Abstract

This study investigates the pivotal role of early learning activities in Indonesian language instruction by examining teacher perception strategies. Employing a descriptive qualitative research methodology, data were collected through student interviews, observation, and documentation at Permata Sunnah Islamic School. Findings revealed three primary perception activities utilized by teachers: questioning, practical materials utilization, and video presentation. These activities facilitate mental preparedness and foster students' receptivity to new information, thereby enhancing the efficacy of early learning in Indonesian instruction. This study underscores the importance of varied perceptual approaches in pedagogical practices and provides valuable insights for educators seeking to optimize early learning experiences in language instruction.

Highlights :

  • Varied perceptual approaches enhance early learning outcomes.
  • Teacher questioning, practical materials, and video presentation are pivotal in Indonesian instruction.
  • Qualitative research provides insights into effective pedagogical strategies for language learning.

Keywords: Early learning, Teacher perception, Indonesian instruction, Qualitative research, Pedagogical practices

Pendahuluan

Aktifitas belajar setiap individu tidak selalu berjalan secara wajar. Terkadang lancar, terkadang tidak, terkadang juga dapat secara cepat menangkap atau menerima apa yang akan di pelajari, kadang pula dalam kondisi sangat sulit[1].

Minat belajar peserta didik ini dapat ditumbuhkan sebelum dimulainya pembelajaran, salah satunya dengan teknik apersepsi. Apersepsi dilaksaakan untuk menciptakan perhatian dan menotivasi peserta didik terhadap hal hal yang di pelajari. Guru berusaha menimbulkan rasa ingin tahu, sikap guru yang sangat antusias[2].

Kegiatan pendahuluan pembelajaran ini salah satu bagian interfal yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen pembelajaran lainnya. Efisiensi waktu tahap awal pembelajaran perlu diperhatikam, karena dalam melakukan tahap awal pembelajaran cukup singkat berkisat antara 5-10 menit[3].

Ojokwu (2014) menyatakan, setiap akan melaksanakan penbelajaran guru wajib membuka pelajaran yang berguna untuk menperkenalkan hal hal yang akan di pelajari, agar juga peserta didik memiliki ketertarikan, rasa ingintahu dan memiliki keinginan untuk mempelajari materi. Mansor (2012) menyebutkan bahwa Guru yang selalu melakukan pembukaan pembelajaran dapat di katakan telah melak sanakan salah satu kegiatan yang membantu menjadikan pembelajaran yang efektif[4].

Ada empat cara yang dapat dilakukan guru pada kegiatan pembelajaran yakni, menarik perhatian peserta didik, menimbulkan motivasi, memberi acuan dan menyampaikan kaitan[4].

Untuk menciptakan suasana belajar yang dinamis maka keterampilan dasar di dalam mengajar penting untuk dikuasai, oleh sebab itu guru harus meremcanakan hal yang dapat membuat peserta didik tertarik dan siap mental dalan mengikuti pembelaharan[5].

Berdasarkan urgensinya, akan sangat dikhawatirkan apanila guru tidak menerapkan keterampilam apersepsi, maka namtinya guru tidak akan dapat menimbulkan motivasi, menarik perharian, dan mengaitkan materi sebelunnya. Hal itu menyebabkan peserta didik akan merasa bosan dan tidak akan mampu menagkap materi apa yang disanpaikan oleh guru[6].

Jika guru lalai, acuh atau menganggap sepele dalam pembukaan awal pelajaran dan menutup pelajaran maka akan berakibat kurang sempurnanya pelaksanaan pembelajaran, yang nantinya akan memberikan dampak pada perolehan kompetensi siswa yang kurang optimal. Jika kegiatan pembukaan pembelajaran tidak dilaksanakan dengan baik dan guru melangsungkan pada kegiatan inti pembelajaran maka akan banyak peserta didik yang belum siap menerima pelajaran.

Chatib (2011) menyatakan, menit awal proses belajar adalah waktu yang penting untuk satu jam penbelajaran selamjutnya. Pada menit awal itulah apersepsi bisa dilaksanakan. Apersepsi yang dilakukan diawal proses belajar membuat otak anak siap untk belajar. Apersepsi yang tepat dapat membuat peserta didik merasa relaxdan senang yang terpancar melalui wajah yang ceria, tersenyum bahkan tertawa[7].

Pada pembahasan penelitian terdahulu oleh Subandiyah, apersepsi salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan pemnelajaran sebab dapat menyiaplan pemahaman peserta didik terhasap materi yang akan di pelajari. Dalam membangun konteks guru dapat melakukan beberapa hal berikut, (a) Guru melalukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi (b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi (c) Guru menayangkan gambar atau video yang memiliki keterkaitan tinggi dengan materi[8].

Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan beberapa teknik atau cara dalam apersepsi yaitu, (1) menampilkan gambar/video, (2) kuis, (3) bernyanyi, (4) permainan (games), (5) membuat yel-yel, (6) mengambar/menulis, (7) bercerita, (8) mengenalkan teknik dan tujuan pembelajaran, (9) mengenalkan media pembelajran, (10) mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

Hal yang terpenting di dalam apersepsi adalah kreatifitas guru dalam menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik yang menjadi penentu keberhasilan apersepsi, yang mana akan memudahkan dan melancarkan proses pembelajaran sampai pada penutupan pembelajaran. Demi menumbuhkan kesiapan sebelum pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III Sekolah Islam Permata Sunnah adalah dengan cara penggunaan apersepsi. Muncul pertanyaan bagaimana kegiatan apersepsi dapat mempersiapkan peserta didik di dalam menerima pembelajaran?

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan kegiatan apersepsi yang dilakukan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Islam Permata Sunnah.

Metode

Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan kualitatif deksriptif, pendekatan kualitatif deskriptif yang di maksud adalah mengumpulkan data berupa kata-kata langsung dan gambaran data atau dokumentasi langsung ketika kegiatan di lapangan[9]. Penelitian ini memiliki keutamaan atau kelebihan dalam mendeskripsikan peristiwa secara langsung karena data diambil dari perkataan partisipan secara relevant dan transparant serta dokumentasi langsung diambil secara langsung. Moleong menyatakan bahwa penelitian kualittif deskriptif merupakan penelitian menganalisa data berupa katakata, gambaran dan bukam angka angka yang di peroleh dari naskah wawancara, catatan lapangan dan dokumen lain[10]. Partisipan penelitian yakni peserta didik kelas III Sekolah Islam Permata Sunnah. Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Proses observasi penelitian dilakukan selama 3 bulan dengan melibatkan 26 peserta didik.

Data yang di gunakan dalam penelitian terdiridari data priner yaitu data yang di peroleh secara lamgsung di lapangan dan data dari narasuber yang memberikan informasi relevant berkaitan dengan penerapan apersepsi di kelas III Akhwat Sekolah Islam Permata Sunnah[11].

Pengumpulan data menggunakan teknin observasi, data diambil dari pengamtan dengan mencatatan lamgsung saat kegiatan dilapangan yang sesuai dengan instrumen observasi yang sudah disusun sebelunya. Pengambilan data wawancara diambil dari hasil tanya jawab dengan peserta didik kelas III akhwat sesuai instrumen wawancara yang dibuat guna menanyakan penerapan apersepsi di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dokumentasi, data diambil dengan mengambil foto kegiatan pendukung[12].

Penarikan kesimpulan atau verifikasi di dapatkan dari seluruh catatan hasil observasi selama di lapangan mulai dari wawancara, pengamatan dan dokumentasi selama penelitian. Analisis data penilitian ini berupa kta tertulis atau lisan dan perilaku serta menpertimbangkan asunsi dari pebdapat nara sumber dalam proses kegiaran pembelajaran.

Hasil dan Pembahasan

Selama penelitian, penerapan metode apersepsi yang diterapkan di Sekolah Islam Permata Sunnah yang peneliti dapatkan ketika penelitian ada 3 ; 1) Apersepsi tanya jawab diterapkan oleh guru pengampu pada materi mendengarkan cerita pengalaman. Dari hasil wawancara peneliti dengan peserta didik, kegiatan Apersepsi dimulai dari pertanyaan awal guru “Waktu liburan semester kalian semua jalan-jalan kemana?” dari pertanyaan awal tersebut guru memulai kegiatan apersepsi menghubungkan dengan pengalaman pribadi peserta didik. Dengan tujuan peserta didik dapat menggambarkan apa yang akan dipelajari melalui cerita pengalaman dirinya sendiri dan aktif sebelum memulai materi inti. Telah dipaparkan oleh Anwar Syam pada peneltiannya, dalam pelaksananya tanyajawab memiliki beberapa kelebihan,-kelebihan dari pelaksanaan apersespi tanya jadwab ini adalah seperti kelas lebih hidup dikarenan partisipasi murid lebih aktif. Kelebihan yang lainnya adalah peserta didik berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan baik serta berusaha untuk memberikan jawaban yang tepat, sehingga peserta didik menerima pelajaran dengan aktif berpikir[13]. 2) Apersepsi bahan praktik telepon sederhana disediakan oleh guru pengampu pada materi alat komunikasi sederhana. Apersepsi dengan menggunakan bahan praktik atau media pembelajaran ini dapat menumbuhkan semangat belajar bagi peserta didik sebagai mana pada penelitian terdahulu oleh Febby Pebrianti, menyatakan, penbelajaran degan media sederhna mengajarkan peserta didik lebih kreatif dalam berfikir, menyemangkan, tidak menbosankan dan musah untuk mengekspresikan ide ide dan perassan[14]. Pada penelitian ini peserta didik mengungkapkan “Guru memberikan telefon untuk mempraktikkan percakapan telepon dengan teman sekelas”. Dari hasil observasi peneliti, dengan kegiatan apersepsi ini peserta didik mendapatkan informasi baru dan pengalaman melakukan percakapan menggunakan telepon dengan baik dan benar. 3) Apersepsi Menampilkan Video dalam materi puisi. Dari hasil observasi peneliti, pada materi membaca puisi dengan intonasi, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan apersepsi menunjukkan video cara membaca puisi dengan intonasi yang benar. Tidak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini peserta didik sudah sangat mahir dalam penggunaan media gadget / YouTube. Seperti yang dikemukakan Arif Yudianto dalam pelajaran peraktik peserta didik akan lebih mudah melalukan apa yang dilihatnya dalam video dari pada materi yang disanpaikan melalui buku atau gambar[15]. Kegiatan sepeti ini akan menudahkan peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar. Keterkaitan materi pembelajaran yang di tampilkan guru dengan tampilan video yang diberikan menumbuhkan keterarikan peserta didik terhasap materi yang akan di pelajari. Karena peserta didik memperoleh informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran dari media yang sering digunakan yaitu YouTube.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagai jembatan penghubung untuk memasuki pembelajaran inti. Oleh sebab itu, mempersiapkan kesiapan belajar peserta didik dengan kegiatan apersepsi perlu dilakukan.

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas terkait kegiatan apersepsi di Sekolah Islam Permata Sunnah, diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan apersepsi yang dilakukan guru ada tiga, pertama kegiatan apersepsi dengan bertanya, dengan kegiatan apersepsi tersebut peserta didik dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman pribadinya. Kedua kegiatan apersepsi dengan bahan praktik, dengan kegiatan apersepsi tersebut peserta didik mendapatkan informasi baru terkait materi pembelajaran dan pengalaman melakukan percakapan menggunakan telepon dengan baik dan benar. Ketiga kegiatan apersepsi menampilkan video, dengan kegiatan apersepsi tersebut menumbuhkan ketertarikan peserta didik dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari.

References

  1. W. I. Wahyudi, I. Dharmayanan, and V. Afriyati, "Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa pada Kelas VII SMP N 12 Kota Bengkulu," vol. 3, pp. 271–281, [Online]. Available: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_consilia
  2. D. Putri, "Pengaruh Apersepsi dan Motivasi terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 16 Kota Bengkulu."
  3. T. Ruhimat, "Prosedur Pembelajaran di SD," Accessed: Sep. 01, 2023. [Online]. Available: https://www.studocu.com/id/document/universitas-terbuka/tugas-akhir-program/prosedur-pembelajaran-di-sd/39491312
  4. U. Khakiim, I. Nyoman, S. Degeng, and U. Widiati, "Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pelajaran oleh Guru Kelas 1 Sekolah Dasar."
  5. E. Supriyatna and M. A. Wahyupurnomo, "Keterampilan Guru dalam Membuka dan Menutup Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMAN Se-Kota Pontianak," 2015.
  6. H. Arieska Dwi Asmil, "Studi Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran oleh Guru PPKn di SMP N 25 Padang Arieska Dwi Asmil, Hasrul."
  7. H. Ramdiana, "Apersepsi Pembelajaran melalui Cerita-cerita Lucu untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran dan Profesionalisme Guru dengan Metode Pembelajaran Totur Sebaya di SMAN 21 Garut," 2020, [Online]. Available: http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/index
  8. H. Subandiyah, "Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia."
  9. Z. Abdussamad, "Buku Metode Penelitian Kualitatif."
  10. A. Hidayat, "Interaksi Sosial Anak Speech Delay di Sekolah Raudhatul Athfal Al Barkah Kecamatan Citeras Kabupaten Serang," Journal, vol. 1, no. 01, pp. 2022–2023, doi: 10.46306/jas.v1i1.
  11. Rahmadi, "Pengantar Metodologi Penelitian Antasari Press Banjarmasin, 2011."
  12. R. Kawasati, "Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif."
  13. A. Syam, "Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar."
  14. F. Pebrianti, "Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Sederhana," [Online]. Available: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba
  15. A. Yudianto, "Seminar Nasional Pendidikan," 2017. Accessed: Sep. 01, 2023. [Online]. Available: https://eprints.ummi.ac.id/id/eprint/354