Abstract

This study investigates tolerance communication between the management of Al-Furqaan mosque and the residents of Jenggot Village, a diverse community in Sidoarjo Regency. Despite varying races, ethnicities, and beliefs, the village maintains an environment of tolerance and mutual respect. The research aims to understand how this communication is established and maintained. Employing descriptive qualitative methods, including observation and documentation, the study finds that mosque management actively participates in community events and contributes to fulfilling their needs as a form of tolerance. These efforts foster unity and mutual respect among residents. This research highlights the importance of religious institutions in promoting tolerance in diverse communities, offering valuable insights for policymakers and community leaders.

Highlight:

  1. Active mosque participation fosters community unity and tolerance.
  2. Residents show mutual respect for diverse beliefs and opinions.
  3. Qualitative study explores mosque's role in fostering community tolerance.

Keywords: Tolerance Communication, Mosque Management, Diverse Community, Mutual Respect, Qualitative Research.

Pendahuluan

Desa Jenggot Merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Desa Jenggot merupakan desa yang dipadati oleh penduduk yang beraneka ragam ras, suku, kepercayaan dan latar belakang. Warga desa Jenggot sangat ramah dan juga terbuka terhadap lingkungan sekitar. Membantu tanpa pandang bulu siapa yang akan ditolong, sebagai contoh saat pembangunan Masjid Al Furqaan, warga desa yang beragama non muslim juga ikut serta membantu proses pembangunan masjid. Sikap yang dicontohkan oleh warga desa adalah salah satu alas an mengapa Desa Jenggot menjadi desa yang rukun dan harmonis. Menghargai setiap perbedaan yang ada namun mengerti batasan dan aturan di dalamnya. Dikarenakan secara esensi, manusia merupakan makhluk sosial yang sangat memerlukan bantuan orang lain ().

Dalam rangka KKN di Masjid Al – Furqaan desa jenggot, pimpinan desa mengadakan beberapa rangkain acara termasuk dengan karnaval 17 Agustus yang diadakan dekat denganmasjid itu sendiri. Pihak masjid juga memikirkan cara agar dapat mmebantu mensukseskan acara yang diselengarakan oleh pihak desa. Acara tersebut juga mendapatkan respon positif dari Warga Desa Jenggot. Setelah tertunda dalam beberapa tahun karena pandemi Covid-19 . Dan ditahun 2022 adalah awal kembalinya acara karnaval ini bisa terlaksanakan kembali. Para sesepuh desa berharap agar acara seperti ini dapat diadakan setiap tahunnya dari gemerasi ke generasi agar hubungan antar warga tetap terjalin harmonis. Karnaval juga membantu mempererat hubungan antar warga. Selain adanya karnaval kegiatan yang digemari saat perayaan 17 Agustus adalah lomba. Beberapa tempat juga mengadakan lomba kekompakan dan keberagaman dalam karnaval yang menunjukkan toleransi antar budaya. Acara 17 Agustus dapat dijadikan wadah bagi warga untuk menyalurkan ide kreatif dan melatih kekompakan warga agar dapat menjadi juara di setiap kegiatan . Maraknya fashion karnaval sendiri dipicu dari aktifnya respons positif genre-genre seni untuk berkecimpung bersama dan menjadikannya karnaval dengan ragam budaya yang ditampilkan.

Salah satu bukti ke ikut sertaan pihak pengurus masjid untuk mensukseskan acara yang di selenggarakan oleh desa, pihak pengurus masjid menyumbangkan konsumsi berupa minuman dan menjadikan mahasiswa KKN di Masji Al -Furqaan sebagai panitia acara. Acara tersebut melibatkan adanya komunikasi toleran antara pengurus masjid dengan warga setempat. Komunikasi tersebut mengharuskan pihak masjid dan warga setemoat untuk mentoleransi adanya perbedaan agama dan budaya . Desa Jenggot juga terbagi menjadi 10 RW dan 20 RT. Dari beberapa RT menampilkan ciri khasnya tersendiri tanpa adanya perselisihan. Sidoarjo sendiri banyak memuat kisah heroik pertempuran tentara Indonesia. Salah satu peristiwa yang terjadi di wilayah Krembung pada tahun 1949 adalah pembelaan kemerdekaan negara. Pertempuran terjadi di daerah Krembung untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran tersebut terjadi 39 hari setelah invasi militer Belanda yang kedua.

Belanda saling serang dengan kompi TNI pada tahun 1949. Serangan kompi TNI dan penguasaan medan yang baik menambah keunggulan TNI Indonesia. Sejarah tersebut membuat beberapa warga Desa Jenggot mencoba mengingat dan menyajikannya sehingga menjadikannya sebagai tema karnaval pada 17 Agustus mendatang.. Karnaval dilangsungkan sehari penuh dengan tema bebas tanpa ditentukan oleh pihak desa atau panitia. Warga desa Jenggot terlihat sangan antusias dengan karnaval 17 Agustus dan menampilkan berbagai macam budaya dan sejarah. Seperti kepala desa yang di rias menjadi seperti presiden pertama Republik Indonesia.

Tanpa terkecuali budaya-budaya daerah lain seperti cosplay menggunakan pakaian keagamaan, ogoh-ogoh, baju adat dari berbagai daerah di Indonesia, tantara dan juga ada yang merubah motor menjadi tank ala tantara Indonesia. Secara tidak langsung hal tersebut menunjukan bahwa perbedaan itu indah. Keragaman tersebut membuat seru karnaval yang diadakan di desa Jenggot. Warga juga terkadang menampilkan lakon tentang bagaimana penjajah menyiksa warga Indonesia untuk menghormati dan merayakan para pahlawan peraih kemerdekaan Indonesia.. Juga menampilkan tarian - tarian dari beberapa daerah di Indonesia yang sangat keren. Hal tersebut dapat dijadikan pengalaman seru untuk mengenal keberagaman adat dan budaya yang ada di Indonesia.

Selain acara 17 agustus, ada beberapa acara lain yang diadakan seperti edukasi tv digital untuk warga setempat, serta edukasi pentingnya gosok gigi terhadap siswa dan siswi di SDN Jenggot . Dalam melangsungkan acara edukasi tersebut, warga desa menyambut dengan respon positif dan merasa sangat terbantu dengan adanya edukasi tersebut. Karena beberapa dari warga mengalami kesulitan saat pergantian dari TV analog ke TV digital. Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana terbentuknya komunikasi toleran pihak pengurus masjid dengan warga sekitar. Karena dari komunikasi dapat menjadi penentu bagaimana hubungan antara pengurus masjid dan warga sekitar . Tujuan penulisan artikel ini adalah penulis berharap agar masyarakat memahami dan menerapkan sikap toleran serta berkomunikasi dengan baik dan benar dalam kehidupan nyata.

Metode

Dalam artikel ini, peneliti mengadopsi metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode alami yang menggambarkan suatu fenomena berdasarkan pengalaman subjek . Peneliti tertarik untuk mendalami komunikasi toleran, karena yang terpenting dalam menciptakan hubungan antarmanusia adalah komunikasi itu sendiri. Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian yang hanya mengutamakan kualitas dan memperoleh data melalui observasi langsung dimana peneliti terjun langsung di lapangan. Sumber penelitiannya adalah interaksi toleran pengurus Masjid Desa Jenggot dengan warga sekitar. Komunikasi toleran adalah komunikasi yang harmonis berkat kesadaran bahwasanya semua orang berhak yang sama dalam mengemukakan pendapat dan menganut agama yang dianggap terbaik. . adanya rasa ingin paling mendominasi menjadi salah satu penyebab terjadinya sikap tidak saling menghormati dan menghargai.

Fokus penelitiannya adalah menarik kesimpulan tentang bagaimana menerapkan komunikasi toleran berupa sikap saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari. Tahapan pengumpulan data ini melalui wawancara dengan perwakilan pengurus masjid dan warga Desa Jenggot yang menjadi obyek terjadinya komunikasi toleransi 2 arah tersebut. Sumber lainnya melalui dokumentasi pribadi pada saat diadakannya karnaval, pencarian artikel tentang Desa Jenggot dan juga observasi secara langsung di Desa Jenggot itu sendiri selama 3 bulan.

Hasil dan Pembahasan

Sikap toleransi merupakan bagian dari strategi komunikatif dalam mewujudkan kehidupan bertetangga yang rukun dan damai. Rasa tolerasi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam perkataan maupun perbuatan. toleransi artinya menghargai setiap perbedaan yang ada dan memberikan kebebasan untuk orang lain memiliki ide, pendapat, kepercayaan, kebiasaan dan lain sebagainya . Toleransi sendiri juga memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan diterapkannya toleransi dalam kehidupan, maka peluang untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarkat lain sangat tinggi. Dan juga dapat menjauhkan dari adanya potensi perpecahan antar warga karna kurangnya rasa toleransi.

Konsep toleransi merupakan abstrak yang dibentuk dalam proses menciptakan interaksi yang harmonis dan rukun diantara umat manusia . Namun toleransi juga bukan diartikan untuk membebaskan orang lain agar berbuat dan bertindak sesuka hati tanpa memikirkan efek dari apa yang telah diperbuat. Konsep toleransi bersifat bebas namun ada batasan dan aturan dalam mewujudkan konsep ini. Beberapa konsep menunjukan suatu fenomena diwaktu dan tempat tertentu. Komunikasi sendiri adalah tahapan dalam menyampaikan informasi dari satu pihak terhadap pihak yang lain. Kemudian, komunikasi juga menjembatani antara komunikan dan komunikator dalam menyampaikan pesan, pikiran / ide, dan perasaan .

Komunikasi dapat dilangsungkan secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi verbal merupakan proses komunikasi yang melibatkan penggunaan kata-kata lisan atau bahasa untuk menyampaikan pesan, informasi, atau ide antara individu atau kelompok. Maka dari itu komunikasi toleransi juga berperan krusial pada hidup keseharian. Melalui terdapatnya komunikasi yang baik dalam perkataan dapat menghindarkan dari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan perpecahan. Sebagaimana dalam penelitian ini, merealisasikan komunikasi toleransi pada saat kegiatan 17 Agustus di Desa Jenggot. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat Adanya toleransi membuahkan konflik yang minimum bagi seluruh warga di Desa Jenggot maupun di seluruh dunia . Dikarenakan toleransi sangat di butuhkan agar tidak terjadi perpecahan antar suku, budaya dan agama. Toleransi sendiri memiliki fungsi yang penting untuk menjaga hubungan yang harmonis di tengah perbedaan antar suku, budaya dan agama .

Bagi warga Desa Jenggot, perbedaan adalah hal yang indah dalam menjalin hubungan bermasyarakat. Dengan adanya perbedaan tersebut mengajarkan agar tidak menjadi manusia yang egois atas pilihan orang lain. Fungsi adanya karnaval 17 Agustus di desa Jenggot juga merupakan bukti bahwa kehidupan ber toleransi adalah kehidupan yang sangat harmonis . Diadakannya karnaval membuat hubungan antar warga desa Jenggot dan memberi hiburan untuk semua kalangan. Dengan begitu, orang dewasa, remaja, dan anak kecil bisa menikmati keragaman budaya Desa Jenggot dan keseruan lainnya yang hanya bisa dirasakan saat karnaval. Secara tidak langsung dapat digunakan sebagai sarana pengajaran untuk mengenalkan anak pada berbagai budaya Indonesia.

Mengajarkan hal positif yang telah dilakukan oleh para leluhur agar tidak hilang ditelan masa. Menerapkan sikap bertoleransi, menghargai, tolong menolong sejak usia dini juga sangat penting agar dapat tumbuh dan menerapkan sikap tersebut. Karnaval 17 Agustus juga menjadi peluang bagi warga sekitar untuk berjualan dan meningkatkan penghasilan karena adanya acara tersebut. Warga dapat berjualan dan juga menikmati susunan acara yang diadakan. Pihak panitia berupaya agar acara tersebut dapat diadakan dengan meriah dan warga menikmati hingga di pengujung acara. Selain itu warga juga mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman baru merasakan kehidupan yang mulai membaik setelah wabah virus Covid-19. Warga berharap agar kedepannya acara dapat dilaksanakan dari tahun ke tahun agar tetap melestarikan budaya yang ada di Desa Jenggot. Selain 17 Agustus, warga Desa Jenggot juga mempunyai budaya atau kebiasaan lainnya sebagai contoh yaitu gotong royong dalam memajukan citra positif Desa Jenggot, dan melakukan tasyakuran untuk kegiatan tertentu.

A. Komunikasi Toleransi Pengurus Masjid

Hasil penelitian ini di dapatkan pada saat melakukan wawancara langsung dengan perwakilan pihak ta’mir Masjid Al – Furqan terkait bagaimana komunikasi toleransi yang diterapkan pihak pengurus masjid. Komunikasi adalah hal utama yang menjadi dasar kebutuhan manusia untuk mejalin hubungan yang baik dengan sesama sebagai makhluk sosial . Komunikasi tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, tujuan komunikasi sebenarnya adalah agar seseorang dapat menyampaikan gagasan dan pemikirannya, mendapatkan informasi baru, membangun hubungan sosial yang baik. Kemampuan komunikasi yang baik terhadap orang lain dapat menjadi langkah awal kepercayaan seseorang tercipta. Dapat mengenal orang baru serta mendapatkan penglaman baru akan didapatkan setiap kali seseorang memulai komunikasi. Tanpa adanya komunikasi dalam kehidupan seseorang akan terasa hampa, tidak dapat menjalin hubungan dengan individu lain dan juga tidak akan mendapatkan kehidupan yang lebih berkembang. Pentingnya mempelajari ilmu dalam berkomunikasi agar dapat meminimalisir perkataan yang dapat melukai atau menyakiti perasaan orang lain. Semakin baik dalam melakukan komunikasi maka semakin besar juga keuntungan positif yang didapatkan. Tanpa mengetahui tata cara berkomunikasi yang baik dan benar dapat memmicu terjadinya kesalahpahaman yang menyebabkan konflik baru.

Toleransi sama penting seperti halnya berkomunikasi, ‘toleran’ artinya menerima dengan sabar. Menerima setiap perbedaan yang ada dengan lapang hati dan tidak bersikap egois atas keinginan diri sendiri. Toleransi adalah perilaku yang diterapkan oleh seseorang dalam mengahargai apapun perbedaan yang ada baik secara perilaku, kebiasaan, keyakinan dan menerimanya semua perbedaan yang ada dengan lapang dada. Kerukunan dalam beragama serta ketenangan saat melakukan ibadah keagamaan adalah tujuan dari toleransi beragama. Jika setiap golongan beragama yang ada menerapkan sikap ini maka kehidupan sosial yang harmonis dalam beragama akan menjadi tujuan bersama. Tidak memprovokasi golongan lain untuk memicu terjadinya konflik juga termasuk sikap toleransi beragama. Sikap toleransi yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al – Furqan saat pelaksanaan acara 17 Agustus di Desa Jenggot antara lain memperbolehkan siapapun untuk menggunakan kamar mandi masjid tanpa pengecualian. Selain itu pihak masjid juga menyediakan air mineral dingin secara gratis yang dapat diambil oleh siapun dan kapapun tanpa ada batas maximum pengambilan. Memperbolehkan latar depan masjid digunakan sebagai parkir area bagi warga yang ingin memonton acara 17 Agustus tanpa dipungut biaya sepeser pun. Sikap toleransi ini tidak semata – mata hanya dilakukan oleh pihak masjid. Namun para warga juga melakukan hal sama seperti saat adzan berkumandang pihak panita 17 Agustus melakukan break sejenak hingga adzan selesai berkumandang. Sikap toleransi toleransi yang ada di Desa Jenggot terjalin dan terwujud dengan sangat baik dan harmonis. Setiap warganya memiliki sikap peduli satu sama lain dan menolong siapapun yang sedang membutuhkan pertolongan.

B. Toleransi Dalam Berinteraksi

Toleransi dalam berinteraksi artinya menghormati siapapun yang menjadi lawan bicaranya. Tidak menyudutkan golongan tertentu, dan menerima apa yang telah menjadi pilihan orang lain. Toleransi juga diartikan suatu sikap yang tidak menyimpang dari aturan dan juga sikap menghormati antar sesama . Sikap menghormati tidak hanya berlaku pada seseorang yang lebih muda namun yang lebih tua juga harus menghormati yang lebih muda. Interaksi adalah tindakan ikatan sosial antar individu yang dibangun dengan tujuan agar dapat mempengaruhi anatar individu dengan individu lainnya. Interaksi sosial tidak hanya dilakukan oleh usia atau gender tertentu namun interaksi sosial bersifat umum dan sangat memungkinkan untuk siapapun melakukan interaksi sosial. Terlebih jika kita berperan sebagai yang lebih tua adalam berinteraksi, diharuskan menjadi teladan yang baik agar dapat menciptakan ikatan yang netral tanpa memihak siapapun. Meluruskan kesalahapahaman yang ada dengan baik - baik tanpa adanya unsur kekerasan dan menyakiti perasaan orang lain. Sikap toleransi dalam berinteraksi juga diterapkan oleh para pengurus Masjid Al – Furqan sebagai contoh pada saat musyawarah bersama mahasiswa KKN-T di Desa Jenggot. Menghormati apa yang telah mahasiswa putuskan dan para pengurus masjid menerima gagasan tersebut dengan senang hati dan memusyawarhkan keputusan tersebut agar mendapatkan kemufakatan bersama . Memberikan contoh sikap teladan secara langsung dapat lebih efektif daripada hanya menjelaskan teori saja. Dengan memeberikan contoh secara langsung menghasilkan efek yang lebih positif.

Simpulan

Komunikasi toleransi dapat menjadi bagian awal dalam menciptakan kehidupan bertetangga yang harmonis dan damai. Menghindari pertengkaran yang disebabkan karena tidak dapat menghargai adanya perbedaan. Maka setiap perbedaan dapat dikomunikasikan dengan baik dan bijak agar terwujudnya hasil yang positif. Sikap toleransi juga sama pentingnya dengan komunikasi toleransi, karena keduanya merupakan bagian dalam mewujudkan pedoman hidup yang harmonis, rukun, dan damai. Tidak cukup hanya memahami arti toleransi,tetapi juga harus merealisasikan apa yang menjadi arti toleran. Toleransi artinya membebaskan setiap orang untuk memiliki hak, kepercayaan dan pendapatnya sendiri namun didalamnya ada aturan dan batasan yang harus diterapkan.

Dari proses komunikasi toleransi yang baik dapat menghasilkan sikap toleransi yang baik pula. Menumbuhkan rasa hormat kepada siapapun dapat diajarkan sedari usia dini. Agar tumbuh menjadi kebiasaan yang baik untuk selalu menghormati tanpa pandang bulu. Menghormati orang lain juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menghargai diri sendiri. Memiliki rasa peduli terhadap orang lain menjadikan seseorang tumbuh dengan positif. Amalkan setiap perilaku baik dan hindari perilaku yang berpotensi merugikan diri sendiri maupun orang lain.

References

  1. B. A. Karim, “Teori Kepribadian dan Perbedaan Individu,” Education and Learning Journal, vol. 1, no. 1, pp. 45, 2020, doi: 10.33096/eljour.v1i1.45.
  2. G. Pascarella et al., “COVID-19 diagnosis and management: a comprehensive review,” Journal of Internal Medicine, vol. 288, no. 2, pp. 2020, doi: 10.1111/joim.13091.
  3. S. U. Hasanah, “KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DALAM RANGKA PEMBINAAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN SISWA,” Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, vol. 3, no. 2, pp. 1443, 2019, doi: 10.31571/pkn.v3i2.1443.
  4. A. F. Sari, “ETIKA KOMUNIKASI,” TANJAK: Journal of Education and Teaching, vol. 1, no. 2, pp. 152, 2020, doi: 10.35961/tanjak.v1i2.152.
  5. A. H. Hernawan, “Strategi Pembelajaran di SD,” in Hakikat Strategi Pembelajaran, pp. 2018.
  6. F. T. Tumuatja, Z. Singal, and Y. Santie, “INTERAKSI SOSIAL DALAM MEMBANGUN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BOWOMBARU KABUPATEN TALAUD,” JURNAL PARADIGMA: Journal of Sociology Research and Education, vol. 2, no. 2, pp. 1913, 2021, doi: 10.53682/jpjsre.v2i2.1913.
  7. G. P. Gultom and N. Atnan, “PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DENGAN MURID BERKEBUTUHAN KHUSUS,”.
  8. M. L. Angsori, “Makalah Model-model Komunikasi,” Ilmu Komunikasi, vol. 13, no. 6, pp. 2019.
  9. M. F. A. A. Rosyidi, “Konsep toleransi dalam islam dan implementasinya di masyarakat Indonesia,” Jurnal Madaniyah, vol. 9, no. 3, pp. 2019.
  10. A. Atabik, “Harmonisasi Kerukunan Antar Etnis dan Penganut Agama di Lasem,” FIKRAH, vol. 4, no. 1, pp. 1511, 2016, doi: 10.21043/fikrah.v4i1.1511.
  11. M. Prawiro, “Pengertian Komunikasi: Memahami Apa Itu Komunikasi, Tujuan, Fungi, Jenis, dan Prosesnya,” Maxmanroe, pp. 2020.
  12. R. S. Muharam, “Membangun Toleransi Umat Beragama di Indonesia Berdasarkan Konsep Deklarasi Kairo,” Jurnal HAM, vol. 11, no. 2, pp. 269-283, 2020, doi: 10.30641/ham.2020.11.269-283.
  13. P. V. Y. Yamlean et al., “Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 2, no. 1, pp. 2014.
  14. L. Denissa, Y. A. Pialang, P. Widodo, and N. Y. Damayanti Adidsasmito, “Fenomena Intertekstualitas Fashion Karnaval di Nusantara,” Panggung, vol. 26, no. 4, pp. 214, 2016, doi: 10.26742/panggung.v26i4.214.
  15. D. H. Didik Hariyanto, Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi. pp. 2021, doi: 10.21070/2021/978-623-6081-32-7.
  16. I. Syaifudin, “INTERAKSI SOSIAL DALAM MEMBANGUN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DUSUN DODOL DESA WONOAGUNG KECAMATAN KASEMBON KABUPATEN MALANG,” J-PIPS (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), vol. 4, no. 1, pp. 7300, 2017, doi: 10.18860/jpips.v4i1.7300.
  17. R. Ginanjar and S. Gustiawati, “PENINGKATAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI DESA BANYUASIH,” Abdi Dosen: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, vol. 4, no. 3, pp. 680, 2020, doi: 10.32832/abdidos.v4i3.680.