceramah agama, diskusi kelompok tentang sholat, dapat memperluas persepsi positif terhadap pelaksanaan sholat berjamaah. Melalui interaksi dengan siswa lain, nilai-nilai agama dapat lebih terinternalisasi, seminar, atau lokakarya tentang bagaimana meningkatkan adab disiplin sholat dhuhur berjamaah dan bagaimana mengatasi tantangan dalam melakukannya. Kegiatan ini juga dapat memperkuat komitmen siswa terhadap adab kedisiplinan sholat. Serta contoh positif dari guru dan staf sekolah, guru dan staf sekolah memiliki peran penting sebagai contoh dan teladan bagi siswa. Dengan secara konsisten melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah, mereka dapat memberikan inspirasi kepada siswa untuk melakukannya juga. Selain itu, guru dan staf sekolah juga bisa memberikan pengarahan secara langsung mengenai pentingnya adab disiplin dalam beribadah.

Program penegak sholat, Penegak sholat adalah kelompok siswa yang memiliki komitmen untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dengan penuh adab dan disiplin. Kelompok ini bertujuan untuk saling mendukung, memotivasi, dan mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah secara konsisten. Dengan pendekatan peer group atau kelompok teman sebaya, penegak sholat dapat menciptakan lingkungan positif yang mendukung kedisiplinan dalam sholat.

Kendala yang dihadapi guru dalam menumbuhkan adab kedisiplinan melaksanakan sholat dhuhur berjamaah pada siswa kelas III

Kurangnya pemahaman tentang makna dan manfaat sholat berjamaah dapat menghambat motivasi siswa dalam mengikuti adab kedisiplinan dalam beribadah di dalam masjid. Guru harus mengatasi kendala ini dengan memberikan pemahaman yang mendalam. Pengajaran yang kurang menarik atau kurang kreatif mungkin membuat siswa tidak tertarik untuk memahami dan menjalankan praktik sholat dhuhur berjamaah. Guru perlu mengembangkan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas III agar pesan tentang adab kedisiplinan sholat dapat tersampaikan dengan baik kurikulum yang padat dan waktu pelajaran yang terbatas dapat menjadi kendala bagi guru dalam mengajarkan aspek agama, termasuk adab kedisiplinan dalam sholat dhuhur berjamaah. Guru seringkali merasa terbatas dalam memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai agama kepada siswa dalam waktu yang terbatas.

Teknologi dan akases internet, kemajuan teknologi dan akses internet dapat mengalihkan perhatian siswa dari aktivitas agama, termasuk sholat dhuhur berjamaah. Gangguan digital dapat menghambat upaya guru dalam membangun adab kedisiplinan dalam melaksanakan sholat.

Tingkat kematangan emosional siswa kelas III cenderung memiliki tingkat kematangan emosional yang bervariasi. Beberapa siswa mungkin lebih mudah menerima pendidikan tentang adab kedisiplinan sholat dhuhur jamaah, sementara yang lain mungkin masih mengalami kesulitan dalam mengontrol perhatian dan perilaku. Siswa kelas III mungkin masih belum stabil seperti siswa yang lebih tua. Ini bisa mempengaruhi kualitas pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah dan membuat mereka kesulitan untuk menjaga konsentrasi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan bisa diambil kesimpulan yang menjawab atas permasalahan dan bertujuan dari penelitian ini adalah dengan pendekatan yang tepat siswa dapat menjadi lebih disiplin dalam menjalankan sholat dhuhur berjamaah. Guru dan penegak sholat bekerja sama memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan adab kedisiplinan siswa pada sholat dhuhur berjamaah. Dalam upaya ini peran guru sebagai panutan dan fasilitator pemahaman agama memiliki dampak positif, dan peran dari penegak sholat juga berperan penting dalam membentuk kesadaran akan kedisiplinan beribadah dan praktik adab kedisiplinan. Kolaborasi antara sekolah dan masjid dalam menyediakan wadah bagi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam sholat berjamaah sangat penting.

References

  1. A. D. Santosa, S. Yusoh, A. Subandono, A. Aly, and S. Aziz, “Menumbuhkan Kedisiplinan Siswa MTs al-Amien Kota Kediri Melalui Pembiasaan Sholat Dhuha,” J. Ilm. Terap. Pendidik., vol. 6, no. 2, pp. 129–143, 2022.
  2. M. F. Hapsari, “Penanaman Nilai Karakter Disiplin dan Religius Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha di SD Negeri 4 Kancilan Jepara,” J. Kualita Pendidik., vol. 4, no. 1, pp. 8–15, 2023.
  3. N. P. Nurjanah and U. Setiawan, “Pelatihan Tata Cara Shalat Yang Benar Pada Siswa Siswi Tpa & Dta Di Kampung Tegal Heas Purwakarta,” J. Pengabdi. Masy. Pemberdayaan, Inov. dan Perubahan, vol. 3, no. 2, pp. 12–20, 2023.
  4. J. Jalwis, “Karakter Religius Siswa dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Disiplin di Sekolah Menengah Pertama,” Munaddhomah J. Manaj. Pendidik., vol. 4, no. 3, pp. 529–540, 2023.
  5. E. Maela, V. Purnamasari, I. Purnamasari, “Metode Pembiasaan Baik Untuk Meningkatkan Karakter Disiplin Peserta Didik Siswa Sekolah Dasar,” J. Educ. FKIP UNMA, vol. 9, no. 2, pp. 931–937, 2023.
  6. L. Winarsih, Warsono, and N. Setyowati, “Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Sekolah Dasar,” Erlangga, pp. 28–31, 2019.
  7. A. Nugroho, “Penanaman Karakter Disiplin Pada Siswa Sekolah Dasar,” J. Fundadikdas (Fundamental Pendidik. Dasar), vol. 3, no. 2, pp. 90–100, 2020.
  8. AI Agustina, “Bab III - Metode Penelitian Metode Penelitian,” Metod. Penelit., pp. 32–41, 2022.
  9. Ahsanulkhaq, M., “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan,” J. Pendidik., vol. 2, no. 1, 2019, doi: 10.24176/jpp.v2i1.4312.
  10. Al-Hasybi, A., “Mukjizat Energi Bangun Pagi,” Qalam Hidayah, 2019.
  11. Hendarman, “Pendidikan Karakter Era Milenial (Cetakan kedua),” PT Remaja Rosdakarya, 2019.
  12. Insan, D., “Belajar Menunaikan Salat-Salat Sesuai Tuntunan Rasulullah,” PT Elex Media Komputindo, 2019.
  13. Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S., “Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa,” 2022.
  14. Rusnaini, Raharjo, Suryaningsih, A., & Noventari, W., “Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa,” vol. 27, no. 2, pp. 230, 2021, doi: 10.22146/jkn.67613.
  15. Wulansari, Y., & Adibah, I. Z., “Impresi Sholat Dhuha Terhadap Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Butuh 2 Tahun Pelajaran 2019/2020,” 2021.