Abstract
This study explores prosocial behavior among high school students, focusing on MAN Sidoarjo. Using a sample of 275 students, data was collected via a prosocial behavior scale and analyzed descriptively. Results indicate that while overall prosocial behavior is moderate, males exhibit lower levels compared to females. These findings emphasize the need to address gender differences in promoting prosocial behavior among high school students.
Highlights :
- Gender differences: The study highlights a notable gender disparity in prosocial behavior among high school students.
- Descriptive analysis: Utilizing a quantitative approach, the research provides a detailed description of prosocial behavior patterns.
- Implications for intervention: Findings underscore the importance of addressing gender differences to promote prosocial behavior in educational settings.
Keywords: Prosocial behavior, Gender disparity, High school students, Descriptive quantitative study, MAN Sidoarjo
Pendahuluan
Dunia pendidikan adalah sebuah harapan besar bagi orang tua, masyarakat, serta negara untuk mencetak generasi bangsa yang akan berperilaku baik, sopan santun, serta memiliki pengetahuan yang luas [1]. Didalam dunia pendidikan terdapat sekumpulan individu yang disebut sebagai siswa. Madrasah Aliyah (MA) merupakan pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan nasional [2]. Pada undang-undang nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, memperjelas posisi madrasah yaitu sebagai sekolah umum yang berciri khas agama islam. Madrasah Aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan pengelolaannya dilakukan oleh Kementrian Agama [3]. Pendidikan Madrasah Aliyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 hingga kelas 12 [4].
Masa remaja terdapat tiga tahapan yaitu masa remaja awal masuk dalam usia 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan masuk dalam usia 15 – 18 tahun dan masa remaja akhir masuk dalam usia 18 – 21 tahun [5]. Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai memahami dan mengembangkan kehidupan bermasyarakat. Pada masa ini individu membangun hubungan yang matang dengan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, mulai belajar menjalankan peran sosial, memperoleh dan kemudian mengembangkan norma-norma sosial sebagai pedoman dalam bertindak serta sebagai pandangan hidup [6].
Fase remaja ditandai dengan kondisi yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial [7]. Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa remaja terjadi perubahan sikap, nilai, dan perilaku. Perkembangan yang khusus juga mulai muncul dalam tahap ini seperti perkembangan konsep diri, keterampilan, serta belajar untuk menghargai lingkungan sekitarnya [8]. Tugas perkembangan pada masa remaja tengah adalah mempelajari keterampilan fisik untuk permainan umum, membangun sikap yang sehat mengenai diri, belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, mulai mengembangan peran sosial secara tepat, mengembangkan pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai, mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial, mencapai kebebasan pribadi, dan memperoleh tempat dalam kelompok sosial yang akan terwujud dalam perilaku prososial [7].
Perilaku prososial merupakan perilaku menyongkong kesejahteraan orang lain. Seperti, kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menolong, menyelamatkan, dan pengorbanan [9]. Selain itu perilaku prososial didefinisikan sebagai perilaku yang secara utama menguntungkan orang lain, sering digambarkan sebagai perilaku berbagi, membuat nyaman orang lain, mendonasikan hal-hal yang baik atau uang, melakukan secara sukarela, dan menolong [10]. Aspek-aspek perilaku prososial adalah menolong, membagi, kerjasama, kejujuran, menyumbang dermawan, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan mempunyai kepedulian terhadap orang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati berkaitan dengan prososial siswa di Kabupaten Pekalongan ada beberapa hal yang menunjukkan penurunan perilaku prososial. Sebesar 27,3% memiliki perilaku prososial rendah, 49,7% sedang dan 23% tinggi. Dari data tersebut memperlihatkan 27,3% menunjukkan perilaku prososial rendah dan menjadi pribadi yang rentan mengalami hubungan sosial yang kurang baik [12].
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifah & Haryanto dengan judul “perilaku prososial remaja pada siswa SMA atau sederajat yang mengikuti kegiatan ekstrakurikler” menunjukkan bahwa terdapat 139 siswa memiliki perilaku prososial rendah dengan nilai presentase sebesar 66% [13].
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Balengka, Khairun & Rahmawati dengan judul “perilaku prososial siswa dan implikasi program dalam bimbingan pribadi sosial” juga menunjukkan hasil bahwa 20% siswa memiliki perilaku prososial tinggi, 63% memiliki perilaku prososial sedang dan sebanyak 17% yang memiliki perilaku prososial rendah [14].
Fenomena yang terjadi saat ini, tentang banyaknya siswa yang memiliki tingkat prososial rendah karena kurangnya pengertian moral yang diberikan sehingga terjadi banyak khasus seperti pembullyan, dan pengeroyokan [15]. Hal tersebut juga terjadi di sekolah MAN Sidoarjo. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada menunjukkan bahwa siswa Madrasah Aliyah Negerei Sidoarjo memiliki permasalahan prososial yaitu kurang rasa saling tolong menolong, enggan untuk berbagi, sering berbohong kepada temannya dan banyak siswa yang tidak peduli dengan temannya yang kesusahan.
Perilaku prososial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, yang terdiri dari guilt dan mood. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan individu yang terdiri dari norma sosial, similarity, dan helper dispositions. Karakter atau helper dispositions terdiri dari per-sonality trait, gender dan religious faith [10].
Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran perilaku prososial yang dimiliki oleh siswa MAN Sidoarjo. Penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku prososial pada siswa MAN Sidoarjo agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan kegiatan belajar selanjutnya.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, bertujuan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik variabel dependen atau variabel independen tanpa membuat perbandingan atau mengkorelasikan antara dua variabel [16]. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa SMA MAN Sidoarjo yang berjumlah 1.380 siswa. Sampel penelitian berjumlah 270 siswa berdasarkan tabel Isaac & Michael dengan taraf kesalahan 5%. Teknik sampling yang digunakan adalah Aksidental sampling.
Perilaku prososial diukur dengan menggunakan skala perilaku prososial yang diadopsi dari penelitian Nisa berdasarkan aspek yaitu perilaku berbagi perasaan, kerjasama, menyumbang, menolong dan kejujuran [17].
Teknik pengumpulan data yang digunakan iadalah skala psikologi berupa skala perilaku prososial dengan model skala Likert yang diadopsi dari penelitian Nisa [17] dengan jumlah 21 aitem valid (0.281 – 0.693) dengan nilai reliabilitas sebesar 0,865. Analisis datai menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil penelitian
Jenis Kelamin | Jumlah | Persentase |
---|---|---|
Laki-Laki | 94 | 34,8% |
Perempuan | 176 | 65,2% |
Total | 270 | 100% |
A.
Berdasarkan tabel tersebut, distribusi subjek penelitian menurut jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 94 orang dan perempuan berjumlah 176 orang.
B.
Kelas | Jumlah | Persentase |
---|---|---|
X | 90 | 33,3% |
XI | 90 | 33,3% |
XII | 90 | 33,3% |
Total | 270 | 100% |
Berdasarkan tabel diatas, distribusi subjek penelitian menurut mnurut kelas yaitu pada kelas X berjumlah 90 siswa, pada kelas XI berjumlah 90 siswa dan pada kelas XII berjumlah 90 siswa
Gambar 1. merupakan gambaran dari tingkat kategori perilaku prososial pada siswa MAN Sidoarjo berdasarkan nilai total aitem. Diketahui tingkat kategori perilaku prososial pada siswa MAN Sidoarjo berada pada kategori sedang dengan nilai persentase sebesar 73% dan berjumlah 198 siswa yang berada pada kategori tersebut. Psebanyak 36 siswa dengan persentase sebesar 18,5% berada pada kategori rendah dan sebanyak 36 siswa dengan persentase 18,5% berada pada kategori perilaku prososial tinggi.
Jenis Kelamin | Nilai Rata—Rata | % Rendah | % Sedang | % Tinggi | ∑ Rendah | ∑ Sedang | ∑ Tinggi |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Laki-Laki | 71,76 | 21% | 60% | 19% | 20 | 57 | 17 |
Perempuan | 76,20 | 14% | 80% | 6% | 24 | 141 | 11 |
Pada tabel 3. merupakan gambaran dari tingkat kategori perilaku prososial pada siswa MAN Sidoarjo berdasarkan jenis kelamin. Diketahui tingkat kategori perilaku prososial pada siswa laki-laki MAN Sidoarjo lebih rendah dibandingkan dengan siswa perempuan. Siswa laki-laki memiliki nilai rata-rata perilaku prososial yaitu 71,76. Siswa perempuan pada MAN Sidoarjo memiliki nilai rata-rata 76,20. Siswa laki-laki terdapat 20 siswa yang memiliki kategori prososial rendah dengan persentase sebesar 21%, pada kategori sedang berjumlah 57 siswa dengan persentase sebesar 60% dan pada kategori tinggi sebesar 17 siswa dengan persentase sebesar 19%. Siswa perempuan terdapat 24 yang memiliki kategori rendah dengan persentase sebesar 14%, kategori sedang berjumlah 141 siswa dengan persentase sebesar 80% dan pada kategori tinggi terdapat 11 siswa dengan persentase sebesar 6%.
Kelas | Nilai Rata—Rata | % Rendah | % Sedang | % Tinggi | ∑ Rendah | ∑ Sedang | ∑ Tinggi |
---|---|---|---|---|---|---|---|
X | 75 | 16% | 72% | 12% | 14 | 65 | 11 |
XI | 74 | 14% | 66% | 10% | 14 | 66 | 10 |
XII | 68 | 12% | 71% | 17% | 11 | 64 | 15 |
Tabel 3. merupakan gambaran dari tingkat kategori perilaku prososial pada siswa MAN Sidoarjo berdasarkan tingkat kelas. Diketahui tingkat kategori perilaku prososial pada siswa kelas X MAN Sidoarjo memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan tingkat kelas yang lainnya, namun tidak begitu signifikan perbedaannya pada tingkat kelas XI dan siswa kelas XII memiliki nilai perilaku prososial paling rendah. Siswa kelas X memiliki nilai rata-rata perilaku prososial yaitu 75. Siswa kelas XI memiliki nilai rata-rata sebesar 74 dan siswa kelas XII memiliki nilai rata-rata sebesar 68. Kelas X terdapat 14 siswa yang memiliki kategori perilaku prososial rendah dengan persentase sebesar 16%, 65 siswa dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 72% dan 11 siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 12%. Pada kelas XI terdapat 14 siswa yang memiliki kategori rendah dengan persentase sebesar 14%, 66 siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 66% dan 10 siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 10%. Pada kelas XII terdapat 11 siswa yang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 12%, 64 siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 71% dan yang berada pada kategori tinggi sebesar 15 siswa dengan persentase sebesar 17%.
Kelas | Laki-Laki | Perempuan |
---|---|---|
X | 73,81 | 75,86 |
XI | 75,08 | 74,17 |
XII | 68,23 | 68,33 |
Tabel 5. merupakan gambaran dari tingkat kategori perilaku prososial pada tiap kelas siswa MAN Sidoarjo berdasarkan jenis kelamin. Diketahui pada kelas X siswa perempuan memiliki nilai perilaku prososial lebih tinggi (75,86) dibandingkan dengan siswa laki-laki (73,81). Kelas XI siswa laki-laki lebih tinggi (75,08) dibandingkan dengan siswa perempuan (74,17) dan pada siswa kelas XII terdapat perbedaan yang sangat kecil antara siswa laki-laki dan perempuan dimana siswa laki-laki memiliki nilai 68,23 dan siswa perempuan memiliki nilai 68,33.
Gambar 2. merupakan gambaran dari tingkat kategori perilaku prososial pada siswa MAN Sidoarjo berdasarkan rata-rata aspek. Diketahui tingkat kategori perilaku prososial pada aspek kerjasama memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan aspek yang lainnya dan pada aspek kejujuran memiliki nilai paling rendah. Perilaku prososial pada aspek kerjasama memiliki nilai rata-rata yaitu 25,03. Pada aspek menolong memiliki nilai rata-rata kedua dengan 13,63. Pada aspek menyumbang memiliki rata-rata sebesar 13,35. Pada aspek berbagi perasaan memiliki rata-rata aspek sebesar 13,27 dan yang terakhir pada aspek kejujuran memiliki nilai rata-rata sebesar 7.
B. Pembahasan
Berdasakan hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa lebih banyak siswa di MAN Sidoarjo yang memiliki perilaku prososial sedang. Hasil penelitian menunjukkan 73% siswa memiliki perilaku prososial sedang dan 18,5% siswa memiliki perilaku prososial rendah serta 18,5% siswa memiliki perilaku prososial tinggi. Aspek yang memiliki nilai paling tinggi yaitu aspek kerjasama yang mendapatkan nilai rata-rata 25,03 dan aspek kejujuran memiliki nilai paling rendah yaitu 7. Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa laki-laki memiliki nilai lebih tinggi yaitu 76,20 dibandingkan dengan perepmpuan yaitu 71,76. Hasil penelitian pada jenjang kelas diperoleh bahwa kelas X memiliki nilai rata-rata paling tinggi yaitu 75 dan tidak terlalu signifikan dengan kelas XI yang memiliki nilai rata-rata 74 namun sangat signifikan dengan kelas XII dengan nilai rata-rata 68.
MAN Sidoarjo juga telah menetapkan tindakan yang sama untuk membentuk moral yang baik pada siswa-siswi nya, sehingga berdampak pada perilaku prososial siswa yang baik. Seperti menanamkan karakter budi pekerti yang baik melalui pelajaran-pelajaran agama, kewarganegaraan, serta ekstrakulikuler kepramukaan. Faktor pola asuh orang tua juga mengakibatkan siswa memiliki perilaku prososial tinggi. faktor pola asuh yang demokratis akan menimbulkan perilaku prososial tinggi pada anak. Orang tua merupakan pendidikan utama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian pendidikan pertama terdapat pada keluarga [21]. Sedangkan menurut Harefa & Indrawati mengatakan bahwa siswa MI yang mendapatkan pendidikan yang baik didalam lingkungan sekolah dengan berbasis agama didukung ekstrakulikuler yang mampu untuk membentuk moral yang baik akan membentuk perilaku prososial tinggi pada diri siswa [23]. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makluk sosial. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral pada anak [22].
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bashori mengatakan bahwa anak berperilaku prososial disebabkan oleh faktor kerjasama, memperhatikan hak dan kewajiban orang lain [18]. Hal tersebut disebabkan oleh pola asuh orang tuanya dimana pembiasan-pembiasaan dirumahnya untuk saling tidak mengganggu atau berbuat jail dengan anggota keluarganya. Hal itu berpengaruh besar terhadap anak, sehingga terbawa pada lingkungan sekolah. Perilaku prososial terbentuk oleh proses belajar yang diberikan secara terus-menerus [19]. Bandura mengemukakan bahwa tindakan modeling seperti altruistic akan meningkatkan persepsi afeksi-diri terhadap kepercayaan seseorang untuk menolong orang lain. jika anak diberi contoh seperti itu secara terus-menerus maka, anak akan mengalami pembiasaan bertindak seperti itu [20].
MAN Sidoarjo memiliki perilaku prososial yang berbeda-beda pada setiap jenjang kelas yang ditempuhnya, hal tersebut dapat dilihat pada kelas X memiliki rata-rata 75, pada kelas XI memiliki rata-rata 74 dan pada kelas XII memiliki rata-rata 68. Menurut Piaget siswa atau anak yang berusia 7-11 tahun mengalami tahap ketiga dari keempat tahap perkembangan kognitif, yaitu tahap operasional konkret yang memiliki ciri-ciri bahwa anak-anak dapat berfikir secara logis. Yang artinya bahwa anak mampu mengambil keputusan atau tindakan dalam situasi apapun [24]. Selain itu Anzani & Insan menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya usia anak, maka anak semakin mampu untuk mendeteksi tanda-tanda jika temannya membutuhkan bantuan [25].
Perilaku prososial pada MAN Sidoarjo lebih banyak dialami siswa perempuan daripada siswa laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa perempuan yang berpeilaku prososial yaitu 76,20, dan siswa laki-laki yang berperilaku prososial yaitu dengan rata-rata 71,76. hasil tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tsaani pada penelitian tersebut juga mendapatkan hasil yang berbeda antara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan mendapatkan hasil lebih tinggi yang berperilaku prososial dibandingkan siswa laki-laki Perempuan lebih memiliki rasa kepedulian kepada sesama teman dibandingkan dengan laki-laki [26]. perempuan secara umum lebih peka terhadap ekspresi emosi dan tindakan empati, yang dapat mempengaruhi kemauan mereka untuk membantu orang lain dalam situasi sulit [11].
Menurut Santrock, anak laki-laki memiliki keterampilan aktifitas terkait motorik kasar yang lebih baik dibandingkan perempuan seperti melompat, lari, menendang, dll. Tetapi anak laki-laki cenderung lebih lambat dalam perkembangan bahasa dibandingkan anak perempuan. Keterlambatan bahasa memiliki konsekuensi kognitif, sosial, dan emosional yang lebih luas. anak perempuan lebih banyak menunjukkan perilaku prososial terhadap orang lain dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena pada anak perempuan mengalami peningkatan penalaran dalam moralnya jika dibandingkan dengan anak laki-laki. pada anak perempuan memiliki orientasi yang lebih besar terhadap kebutuhan dan kesejahteraan orang lain sehingga memungkinkan penurunan resiko perilaku mengganggu [27]. Menurut Eisenberg& Mussen perempuan lebih menunjukkan perilaku prososialnya daripada anak laki-laki. Stereotip gender yang beredar di masyaraat, bahwa anak perempuan lebih altruistic, sehingga anak perempuan cenderung menunjukkan perilaku prososialnya dibandingkan anak laki-laki [28].
Limitasi dari penelitian yang sudah dilakukan yaitu dalam penggunaan populasi peneliti masih di wilayah Madrasah Aliyah Negeri dimana masih banyak populasi yang lebih luas lagi. Saran untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan aspek psikologi lain yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Teknik sampling yang tidak random sehingga penelitian tidak bisa digeneralisasikan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada umumnya siswa MAN Sidoarjo memiliki perilaku prososial pada kategori sedang dengan nilai persentase sebesar 73% dan berjumlah 198 siswa yang berada pada kategori tersebut. Psebanyak 36 siswa dengan persentase sebesar 18,5% berada pada kategori rendah dan sebanyak 36 siswa dengan persentase 18,5% berada pada kategori perilaku prososial tinggi, hasil juga menunjukkan bahwa laki-laki lebih rendah dalam melakukan perilaku prososial daripada perempuan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu mengenai perilaku prososial pada Madrasah Aliyah. Hasil penelitian diharapkan dapat diimplikasikan dalam kegiatan belaar untuk memberi perlakuan yang lebih tepat yang akan membantu siswa dalam berperilaku menolong, membagi, kerjasama, kejujuran, menyumbang dermawan, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan mempunyai kepedulian terhadap orang lain. Diharapkan sekolah dapat memberikan pelatihan/wawasan mengenai menolong, membagi kerjasam maupun kejujuran dalam melakukan kegiatan belajar.
References
- M. Muslich, "Pendidikan karakter: menjawab tantangan krisis multidimensional," Bumi Aksara, 2022.
- M. Nursikin, "Eksistensi Madrasah dan sekolah Islam sebagai lembaga pendidikan islam dalam sistem pendidikan Nasional (studi kasus di MAN Yogyakarta III dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta)," Istawa J. Pendidik. Islam, vol. 3, no. 1, pp. 27–58, 2018.
- M. Huda, "Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia dan Upaya Penguatannya dalam Sistem Pendidikan Nasional," J. Islam. Educ. Res., vol. 1, no. 02, pp. 39–53, 2020.
- S. Sahmin, "Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Santri Terbaik di Madrasah Aliyah Swasta Dengan Menggunakan Metode ARAS," in Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS), 2019, vol. 1, no. 1.
- N. A. Agustriyana and I. Suwanto, "Fully human being pada remaja sebagai pencapaian perkembangan identitas," J. Bimbing. Konseling Indones., vol. 2, no. 1, pp. 9–11, 2017.
- S. S. Batool, S. Khursheed, and H. Jahangir, "Academic procrastination as a product of low self-esteem: A mediational role of academic self-efficacy," Pakistan J. Psychol. Res., vol. 32, no. 1, p. 195, 2017.
- Y. R. D. Santoso and J. T. Purnomo, "Hubungan kecanduan game online terhadap penyesuaian sosial pada remaja," J. Hum. Yayasan Bima Darma, vol. 4, no. 1, pp. 27–44, 2017.
- D. Harjasuganda, "Pengembangan Konsep Diri yang Positif pada Siswa SD Sebagai Dampak Penerapan Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Pembelajaran Penjas," Dalam J. Pendidik. Dasar Nomor, vol. 9, no. 8, pp. 4–5, 2008.
- S. Suharni and B. D. Pratama, "Pemberian Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Menumbuhkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini," Couns. J. Bimbing. Dan Konseling, vol. 6, no. 2, pp. 31–40, 2017.
- A. M. Fadli, "Relationship Between Empathy and Prosocial Behavior in High School Students," Acad. Open, vol. 7, pp. 10–21070, 2022.
- C. T. Saputra, "Pengaruh Epati Terhadap Perilaku Prososial Pada Siswa Kelas XI Kriya Kayu SMKN 1 Pacitan," J. Ris. Mhs. Bimbing. Dan Konseling, vol. 5, no. 4, 2016.
- P. N. Susilowati, "Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Buzz Group untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa Kelas XI SMK N 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2015/2016," 2016.
- S. F. Arifah and H. C. Haryanto, "Perilaku prososial remaja pada siswa sma atau sederajat yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler," Inq. J. Ilm. Psikol., vol. 9, no. 2, pp. 125–140, 2018.
- K. B. Balengka, D. Y. Khairun, and R. Rahmawati, "Perilaku Prososial Siswa dan Implikasi Program dalam Bimbingan Pribadi Sosial," Pers. J. Ilmu Psikol., vol. 12, no. 1, pp. 84–99, 2021.
- R. Kurniady, "Hubungan Penalaran Moral Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja Pengguna Smartphone Di Kota Pekanbaru," Universitas Islam Riau, 2020.
- Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D." Bandung: PT Alfabet, 2016.
- A. Nisa, "Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Perilaku Prososial Pada Santri Kelas X MA Bilingual Pondok Pesantren Al-Amanah Junwangi," Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2021.
- K. Bashori, "Menyemai perilaku prososial di sekolah," Sukma J. Pendidik., vol. 1, no. 1, pp. 57–92, 2017.
- F. Fitriani, M. Mursyid, and I. Imran, "Upaya Guru Dalam Menanamkan Perilaku Prososial Siswa Melalui Proses Pembelajaran Di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin Sei Duren Kabupaten Muaro Jambi," UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2022.
- A. Bandura, "Social learning theory," 1977.
- M. J. Andini and T. Ridjal, "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Autoritatif Terhadap Perilaku Prososial Siswa SD," J. Thalaba Pendidik. Indones., vol. 2, no. 1, pp. 77–93, 2019.
- E. Wulandari, "Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Prososial Pada Siswa Kelas Xi Di Man 1 Tuban," Character J. Penelit. Psikologi., vol. 5, no. 3, 2018.
- K. Harefa and E. S. Indrawati, "Perbedaan Perilaku Prososial Siswa Madrasah Aliyah (MA) Berbasis Pondok Pesantren dan Sekolah Menengah Umum (SMU)," J. Empati, vol. 3, no. 3, pp. 117–127, 2014.
- D. E. Papalia, W. O. Sally, and D. F. Ruth, "Human Development (Psikologi Perkembangan) Bag. I-IV," Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
- R. W. Anzani and I. K. Insan, "Perkembangan sosial emosi pada anak usia prasekolah," PANDAWA, vol. 2, no. 2, pp. 180–193, 2020.
- S. A. Tsaani, "Hubungan antara syukur dan empati dengan perilaku prososial pada Volunteer Save Street Child Sidoarjo (SSCS)," Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2018.
- J. W. Santrock, "A topical approach to life-span development, 3E," Ch, vol. 5, p. 192, 2007.
- N. Eisenberg, R. A. Fabes, and T. L. Spinrad, "Handbook of child psychology," vol. 3. John Wiley & Sons Hoboken, NJ, USA, 2006.