Abstract
Memorizing the Qur’an is a significant religious achievement, especially during elementary school years. However, students at SD Muhammadiyah 1 Sedati face difficulties in this regard. This study explores these challenges, focusing on factors like age, academic workload, and family support. Through qualitative methods including interviews and questionnaires, it was found that these factors significantly affect students' cognitive abilities and comprehension of the Al-Quran text. The study aims to provide insights for educators, parents, and policymakers to improve Qur’an learning at the elementary level, thus enhancing students' religious achievements and overall development.
Highlight:
- Age, workload, family impact memorization.
- Understanding challenges crucial for improvement.
- Insights enhance religious achievements and development.
Keywords: Qur’an memorization, elementary school, challenges, religious education, Muhammadiyah 1 Sedati.
Pendahuluan
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, memegang peran sentral dalam kehidupan kaum Muslim. Penghafalan Al-Quran merupakan suatu amal ibadah yang tinggi nilainya dan dianggap sebagai prestasi luhur dalam dunia keilmuan agama. Di usia sekolah dasar (SD), masa keemasan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan keagamaan mereka, penghafalan Al-Quran menjadi salah satu aspek penting yang dituju. Namun, penghafalan Al-Quran pada siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati tidaklah mudah. Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses belajar dan menghadirkan tantangan yang harus dihadapi. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh [1] bahwa untuk membuat visi misi mejadi sukses dalam kegiatan menghafal Al Qur'an di tingkat sekolah dasar (SD) memerlukan pengajar yang mumpuni dan profesional dalam membimbing dan membina proses menghafal anak-anak. Penelitian yang ditulis oleh [2] menyebutkan bahwa dengan pembelajaran membaca dan menghafal diupayakan agar siswa dapat membaca dengan benar sesuai hukum tajwid, menghafal, serta berupaya memahami isi kandungannya, setidaknya pada surat-surat dan ayat-ayat yang tertera dalam materi kurikulum pembelajaran agama islam. Dengan kemampuan membaca diharapkan siswa mampu lebih mudah untuk memahami isi kandungan dari ayat-ayat yang dipelajari, dan dengan hafalan diharapkan siswa termotivasi untuk mengamalkan ayat-ayat tersebut dalam keseharian yang dapat mempertebal keimanan dan memotivasi untuk berakhlak mulia sesuai tuntunan Al Quran sebagai wujud generasi yang memiliki keimanan, kecerdasan, kemandirian, keterampilan dan akhlak mulia. Penelitian yang ditulis oleh [3] penelitian ini melestarikan (menjaga) Al-Quran dilakukan dengan menghafalnya agar tetap terjaga dalam dada. untuk melestarikan hafalan diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Metode muraja’ah adalah metode mengulang hafalan, baik hafalan baru maupun hafalan lama yang disampaikan kepada orang lain. Dalam hal ini santri dapat memperdengarkan muraja’ah hafalannya kepada Ustadz/Ustadzah, santri maupun masyarakat. Penelitian yang ditulis oleh [4] menyebutkan bahwa sistem mengulang hafalan yang sudah dihafal (takrir) biasanya dilakukan oleh santri yang menghafal Al-Qur‟an yang sudah mendapat hafalan minimal 1 juz (20 halaman). Bagi santri yang baru menginjak juz 1- juz 5, maka hafalan yang diulang hanya ½ juz atau 10 halaman. Menurut [5] Menghafal Al-Qur’an merupakan tugas dan tanggung jawab yang mulia, setiap orang pasti bisa menghafal tetapi tidak semua orang bisa menghafal dengan baik. Masalah yang dihadapi orang untuk menghafal Al-Qur’an memang banyak dan bermacam-macam. Mulai dari minat, lingkungan, pembagian waktu, metode menghafalnya dan lain-lain
Menghafal Al-Quran bukanlah sekadar menghafal teks, tetapi juga memahami dan menghayati setiap ayat serta maknanya. Hal ini memerlukan kesabaran, ketekunan, dan kedisiplinan yang tinggi. Siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati yang masih berada di usia belajar ini, secara psikologis dan perkembangan kognitif mereka berbeda dengan siswa yang lebih tua. Oleh karena itu, proses menghafal Al-Quran pada tingkat ini mungkin memerlukan pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai. Selain faktor usia, kesibukan siswa dalam kurikulum sekolah formal juga dapat menjadi kendala. Dalam usaha untuk mengakomodasi kurikulum akademik, waktu dan energi yang dialokasikan untuk menghafal Al-Quran seringkali terbatas.
Dalam artikel ini, kami akan menggali lebih dalam mengenai analisis kesulitan yang dihadapi siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati ketika belajar menghafal Al-Quran. Selain itu, lingkungan dan dukungan keluarga juga memainkan peran krusial dalam proses belajar siswa. Keluarga yang mendukung dan mendorong siswa untuk menghafal Al-Quran cenderung menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung bagi anak-anak mereka. Namun, jika dukungan keluarga kurang atau bahkan tidak ada, siswa mungkin merasa kesulitan dan kurang termotivasi untuk terus berjuang dalam proses penghafalan.
Faktor lain yang tidak boleh diabaikan adalah metode dan strategi pengajaran yang digunakan oleh guru atau pengajar Al-Quran. Pengajaran yang inovatif, interaktif, dan sesuai dengan gaya belajar siswa SD dapat membantu mengatasi kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penghafalan. Hal ini bisa menyebabkan siswa kehilangan fokus dan konsentrasi saat belajar menghafal Al-Quran.
Metode
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang kesulitan yang dihadapi siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati dalam menghafal Al-Quran. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi persepsi, pengalaman, dan pandangan subjek secara detail.
Teknik pengumpulan data terdiri dari berbagai metode pengumpulan data yang relevan untuk menggali analisis kesulitan menghafal pada siswa tahfidz camp SD Muhammadiyah 1 Sedati. Peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi: digunakan untuk mengamati proses belajar menghafal Al-Quran pada siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati dalam lingkungan sekolah.
b. Wawancara: wawancara mendalam akan dilakukan dengan siswa, guru pengajar Al-Quran, dan orang tua untuk memahami persepsi dan pengalaman mereka terkait kesulitan dalam penghafalan Al-Quran.
c. Dokumentasi: digunakan untuk mengumpulkan beberapa dokumen peristiwa yang terdapat dalam penelitian. Hasil penelitian metode observasi dan wawancara, akan lebih dapat dipercaya kalau dengan didukung berupa foto. Data yang akan diambil dalam penelitian di masjid SD Muhammadiyah 1 Sedati ini meliputi dokumentasi berupa foto-foto selama proses pelaksanaan kegiatan tahfidz camp di hari rabu dan sabtu di SD Muhammadiyah 1 Sedati..
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis lapangan dari Miles dan Huberman dengan empat cara, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan:
1. Pengumpulan Data: dengan cara turun langsung ke lapangan dan melaksanakan teknik pengumpulan data yakni dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data ini dilakukan peneliti untuk dapat memperoleh data yang sebenarnya. Lalu tahap selanjutnya yaitu reduksi data.
2. Reduksi Data: mereduksi data yaitu merangkum, menetapkan tujuan penelitian secara jelas dan spesifik seperti kesulitan siswa dalam menghafal Qur’an pada progam tahfidz camp SD Muhammadiyah 1 Sedati. Pada kegiatan reduksi data, peneliti menelaah kembali seluruh catatan yang diperoleh melalui teknik wawancara, dan observasi.
3. Penyajian data: dalam penelitian ini digunakan untuk menyusun kembali segala informasi yang diperoleh baik dari hasil wawancara dan observasi selama kegiatan. Data tersebut diambil dan dilakukan penyederhanaan dalam reduksi dataز
4. Penarikan kesimpulan: dengan mendiskusikan hasil penelitian dan merekomendasikan tindakan yang relevan untuk menganalisis kesulitan siswa dalam menghafal Qur’an pada progam tahfidz camp SD Muhammadiyah 1 Sedati.
Hasil dan Pembahasan
A. Faktor Kesulitan Dalam Menghafal Al-Qur'an
Usia Siswa, dari hasil wawancara pada peserta Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati rata-rata siswa berusia 7 sampai 9 tahun. Anak-anak pada saat usia tersebut memiliki tingkatan konsentrasi yang rendah yang dapat menimbulkan siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati mudah sekali merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan menghafalan AL Qur’an. Walaupun guru memberikan solusi pembetulan makhorijul huruf, kuis sambung ayat tetapi siswa akan tetep bosan dan terasa jenuh ketika sudah sampai pada surat selain Juz Amma, contohnya jika sudah memasuki juz 29. Untuk menanggulangi beberapa upaya penghambat ini dengan diberikannya solusi oleh Asatidzah Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati yaitu selalu memberikan motivasi kepada siswa dan selalu mengupayakan memberi kabar kepada orang tua anak tentang informasi hafalan siswa yang sanngat memerlukan dukungan antara pihak orang tua dan pengampu tahfidz Ustadz Uastadzah pembina Tahfidz Camp.
Tingkat Kemampuan, menghafal Al Qur’an memerlukan kefasihan kemampuan dalam mengingat ayat dan pelafalan makhorijul huruf. Apabila siswa penghafal yang belum lancar dalam mengingat bunyi ayat dan makhorijul huruf, hal tersebut bisa menjadikan penghambat dan merupakan sebab yang diantaranya bisa membuat siswa mengalami kesulitan menghafal dan lupa. Berdasarkan hasil wawancara dengan dua siswa yang mengikuti progam Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati bernama ‘N’ kelas 3 Umar Bin Khattab dan ‘A’ kelas 2 Abu Bakar Ash Shiddiq terkait kemampuan siswa dalam menghafal seperti : “Saya sering kali lupa ayat kak, contoh ayat 1 sampai 10 dari surat Al Mujadalah hafal. Lalu ayat selanjutnya kadang lupa awalnya kak”. (wawancara dengan peserta Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati yang bernama ‘N’ pada tanggal 26 Juli 2023 pada pukul 07.00 WIB). “Saya sering lupa awal ayat yang disetorkan kepada Ustadz padahal sudah mengahafalnya, karena dirumah tidak sempat murojaah karena lupa jika hari rabu ada Tahfidz Camp” (wawancara dengan siswa bernama ‘A’ kelas 2 Abu Bakar Ash Shiddiq pada tanggal 26 Juli 2023 pukul 06.45 WIB). Sama halnya dengan perkataan Ustadzah A sebagai berikut : “Kemampuan setap anak adalah berbeda-beda, salah satu anak ada yang tinggi kemampuan menghafalnya namun ada juga anak yang tingkat kemampuannya rendah, satu sama lain tidaklah sama. Dengan demikian kompetensi guru tahfidz sangat berpengaruh ketika kemampuan anak mengalami kesulitan menghafal. Kompetensi dan profesionalitas guru juga bagus ini bisa mengimbangi anak dalam proses menghafal”. (wawancar Ustadzah A tanggal 26 juli 2023 pukul 07.15 WIB). Berikut yang disampaikan oleh Ustadzah M yang berkaitan dengan kemampuan siswa “Tingkat kemampuan dalam menghafal Al Qur’an pada anak-anak berbeda-beda dan tidak sama. Ada siswa yang lambat dan ada yang cepat hafal dalam tiap murojaah”. (wawancara Ustadzah M tanggal 26 Juli 2023 pukul 07.30 WIB). Hasil pemaparan tersebut disimpulkan bahwa kemampuan setiap anak berbeda-beda dalam proses menghafal Al Qur’an. Beberapa siswa kuat ingatannya ketika menghafal Al Qur’an sehingga memudakan siswa menghafal dengan cepat. Dilain itu ada siswa yang lambat dalam menghafal yang dengan sebab itu menjadikan salah satu sebab kesulitan anak dalam proses menghafal Al Qur’an. Dengan adanya perbedaan kemampuan pada siswa, sekolah menargetkan semampunya anak dalam jumlah ayat yang disetorkan tiap pertemuannya di hari rabu dan sabtu. Setiap siswa menyetorkan minimal 5 ayat dari yang sudah dihafal sebelumnya, hal tersebut dikarenakan perbedaan kemampuan siswa dalam menghafal. Apabila target tuntas juz yang tinggi pada sekolah, ini akan membuat siswa tertekan dan membuat jenuh ketika siswa menghafal dengan waktu yang sangat terbatas. Sistem pelaksanaan progam Tafidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati Kabupaten Sidoarjo yaitu siswa menyetorkan hafalannya yang telah dihafal minimal 5 ayat kepada guru Tahfidz Camp pada hari rabu dan sabtu dengan berbaris memanjang menunggu giliran setiap pertemuannya. Setelah siswa selesai setoran hafalannya lalu guru yang menyimak mencatat hasil setoran hafalan siswa pada buku khusus monitoring progam Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati kemudian akan direkap kembali. Setelah proses rekap bagi siswa yang sudah mencapai 1 juz maka diikutkan tasmi’ per juz sebagai evaluasi dan juga melancarkan hafalan untuk memberikan predikat mutqin/lancar yang dimana siswa berhak untuk lanjut ke juz selanjutnya dan mencicil menghafal per surat kembali. Sebelum acara wisuda Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati bagi anak yang sudah mengikuti tasmi’ 1 juz maka akan dikumpulkan untuk diadakan ujian kembali sambung ayat secara acak surat yang dihafal. Dengan ini guru bisa mengetahui anak sudah mutqin lancar atau belum untuk bisa lanjut pada surat atau juz baru.
Malas, timbul dapat disebabkan adanya emosional pada peserta didik yang tidak dikontrol. Malas muncul dikarenakan anak merasa bosan dan tidak adanya keinginan naik tingkat. Adanya sifat malas ini menjadi penghambat bagi siswa dalam proses menghafal sehingga siswa sulit naik tingkap pada tahap berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati yakni ‘R’ kelas 4 Umar Bin Khattab sebagai berikut “Terkadang malas saat setoran kak, karena lupa ayat terus. Jadi waktu setoran beberapa kali masih lupa dan salah sehingga malas lagi setorannya”. (wawancara siswa bernama ‘R’ kelas 4 Umar Bin Khattab jam 06.30 WIB). Hal serupa yang disampaikan oleh Ustadz F berkaitan salah satu penyebab malas hingga sulit naik tingkat “Malas ini muncul akibat adanya beberapa faktor. Misal siswa yang jenuh dan muncul kebosanan pada hafalannya. Kegiatan yang tidak berkaitan dengan menghafal padat dan banyak. serta rasa ingin bermain yang tinggi”. (hasil wawancara dengan Ustadz F 26 Juli 2023 jam 07.40 WIB). Sama halnya yang disampaikan oleh Ustadz T berkaitan sifat malas ini menjadikan siswa kesulitan menghafal Al Qur’an dengan contoh berikut, “alasan yang bisa membuat siswa merasa sulit dalam menghafal Al Qur’an yaitu salah satunya malas. keberagaman pada kemampuan anak ini disebabkan karena jumlah anak yang menghafal banyak sehingga pencapaian berbeda-beda. Ada siswa rajin setor namun ada siswa juga yang malas setor, banyak contoh dari rasa malas ini. Misal malas setor untuk menambah ayat hafalan, lalu siswa ada pula yang malas mengulang untuk memurojaah hafalan”. (hasil wawancara Ustadz T tanggal 26 Juli 2023 pukul 07.45 WIB).
B. Dampak Kesibukan Akademik
Pada bagian ini, penelitian akan membahas dampak kesibukan akademik yang dihadapi siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati dalam proses menghafal Al Qur’an. SD Muhammadiyah 1 Sedati memiliki jam efektif belajar hari senin sampai jum’at selama 7 jam lebih 45 menit. Dimana jam efektif dimulai pukul 07.00 dan berakhir pukul 13.45 WIB. Progam Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati dilaksanakan 1 pekan 2 kali. Yakni hari rabu dan sabtu yang dimulai pukul 06.30 sampai 08.00 WIB. Dari terbatasnya waktu progam khusus Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati untuk menghafal Al Qur’an peneliti merasa terlalu sedikit dan terbatas jamnya. Banyaknya aktivitas diluar jam Tahfidz Camp juga dapat membuat pengaruh pada hafalan anak. Karena anak akan hilang konsentrasi dan sibuk kegiatan diluar hafalan yang menjadikan lupa untuk setor menambah ayat yang di hafal.
Dukungan Keluarga Mempengaruhi Keberhasilan dan Motivasi. Pada bagian ini, penelitian akan membahas dukungan keluarga mempengaruhi keberhasilan dan motivasi yang dihadapi siswa SD Muhammadiyah 1 Sedati dalam proses menghafal Al Qur’an. Perhatian monitoring orangtua dirumah sangat dibutuhkan oleh siswa Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati. Banyak orang tua murid kegiatannya bekerja, sehingga membuat kegiatan anak dirumah tidak maksimal dikontrol dan sangat minim sekali untuk murojaah hafalan Al Qur’an yang telah dihafal siswa dalam progam Tahfidz Camp. Hal yang sama juga dituturkan oleh Ustadzah A sebagai berikut, “Salah satu faktor lain yaitu peran orang tua yang kurang dalam kegiatan membimbing siswa Tahfidz Camp adalah kendala utama siswa. Ketika anak minim bimbingan dan kontrol dari orang tua mereka, sehingga berdampak pada target hafalan siswa. Ketika siswa minim dengan kontrol dan bimbingan orang tua dirumah akhirnya siswa jadi lupa hafalan Al Qur’an yang mereka kantongi sebagai hafalan” (wawancara Ustadzah A tanggal 26 juli 2023 pukul 07.15 WIB). Hal yang serupa disampaikan oleh guru Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati yakni Ustadz F terkait dukungan dan motivasi dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam menghafal yaitu sebagai berikut, “Orang tua berperan penting dirumah perlu mendukung, memberi nasehat dan memberi semangat apabila anak terlihat menurun semangat hafalannya dalam menghafal. Jikalau orang tua terbatas akan ilmu menghafal Al Qur’annya atau tidak ada waktu untuk mendampingi murojaah siswa setidaknya memanggil guru privat khusus dirumah untuk fokus dengan hafalan Al Qur’an siswa. Adanya pendampingan dan monitoring orang tua dirumah dapat menjadikan siswa lebih semangat dan memotivasi lebih baik dalam menghafal Al Qur’an”. (wawancara Ustadz F tanggal 26 Juli 2023 pukul 07.40 WIB(.
C. Memberikan RekomendasiI
Bagi Pendidik Tahfidz Camp, sebagai pendidik Tahfidz Camp Sd Muhammadiyah 1 Sedati dalam membina siswa menghafal Al Qur’an bisa lebih tegas lagi ketika sudah terlihat siswa merasa malas untuk setoran hafalan baru dan juga dalam hal murojaah. Para asatidz atau asatidzah dapat menggunakan berbagai macam media seperti rekaman imam-imam terkenal dan variasi metode pengajaran/pembinaan yang digunakan serta didukung dengan pemberian motivasi-motivasi kepada siswa Tahfidz Camp SD Muhammadiyah 1 Sedati untuk terus meningkatkan hafalannya sebaik mungkin. Guru Tahfidz telah diharapkan melaksanakan upaya-upaya yang sangat baik bagi kemajuan siswa dalam menghafal Al Qur’an dan hal ini sangat sesuai dengan misi dari SD Muhammadiyah 1 Sedati sendiri yaitu “Mencetak Generasi Qur’ani yang Hafidz dan Berprestasi”.
Bagi Orang Tua, peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak belajar menghafal Al Qur’an. Orang tua yang baik memberikan contoh yang baik, terkhusus jika orang tua memasukkan anak-anaknya dalam progam unggulan Tahfidz Camp SD Muhammasiyah 1 Sedati. Agar anak bisa lebih semangat dan termotivasi, orang tua pun bisa ikut untuk menghafal Al Qur’an. Dengan begitu anak akan bisa mencontoh dari kedua orang tuanya. Beberapa strategi yang bisa peneliti contohkan untuk orang tua yang anaknya mengikuti progam Tahfidz Camp yaitu dengan membuat jadwal dalam menghafal Al Qur’an secara rutin, memberikan fasilitas pada anak misalnya mendatangkan guru privat khusus dirumah untuk belajar Al Qur’an fokus murojaah hafalan dan ziyadah/menambah hafalan dirumah dengan begitu jika waktu Tahfidz Camp siswa hanya tinggal setoran kepada Ustadz/Ustadzah agar lebih efektif dalam mencapai target hafalan Al Qur’an pada siswa, menciptakan lingkungan yang mendukung misalnya didalam rumah di nyalakanlah murotal juz yang sedang dihafal oleh siswa pada progam Tahfidz Camp dan tidak menyalakan musik-musik fasiq selain murotal, memahami perkembangan anak dengan tidak menuntut untuk menghafal terlalu banyak karena anak akan merasa tertekan dan menghafal menjadi tidak efektif, konsisten dalam membimbing anak menghafal Al Qur’an, dan memberikan reward atau hadiah pada anak setiap selesainya 1 surat dengan lancar atau mutqin karena hal tersebut dapat membuat anak bahagia atas usahanya dalam menghafal Al Qur’an serta menambah semangat untuk menghafal surat selanjutnya.
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi peneliti dan untuk membandingkan hasil penelitian serta sebagai kajian penting yang dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ilmiah yang telah diteliti oleh [6] Fitriani yang berjudul penelitian “Kesulitan Anak Kelas V Dalam Usaha Menghafal Surat Juz Amma di SD Muhammadiyah 1 Pontianak”. Hasil kegiatan penelitian yang menghasilkan faktor anak kelas lima V mengalami kesusahan dalam menghafal Juz Amma pada saat bertemu ayat yang dirasa panjang, Tingkat kompetensi anak yang beragam dalam proses menghafal, dan ada juga anak yang tidak semangat, karena hal ini telah ditemukan bacaan yang banyak salah dan tertinggal jauh dari temannya, dan kurang dukungan dari orang tua ditumah yang mengakibatkan anak sulit menghafal Juz Amma. Usaha guru tahfidz dan guru agama memberikan solusi pada anak yang kesusahan dalam menghafal Juz Amma dengan cara talaqqi membenarkan ketika ada bacaan anak yang salah pengucapan. Guru bersifat tegas dalam menasehati berkaitan mengulang murojaah hafalan. Selain pada jam. Guru yang telah menilai siswa setoran akan memberikan nilai dan tanda tangan di buku khusus setoran dengan tujuan agar dapat dilihat sampai mana kemampuan menghafal anak disekolah oleh orang tuanya dirumah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh [7] dengan judul penelitian “Upaya Mengatasi Kesulitan Menghafal Al Qur’an Surat-Surat Pendek Dan Hasil-Hasilnya Bagi Remaja Usia 13-18 Tahun Di Mushala Hidayatul Mubtadi’in Rt/Rw 018/009 Desa Kreyo Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon”. Adapun hasil dari penelitian tersebut, yaitu menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan kesulitan menghafal Al Qur‟an, yaitu: 1. faktor internal (intelegensi, kelelahan atau sakit, lupa, dan motivasi) 2. faktor eksternal (faktor keluarga, dan media massa atau media sosial). Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan melakukan pengumpulan data mengenai santri yang mengalami kesulitan menghafal tersebut, kemudian ustadz mengolah datanya, mendiagnosis, memberikan prognosis atau ramalan, memberikan treatment atau perlakuan khusus kemudian mengevaluasi upaya yang telah telah dilakukan apakah berhasil atau tidak. Hasil yang dicapai dari upaya tersebut adalah kemampuan membaca dan menghafal para santri tahfidz dengan fasih dan juga prestasi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh [8] dengan judul skripsi “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Kedisiplinan Siswa Melaksanakan Sholat Berjamaah di SMA Negeri 7 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menghafal Al-Qur‟an dengan menggunakan metode tahfidz saja anak masih sering merasa bosan maka cara agar anak tidak merasa bosan dan tertarik untuk menghafalkan Al-Qur‟an maka penggunaan media audio visual tentu dapat menarik minat dan kemauan anak. Penggunaan media audio visual seperti video tentunya akan membuat anak menghafal menjadi lebih menyenangkan. Observasi awal yang dilakukan peneliti adalah mengamati anak ketika anak menghafal Al-Quran dengan menggunakan media audio visual, dan melihat bagaimana efektivitas penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hafalan Al-Qur‟an pada anak kelompok B di TK Islam Pondok Sakinah. Selain mengamati anak peneliti juga mengamati guru dalam melakukan penggunaan metode ketika menghafal Al-Qur‟an didalam kelas. Serta melihat bagaimana minat dan ketertarikan anak ketika menghafal dengan menggunakan media audio visualز
4. Penelitian yang dilakukan oleh [9] dengan judul “Impelmentasi Kurikulum Muatan Lokal Dalam Mencapai Target Hafalan Al-Qur’an 4 Juz Di Sd Islam Annajah Jakarta Barat”. Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu ketika anak sudah terbiasa menghafal Al-Qur’an, maka anak juga akan mudah menangkap dan mengingat pelajaran. Di dalam pelaksanaan tersebut juga diperlukan upaya dari pihak sekolah untuk menunjang pelaksanaan kegiatan menghafal siswa, dan juga diperlukan dorongan dari berbagai pihak agar siswa mampu mencapai target hafalan sesuai yang telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataannya dalam melaksanakan program tahfiz Al- Qur’an ini masih terdapat banyak permasalahan serta hambatan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi fasilitas, tenaga pendidik, siswa, maupun pada pelaksanaannya. Guru yang dibutuhkan untuk membimbing siswa dalam menghafal Al-Qur’an tentunya harus disesuaikan dengan bidangnya agar pe-laksanaan program hafalan tersebut sesuai dengan tujuan dan harapan. Guru pembimbing menghafal tentunya diharapkan guru yang memang kompeten di bidang hafalan Al-Qur’an. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, baik dari tingkat kemampuan menghafal Al-Qur’an setiap anak yang berbeda-beda, kurangnya motivasi siswa dalam menghafal Al-Qur’an, kurangya minat siswa dalam menghafal Al-Quran dan lain-lain.
5. Penelitian yang dilakukan oleh [10] dengan judul “Metode Menghafal Al Qur’an Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Sdi Al Munawwarah Pamekasan”. Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu membuat inovasi baru dengan program “Menghafal Qur’an juz Amma” dengan harapan program tersebut dapat mengobati kecemasan dan kehawatiran masyarakat terhadap dampak negatif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga secara bersamaan Sekolah Dasar Islam Al Munawwarah betul- betul dapat membentuk anak didik yang akseleratif sesuai dengan dunianya.Program yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan Islam di usia dasar ini adalah QAZMU. Qazmu merupakan metode pembelajaran Al Qur’an yang berdasarkan “Qira’ah, Ziyadah dan Muroja’ah”. Dengan metode inovatif ini, perubahan pembelajaran yang dilakukan dewan pengajar ternyata mampu menumbuhkan semangat dan gairah dalam menghafal, bahkan anak didik semakin termotivasi untuk menambah jumlah hafalannya dan secara bersamaan anak didik dapat mengingat kembali hafalan yang sudah mereka dapat sebelumnya. Dalam metode ini para pengajar tahfidz menggunakan tiga poin penting dalam proses pembelajaran dan menghafalkan Al Qur’an. poin ini merupakan cara yang digunakan oleh para pengajar dalam proses menghafalkan Al Qur’an. Qiroah, Ziyaadah dan Muroja’ah adalah metode yang digunakan pada proses menghafalkan Al Qur’an.
6. Penelitian yang dilakukan oleh [11] dengan judul “Problematika Dan Solusi Menghafal Al-Quran Peserta Didik Kelas Xi Di Man 1 Oku Timur”. Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu beberapa hal yang menjadi problematika dari dalam diri peserta didik dalam menghafal Al-Quran adalah adanya sifat malas, mudah bosan, kurang mampu membaca Al- Quran dengan benar, menjadikan target hafalan dari sekolah sebagai beban, dan tidak semangat dalam menghafal. Sedangkan faktor dari luar diri peserta didik adalah mata pelajaran Tahfizh Quran di MAN 1 OKU Timur ini masuk ke dalam kurikulum sekolah, sehingga harus diikuti oleh seluruh peserta didik.
7. Penelitian yang dilakukan oleh [12] dengan judul “The Role of Islamic Religious Education Subject Teachers in Instilling Students' Religious”. Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu Seseorang guru agama tidak dituntut hanya untuk mengajarkan ilmu pendidikan agama yang merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah yang bertujuan guna mengembangkan, meningkatkan keagamaan serta ketakwaan dengan kiat penyajian serta pemberian materi yang memerlukan 3 pandangan pembelajaran, ialah pandangan kognitif, afektif serta psikomotorik yang bertujuan menghasilkan mukmin yang beragama serta bertakwa pada Tuhan Yang Mahaesa, adab bermoral agung dan mengabdi pada bangsa serta negara.
8. Penelitian yang dilakukan oleh [13] dengan judul “Analisis Penggunaan Model Menghafal Al-Qur’an di Usia Dini Di Pondok Tahfidz Anak Usia Dini Pondok Pesantren Tahfidz Karangasem”. Dengan hasil, yaitu Menghafal Al Qur’an metode bermain sambil menghafal yang dilakukan oleh anak usia dini dapat dengan mudah menstimulus otak dengan baik bagi anak-anak, proses menghafal di usia dini akan lebih mudah dengan detail dan kuat hafalannya.
9. Penelitian yang dilakukan oleh [14] dengan judul “Upaya Guru Al Islam Dalam Mendukunga Progam Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidz Darullughah Wadda’wah 4”. Dengan hasil kegiatan ini, ada beberapa faktor alasan yang bisa mempengaruhi target hafalan santri berbdeda-beda target. Faktor- faktor berikut adalah meliputi faktor internal dan eksternal pada tiap-tiap santri, karena tiap santri memiliki kompetensi yang berbeda dalam proses hafalan. Membutuhkan medote khusus dalam menghafal tiap santri sesuai keterampilannya.
10. Penelitian yang dilakukan oleh [15] dengan judul “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”. Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan.1 Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Simpulan
Hendaknya memberikan apreasinya kepada guru Tahfidz Camp sebagi reward dan menimbulkan semangat guru untuk menambah kualitas guru maupun siswa penghafal Al Qur’an. Selanjutnya sekolah mempertimbangkan lagi jam khusus Tahfidz Camp lebih banyak lagi karena progam Tahfidz Camp termasuk progam unggulan sekolah SD Muhammadiyah 1 Sedati yang memiliki branding “Sekolah Tahfidz” dan memiliki misi “Mencetak Generasi Qur’ani yang Hafidz dan Berprestasi”. Dan upayakan lebih giat serta teliti dalam melihat beberapa faktor kesusahan dalam meghafal surat dan ayat Al Qur’an pada anak. Untuk guru maupun pengampu Tahfidz SD Muhammadiyah 1 Sedati Kabupaten Sidoarjo dapat berlanjut secara optimal.
References
- L. N. Marsal, “Efforts of Teachers in Improving Children’s Ability to Memorize Short Surahs of the Qur’an in Kindergarten,” J. Fam. Educ., vol. 1, no. 3, pp. 27–33, 2021, doi: 10.24036/jfe.v1i3.15.
- M. Mustolih, D. Purnama Sari, and J. Warlizasusi, “Analysis of Students’ Difficulties in Reading and Memorizing the Qur’an (A Study on Students in Public Elementary School 120 Rejang Lebong),” J. Pendidik. Guru, vol. 4, no. 1, 2022, doi: 10.47783/jurpendigu.v4i1.443.
- I. A. Supriono and A. Rusdiani, “Implementation of Qur’an Memorization Activities for Students at LPTQ in Siak Regency,” J. Islamic Educ. Management, vol. 4, no. 1, pp. 54–64, 2019, doi: 10.15575/isema.v4i1.5281.
- T. Ulfa, “Analysis of Students’ Difficulties in Memorizing the Qur’an at Taῌfiẓul Qur’an Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak Islamic Boarding School,” pp. 1–23, 2020.
- W. Wika, “Issues in Qur’an Memorization for Children at Daarul ‘Ilmi Education Park Tahfidz Home in Sukarami Village, Selebar District, Bengkulu City,” Skripsi, Bengkulu State Islamic Institute, 2019.
- I. Fitrianni, “Difficulties of Grade V Students in Memorizing Surah Juz Amma at Muhammadiyah 1 Pontianak Elementary School,” 2019.
- Rumsari, “Efforts to Overcome Difficulties in Memorizing Short Surahs of the Qur’an and Their Results for Adolescents Aged 13-18 Years at Hidayatul Mubtadi’in Mosque in Kreyo Village, Klangenan District, Cirebon Regency,” 2020.
- A. N. Aini, “The Effectiveness of Audio-Visual Learning Media in Improving Qur’an Memorization Skills for Group B Children at Pondok Sakinah Islamic Kindergarten,” vol. 1, pp. 1–15, 2021.
- S. T. Rahmawati, “Implementation of Local Content Curriculum in Achieving the Target of Memorizing 4 Juz of the Qur’an at SD Islam Annajah West Jakarta,” vol. 10, no. 2, pp. 15–36, 2020.
- D. M. Anggraini, “Methods of Qur’an Memorization for Elementary School Children at SDI Al Munawwarah Pamekasan,” 2019.
- K. Emi, “Issues and Solutions in Memorizing the Qur’an for Class XI Students at MAN 1 East Oku,” 2023, [Online]. Available: http://repository.radenintan.ac.id/28450/%0Ahttp://repository.radenintan.ac.id/28450/1/cover-bab-1-2%26-daftar-rujukan-EMI.pdf.
- D. H. Muhammad and A. Susandi, “Journal of Contemporary Islamic Education (Journal CIE),” 2022, [Online]. Available: https://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/cie.
- D. Di, T. Anak, U. Dini, and T. Saqu, “Analysis of Various Qur’an Memorization Methods for Early Childhood,” Universitas Muhammadiyah Surabaya, vol. 7, pp. 21–35, 2021.
- N. Ainiyah, “Character Formation Through Islamic Religious Education,” 2020.
- Z. A. Imaduddin, “Efforts of Islamic Teachers in Supporting Qur’an Memorization at Darullughah Wadda’wah 4 Islamic Boarding School,” Nidhomiyyah J. Islamic Educ. Management, vol. 3, no. 1, p. 6, 2022.