Abstract
This qualitative study examines the difficulties encountered by non-Islamic boarding school students, particularly X-grade alumni, in engaging in muhadatsah (dialogue) within the Drilling Arabic Program (DAP) curriculum at MA Bilingual Junwangi. The research employed a case study approach, involving interviews, observations, and documentation, with DAP instructors and selected X-grade alumni as research subjects. Data analysis comprised data reduction, categorization, presentation, and conclusion drawing. The study revealed three stages in DAP instruction: preparation, implementation, and evaluation. Challenges faced by students included inadequate understanding of DAP content, limited grasp of Arabic language rules, instructor and peer factors, and insufficient time allocation. MA Bilingual offered solutions such as supplementary DAP assignments, additional programs at Islamic boarding schools, substitute instructors with similar expertise, student-level conditioning, and differentiated timing for additional programs. The findings contribute to understanding the challenges faced by non-Islamic boarding school students in DAP and provide insights for curriculum improvement and instructional strategies in Arabic language education.
Highlight:
- The study investigates the challenges faced by non-pesantren students in the implementation of the Drilling Arabic Program (DAP) at MA Bilingual Junwangi, focusing on X-grade alumni.
- The research employs a qualitative case study approach, utilizing interviews, observations, and documentation to collect data from DAP instructors and X-grade alumni.
- The findings reveal difficulties in understanding DAP content, Arabic language rules, instructor and peer factors, and time constraints. MA Bilingual offers solutions such as additional assignments, supplementary programs, expert substitute instructors, leveled student conditioning, and differentiated program timing.
Keyword: Drilling Arabic Program, Non-Pesantren Students, Challenges, Solutions, Qualitative Study
Pendahuluan
Lembaga pendidikan yang berbasis keislaman, khususnya pondok pesantren membekali siswanya dengan bilingual yakni bisa berbahasa Arab dan berbahasa Inggris, namun bahasa Arab adalah bahasa asing bagi masyarakat Indonesia yang biasanya menggunakan bahasa sehari-hari yakni bahasa Indonesia. Metode yang paling baik dalam menerpakan bahasa asing yaitu dengan cara memberikan kegiatan belajar mengajar bahasa asing dengan menggunakan metode percakapan (conversational method)[1]. Hal ini dikarenakan manusia lebih cepat mengingat jika diperdengarkan secara berulang-ulang seperti ibu yang mengajarkan berbicara pada anaknya.
Aktif dalam berdialog berbahasa Arab sangat membantu proses pemahaman bahasa Arab. Meninjau kegiatan belajar bahasa Arab dari problem yang harus dihadapi dalam mengajarkan bahasa Arab kepada murid-murid seperti problem dalam membunyikan suatu kata bahasa Arab yang vokalnya banyak tidak sama dengan bahasa Indonesia, problem kosakata dan juga problem dalam penyusunan suatu kalimat
Kesulitan yang umumnya terjadi pada siswa dalam belajar bahasa Arab yakni faktor internal; kurangnya minat dalam belajar bahasa Arab, rendahnya motivasi, dan lemahnya kemampuan dasar bahasa Arab. sedangkan faktor eksternal yaitu kurangnya keaktifan dalam menggunakan bahasa Arab di lingkungannya, keluarganya, pengajar[2]. Selain itu terdapat kesulitan lain dari siswa dalam belajar bahasa Arab seperti background madrasah terdahulu. Bagi siswa yang pernah mengenyam pendidikan pondok pesantren mungkin lebih mudah dalam mempelajari bahasa Arab.[3]
Belajar bahasa Arab akan menemui empat keterampilan atau maharah. Empat maharah bahasa Arab yakni maharah kalam, maharah kitabah, maharah qiro’ah, maharah istima’[4]. Maharah kalam yang dikenal masyarakat memiliki kegiatan yakni bermuhadatsah. Muhadatsah menurut makna bahasa yaitu dialog, berbicara atau percakapan. Sedangkan makna muhadatsah secara istilah yakni aktivitas yang dilakukan seseorang dengan menggunakan suara, intonasi, atau kalimat ekspresif dalam pengungkapan pikiran seperti halnya berpendapat, perasaan maupun berkeinginan[5]. Dengan adanya kegiatan muhadastsah pada pembelajaran bahasa Arab, diharapkan siswa terlatih untuk mengucapakan kalimat-kalimat berbahasa Arab secara otomatis.
Dalam berkegiatan muhadatsah, muhadatsah memiliki tujuan yakni berinteraksi dengan menyampaikan opini serta pemikiran yang efektif, agar seseorang atau orang yang diajak berinteraksi bisa memahami sesuatu, pembicara diharuskan untuk mengevaluasi dampak komunikasi pada pendengaran dan pengetahuan yang mendasar baik secara umum maupun perorangan [6]
Pada kegiatan muhadatsah akan menghadapi berbagai problematika diantaranya yakni siswa memiliki kecemasan saat bermuhadatsah, kecemasan karena kekurangan kosakata, serta tata bahasa, takut melakukan kesalahan dan minimnya rasa percaya diri[7]. Selain itu terdapat latar belakang pendidikan yang kurang dalam mengajarkan bahasa Arab atau bahkan belum pernah diajarkan, minimnya tutor yang berkompeten di bidang bahasa Arab, jam pelajaran muhadatsah yang singkat, dan metode yang digunakan dalam praktek muhadtsah terlalu monoton[8]
Berbagai metode-metode yang digunakan dalam menunjang proses pembelajaran begitu juga dengan strategi-strategi yang terus dikembangkan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi[9]. Strategi pembelajaaran muhadatsah : Strategi the power of two yaitu dengan mendorong siswa berpikir secara berkelompok atau melibatkan orang lain, prinsipnya dengan memikirkan sesuatu dengan orang lain lebih baik daripada berpikir sendiri. Strategi demonstrasi, dengan memperlihatkan dan mempraktekan secara langsung bagaimana melakukan sesuatu. Strategi ceramah, dengan menyampaikan materi secara lisan oleh salah satu pihak atau dari seorang pengajar. Strategi tanya jawab, dengan mengajak para siswa aktif berdialog baik antar guru dan murid atau antara murid dengan murid lainnya. Strategi diskusi, yaitu dengan saling tukar informasi, opini, isu untuk mencapai sesuatu yang mufakat. Strategi everyone is teacher here, yaitu melibatkan semua siswa berperan dan berpartisipasi didalam kegiatan. Strategi peer lesson, melibatkan siswa untuk menjadi tutor pada siswa lainya [10]
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari kegiatan bermuhadatsah juga perlu memperhatikan kemampuan guru dan metode yang diaplikasikan dalam pembelajaran.dua faktor ini memiliki pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran muhadatsah[11].
Kegiatan muhadatsah juga diterapkan di MA Bilingual yang berada di desa Junwangi kecamatan Krian kabupaten Sidoarjo. Dalam pembelajaran bahasa Arab, MA Biilingual membagi materi bahasa Arab menjadi 4 yaitu, nahwu, shorf, imla’ dan drilling arabic program (DAP). Mata pelajaran drilling arabic program (DAP) merupakan wadah kegiatan muhadatsah siswa atau untuk melatih maharah kalam siswa[12]. Dalam pelajaran drilling arabic program (DAP) terdapat 30% materi dengan buku pegangan yang dibuat sendiri dari lembaga MA Bilingual dan 70% praktek yang dilaksanakan di hari khusus yakni hari sabtu.
Mengenal MA Bilingual Junwangi lebih dalam, madrasah ini berada dibawah naungan pondok pesantren Al-Amanah yang memiliki tiga lembaga yakni SD Antawirya, SMP Bilingual terpadu dan MA Bilingual. Alumni siswa MA Bilingual rata-rata lulusan dari SMP Bilingual Terpadu, alumni pondok pesantren lainya dan ada juga yang dari madrasah umum yang tidak berbasis pondok pesantren. Siswa yang berlulusan madrasah umum tersebut memiliki latar belakang yang kurang dalam bidang bahasa Arab dibanding teman-temannya yang alumni pesantren terutama siswa yang alumni SMP Bilingual Terpadu.
Dalam kegiatan praktek terdapat siswa yang kurang aktif dalam bermuhadatsah, salah satunya adalah siswa yang memiliki latar belakang madrasah umum, atau semasa SMPnya belum pernah mempelajari bahasa Arab. Alhasil mereka masih tertatih dalam mempraktekan ilmu dari pada siswa yang sudah memiliki bekal ilmu bahasa Arab. Hal ini menjadi fokus penulis untuk mengkaji siswa dengan latar belakang non pesantren.
Penelitian terkait muhadatsah pada siswa alumni non pesantren, oleh beberapa penelitian terdahulu yaitu penelitian yang ditulis oleh M. Mansyur dengan fokus kajian identifikasi kesulitan belajar bahasa Arab mahasiswa alumni sekolah umum pada program PIBA UINAM [13]. Penelitian lainnya ditulis oleh Rahmina dengan fokus kajian analisis kesulitan belajar bahasa Arab peserta didik alumni sekolah menengah pertama (SMP) pada kelas X di MAN Enrekang[14]. Penelitian lainnya juga ditulis oleh Lutvi Ali Sahana Anggian dengan fokus kajian analisis kesalahan berbahasa arab dalam muhadatsah yaumiyyah santriwati pondok modern arrisalah[15].
Rumusan masalah penelitian ini adalah pertama bagaimana pelaksanakaan muhadatsah pada materi pelajaran Drilling Arabic Program (DAP) kelas X MA Bilingual? Kedua apa kesulitan siswa kelas X MA Bilingual bagi lulusan non pesantren dalam kegitan muhadatsah pada materi pelajaran Drilling Arabic Program (DAP)? Ketiga apa solusi dari pihak madrasah terhadap kesulitan pembelajaran muhadatsah pada materi pelajaran Drilling Arabic Program (DAP) kelas X MA Bilingual? Dan tujuan penelitian ini yaitu pertama dapat mengetahui kemampuan setiap siswa kelas X MA Bilingual Junwangi khususnya alumni non pesantren dalam bermuhadtsah pada materi pelajaran drilling arabic program (DAP). Kedua untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi setiap siswa kelas X alumni non pesantren dalam bermuhadtsah. Ketiga untuk mengembangkan tindakan yang harus dilakukan dari pihak pengajar ataupun madrasah dalam mengajarkan materi pelajaran drilling arabic program (DAP) bagi siswa alumni non pesantren
Metode
Dalam proses penelitian ini, penulis mengggunakan jenis penelitian studi kasus dengan metode penelitian kualitatif yakni melalui analisis hasil menggunakan fenomena yang ada berdasarkan data[16]. Subjek penelitian yakni guru pengajar drilling arabic program (DAP) yaitu ustad Iqbal, guru matrikulasi Ustadz Lutfi dan siswa kelas X alumni non pesantren tahun ajaran 2022/2023 yaitu Uswatun Hasanah, Zidane Syamsi, Bunga Amifriska, Fara Zasqia. Lokasi penelitian yakni di MA Bilingual, desa Junwangi, kecamatan Krian, kabupaten Sidoarjo. Jenis data yang digunakan terdapat dua jenis yaitu data primer dan data sekunder, data primes yang diambil yaitu siswa kelas X alumni non pesantren, guru pengajar drilling arabic program (DAP). Untuk jenis data sekunder, penulis mengambil data tambahan dari dokumen-dokumen seperti RPP, modul yang digunakan dalam proses pembelajaran DAP, Jurnal yang ada di internet, buku-buku pendukung yang bisa dijadikan penguatan sumber data primer. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi dengan melihat langsung proses pembelajaran yang ada di kelas pada tanggal 7 Februari 2023, wawancara langsung pada tanggal 1 Februari 2023 dan via whatsapp pada tanggal 18 Februari 2023 dan dokumentasi pada tanggal 7 Februari 2023. Sedangkan dalam menganalisa data menggunakan reduksi data yaitu memilah data yang sudah terkumpul, sajian data dan menarik kesimpulan.[17]
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan Muhadatsah Pada Materi Drilling Arabic Program (DAP)
Pelaksanaan Muhadatasah yang dilakukan di MA Bilingual Junwangi pada materi Drilling Arabic Program (DAP) terdapat tiga tahapan, yaitu
Perencanaan
Perancanaan merupakan satu hal yang mutlak pada setiap pembelajaran. Begitupula dalam pelaksanaan muhadatsah pada materi Drilling Arabic Program (DAP), Ustad Iqbal selaku guru DAP melakukan perencanaan pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada awal semester. RPP tersebut diaplikasikan pada setiap pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: “RPP saya siapkan pada awal semester dan bisa berubah melihat kondisi dan juga situasi”. Apa yang disampaikan oleh ustad Iqbal tadi dibuktikan oleh hasil observasi penulis pada tanggal 7 Februari 2023 bahwa betul melakukan perencanaan yakni tersedianya dokumen RPP. Seperti halnya menurut Nurdin Dnusman perencanaan pada setiap pembelajaran memiliki fungsi yaitu sebagai penentu arah pembelajaran, agar pembelajaran lebih berbobot, menentukan tujuan yang ingin digapai, dan sebagai alat ukur tindakan yang akan dilakukan apabila target-target belum tercapai[18].
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
a. Pendahuluan
pembelajaran diawali dengan pendahuluan yaitu guru mengucapkan salam, menanyakan kabar dan melakukan interaksi dengan berbahasa Arab. Sebagaimana hasil wawancara dengan guru DAP sebagai berikut: “Pembelajaran saya awali dengan salam setelah itu menanyakan kabar siswa dan mujamalah dengan berbahasa Arab.” hasil wawancara, memang betul sebagaimana hasil observasi yang dilakukan penulis pada tanggal 1 Februari 2023, bahwa kegiatan pendahuluan meliputi salam, membaca basmallah dan menanyakan kabar siswa terutama siswa yang belum datang.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti yaitu membahas materi seperti melihat dan mengoreksi PR santri, dilanjut membahas, materi dengan cara menirukan dan mengulang dengan melihat buku lembar kerja peserta didik (LKPD) masing-masing menggunakan metode mubasyarah. Sebagaimana hasil wawancara tanggal 1 Februari 2023: “Mereview pelajaran yang lalu, melihat dan mengoreksi PR santri secara random, kemudian para santri menirukan dan mengulangi dengan melihat buku LKPD nya”. Hasil wawancara, memang betul sebagaimana yang dilakukan guru DAP di kelas yaitu menanyakan adanya tugas atau tidak, setelah itu guru membahas materi dengan judul “الى السوق المركزي”, guru membacakan dengan lantang dan benar. Setelah selesai dibacakan, guru mengintruksikan kepada beberapa murid untuk membaca secara bergilir. Setelah siswa selesai membaca, guru mengajak para siswa untuk mengartikan perkalimat, dengan cara mengajak siswa mengartikan sendiri-sendiri tanpa guru memberitahu apa bahasa Indonesia, jika siswa belum tahu artinya, guru akan memancing dengan memberikan contoh kalimat menggunakan bahasa Arab yang dimengerti siswa. Setelah mengartikan semua kalimat dalam bacaan, siswa diminta oleh guru untuk menyebutkan 15 sayur dan buah. Sambil menunggu siswa mengerjakan tugas, guru mengabsen kehadiran siswa dan tak lupa guru berkeliling melihat hasil kerja siswa. Setelah sepuluh menit, hasil pekerjaan siswa dibahas bersama-sama. Kemudian guru mengajak siswa membahas mufrodat baru di lembar selanjutnya, guru mempersilahkan siswa untuk mengartikan mufrodat baru tersebut. Dalam penyampaian materi, ustad Iqbal menggunakan metode mubasyarah. Sedangkan dalam mengasah maharah kalam ada beberapa metode yaitu metode mubasyarah, metode syam’iyah syafahiyah, dan metode intiqoiyyah[19].
c. Penutup
Pembelajaran ditutup dengan pemberian tugas kemudian do’a. Sebagaiamana hasil wawancara dengan guru DAP sebagai berikut: “Terakhir saya berikan tugas untuk dikerjakan di asrama. Setelah itu berdo’a bersama-sama” hasil wawancara memang betul sebagaimana hasil observasi yang dilakukan penulis bahwa kegiatan penutup yang dilakukan ustad Iqbal meliputi pemberian tugas dan dilanjut berdo’a bersama-sama
Inovasi yang dilakukan ustad Iqbal pada pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) yaitu melakukan berbagai permainan yang menyenangkan dan sesekali diajak siswa-siswanya ke LAB bahasa. Sesuai wawancara bersama ustadz Iqbal: “Media tambahan yang saya gunakan selain buku lembar kerja peserta didik (LKPD) yaitu mengajak siswa bermain seputar materi, selain itu saya ajak mereka belajar di LAB bahasa”
Evaluasi
Dalam hal evaluasi, ustad Iqbal memberikan ujian atau quiz dalam setiap selesai materi, seperti tebak-tebakan mufrodat, tanya jawab seputar materi, atau membuka forum perdebatan. Selain ujian harian, mata pelajaran Drilling Arabic Program (DAP) juga diujikan saat penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS), ujian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa selama proses pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP). Sesuai hasil wawancara dengan ustadz Iqbal : “Dari pihak sekolah selalu mengadakan PTS dan juga PAS, namun untuk mengasah muhadatsah siswa, saya memberikan sebuah topik kepada mereka, kemudian mereka akan mengeluarkan opini masing-masing menggunakan bahasa Arab”. Berbagai model ujian dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa, menurut Arifin serangkaian tugas juga termasuk evaluasi dan harus dikerjakan oleh peserta didik sehingga terukurnya aspek-aspek yang ingin dicapai[20].
Kesulitan Bagi Siswa Alumni Non Pesantren Dalam Mengikuti Muhadatsah
Dalam proses pembelajaran akan mengalami berbagai kendala ataupun kesulitan. Meskipun diupayakan dengan berbagai usaha dan keberhasilan, tak akan lepas dari kendala dan kesulitan. Seperti halnya di MA Bilingual Junwangi yang memiliki sistem, kurikulum, dan juga para pengajar yang sangat berkompeten . tidak luput dari kesulitan dan juga kendala[21].
Dari hasil wawancara dengan siswa non alumni pesantren terdapat beberapa faktor, diantaranya:
Kurangnya Kepahaman Materi Drilling Arabc Program (DAP)
Rata-rata siswa masih bingung dalam memahami materi. Drilling Arabic Program (DAP) sendiri memiliki buku pedoman atau buku acuan yang dicetak dan diterbitkan sendiri oleh MA Bilingual Junwangi. Jadi bagi siswa alumni non pesatren mungkin belum terbiasa dengan standar materi yang dibahas pada buku DAP, sehingga beberapa siswa masih kebingungan dalam memahami materi nya dan pengaplikasiannya. Dan dibutuhkan guru pendampingan dalam mempelajari materi drilling arabic program (DAP). Sebagaimana dalam wawancara dengan salah satu siswa kelas X7 yaitu Uswatun Hasanah: “Kurang bisa dipahami karena materinya langsung ke inti yang dalam, tidak seperti di SMP Bilter yang materinya paling dasar dahulu” Ketika meninjau di kelas pada tanggal 1 Februari 2023, memang betul terdapat beberapa siswa yang pasif dalam merespon pembahasan yang disampaikan oleh guru DAP, terutama siswa yang duduk paling belakang. Hasil wawancara dengan guru DAP menyatakan hal yang sama: “Siswa kelas X khususnya alumni non pesantren terkadang menemukan mufrodat yang asing sehingga beberapa kali mereka melihat kamus”. Sebenarnya menurut pengamatan dari peneliti bukan kurang pemahaman akan tetapi kurang dalam menerapkan materi Drilling Arabic Program (DAP). Kurangnya praktek pada materi bisa menjadi faktor kesulitan siswa dalam hal belajar, sejalur dengan pendapatnya Umudini bahwa kurangnya kefokusan pada suatu materi pembelajaran menjadikan faktor kesuliitan bagi siswa dalam belajar bahasa Arab[22].
Kurangnya Pemahaman Kaidah Bahasa Arab
Hampir semua siswa alumni non pesantren di MA Bilingual Junwangi masih mengalami kebingungan dalam merangkai atau menyusun suatu kata ataupun kalimat, hal ini dikarenakan siswa tersebut masih baru belajar dan siswa alumni non pesantren harus mengejar ketinggalan dari siswa alumni pesantren. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu siswa alumni non pesantren yang bernama Zidane Syamsi: “Sulit membedakan fi’il madhi dan mudhori’, harakatnya dihuruf terakhir sulit menentukan pakai harakat apa”. Dari hasil wawancara dengan keadaan kelas, memang betul siswa banyak yang menyukun diakhir kata dan lebih sering mendengarkan daripada aktif bermuhadatsah. Sesuai dengan hasil wawancara ustad Iqbal selaku guru DAP bahwa: “Ketika saya ajak praktek bermuhadatsah, mereka takut-takut untuk menyuarakan dengan keras, mungkin mereka takut melakukan kesalahan dalam pengucapan ataupun kesalahan penyusunan kalimat”. Menurut pengamatan peneliti, dalam maksud dari kurangnya memamahami kaidah bahasa Arab ialah kurang dalam mempraktekkan kaidah berbahasa Arab. Kurangnya pemahaman kaidah bahasa Arab bisa menjadi kesulitan sendiri bagi siswa sesuai dengan pernyataan Saadah bahwa pada umumnya dalam penerapkan bahasa Arab bisa menjadi faktor kesulitan siswa seperti halnya kurang bisa menerapkan kaidah bahasa Arab, kesalahan dalam menggeneralisasi, kurangnya dalam pemahaman penerapan kaidah bahasa Arab pada berbagai kondisi [23]
Faktor Pengajar
Dalam proses pembelajaran, seorag pendidik atau pengajar memiliki peran yang sangat penting, pengajar bisa menjadi berbagai hal seperti motivator, sumber informasi, fasilitator, inspirator, evaluator, dan lain sebagainya[24].
Namun dengan berbagai peran tersebut, beberapa siswa alumni non pesantren mengeluhkan bahwa cara guru menjelaskan terlalu cepat. Selain cara menerangkan yang terlalu cepat untuk siswa non pesantren, beberapa keliuhan yang diutarakan siswa lainya yaitu memukul rata bahwa semua siswa sudah faham semua. “Biasanya ketika ustadz yang mengajar di kelas menganggap semua muridnya sudah tau makna mufrodat tersebut, padahal kita-kita yang alumni non pesantren masih belum tahu apa itu makna nya, akhirnya kita belajar sendiri cari makna sendiri di kamus” kata Bunga Amifriska siswa alumni non pesantren. Dan keluhan yang diutarakan oleh sebagian muridnya yakni guru pengajar drilling arabic program juga sering tidak masuk dikarenakan beliau menjabat sebagai waka humas oleh karenanya seringkali ditinggal bertugas. Dari hasil wawancara tersebut, penulis sering menunda observasi dikarenakan guru DAP sering berhalangan dan dalam penjelasan beliau ketika menjelaskan di kelas, menurut penulis tidak terlalu cepat. Akan tetapi bagi siswa yang mungkin masih minim akan mufrodat, hal tersebut memang terlalu cepat. Hal ini menjadi pengaruh dalam pembelajaran, sejalan dengan pendapat makruf yaitu tenaga pengajar kurang profesional bisa menjadi faktor kesulitan siswa, dan pemicu tidak profesionalan tersebut bisa jadi dari pengaruh luar seperti kurangnya kerjasama antara murid dan guru, pemahaman pada materi masih minim, atau faktor lingkungan yang kurang mendukung[25]
Partner atau teman sebaya
Lingkungan pembelajaran tidak melulu sebuah ruangan atau tempat, bahkan seorang teman atau partner dalam belajar juga salah satu komponen penunjang pembelajaran. Peran seorang teman bisa mempengaruhi semangat atau bahkan mental seorang pelajar.oleh karenanya seorang pendidik harus bisa memenejemen kondisi dan suasana kelas salah satunya yaitu menciptakan suasana sosio-emotional[26].
Dalam pembagian kelas, siswa kelas X non alumni pesantren berada dalam satu ruangan dengan siswa yang dahulunya pernah bermadrasah di pondok pesantren, hal ini sedikit dikeluhkan oleh beberapa siswa dikarenakan mereka merasa tertinggal dengan teman-temannya yang lain. Dan untuk mengimbangi siswa yang sudah lancar berbahasa Arab sedikit kebingungan, oleh karenanya menjadikan siswa alumni non pesantren lebih sering pasif di kelas dan minder dalam bersuara di kelas. Sebagaimana dalam wawancara salah satu siswa alumni non pesantren, Fara Zasqia: “Benar kak, terkadang kita mau bilang ke ustadnya masih belum faham dalam beberapa materi, tapi siswa yang lama semua bilang sudah faham. Jadinya kita tidak berani bilang kalau kita masih belum faham”. Dari pernyataan tersebut memang sesuai dengan kondisi lapangan, dimana siswa alumni non pesantren sering diam dan kurang berani untuk mengatakan bahwa mereka kurang paham atau tertinggal dari penjelasan ustadznya.
Peran seorang teman sebaya sangat penting dalam proses pembelajaran dan bisa membentuk pengetahuan, sikap, dan juga perilaku. Sependapat dengan Sujiato, teman sebaya bisa menjadi faktor kesulitan bagi siswa dikarenakan teman merupakan salah satu tempat informasi atau pengaruh yang berdampak negatif[27]. Oleh karenaya memilih teman dan berpilah-pilah teman sangat penting dalam bersosialisasi.
Kurangnya waktu atau intesitas pendampingan belajar siswa aluni non pesantren
Setiap waka kurikulum pasti memperhitungkan pembagian waktu setiap mata pelajaran, namun dikarenakan waktu yang relatif singkat yakni satu pekan enam hari pertemuan dengan mata pelajaran yang sangat banyak, hal ini menjadikan setiap mata pelajaran harus saling berbagi dan menjadikan beberapa siswa merasa kurang akan salah satu pelajaran.
Siswa alumni non pesantren merasa kurang dalam pendampingan belajar muhadatsah, terutama pada materi drilling arabic program (DAP), dikarenakan jadwal satu pekan hanya ada 2 jam pelajaran. Dalam waktu yang relatif singkat membuat siswa masih merasa kurang dan butuh waktu tambahan untuk menghafal mufrodat dan mengasah skill muhadatsah mereka. Hasil wawancara dengan siswa alumni non pesantren, Maila Fia: “Kami merasa kurang waktu dalam mendalami pelajaran bahasa Arab” dalam realita observasi di kelas memang benar adanya. Dalam satu jam pelajaran terdapat 35 menit. Belum dengan terkikisnya waktu akibat pergantian jam, siswa yang datang telat dan lain sebagainya.
Dalam memanajemen waktu tentu sudah disusun sebelum tahun ajaran baru dimulai, pihak kepala madrasah dan juga tenaga kependidikan memikirkan pembagian waktu yang dilakukan selama satu tahun ajaran baru, namun dalam prakteknya terdapat kurannya kedisiplinan dalam penggunaan waktu seperti waktu yang terlalu padat atau juga terlalu longgar. Hal ini menjadikan kurang atau tidak tercapainya tujuan dan sasaran pembelajaran yang ingin dicapai. Sejalan dengan pendapat Sabri, waktu pembelajaran yang kurang bisa menjadi faktor penghambat siswa maka perlunya manajemen pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)[28]
Solusi Yang Diberikan Dari Pihak Madrasah
Setiap lembaga pendidikan pasti mengalami kesulitan ataupun kendala dari berbagai hal, namun disamping itu lembaga pendidikan akan mencari solusi atau upaya untuk memperbaiki atau meminimalisir setiap kesulitan dan kendala yang dialami oleh lembaga tersebut. Begitu pula dengan MA Bilingual Junwangi yang berada dibawah yayasan pondok pesantren Al-Amanah. Dalam penanganan yang dialami siswa kelas X terutama bagi yang alumni non pesantren, MA Bilingual Junwangi memberikan solusi dalam mengasah muhadatsah siswa yakni
Memberikan tugas tambahan materi Drilling Arabic Program (DAP)
Setiap guru memeiliki caranya masing-masing dalam mengajarkan pelajaran pada siswanya, begitu juga dengan ustad Iqbal selaku guru Drilling Arabic Program (DAP) kelas X7. Hasil wawancara dengan ustad Iqbal bahwa: “Setiap pertemuan saya berikan tugas tambahan kepada siswa untuk menancapkan kembali ilmu-ilmu yang telah dipelajari, agar tidak langsung hilang”. Hasil observasi di kelas memang betul beliau memberikan tugas tambahan atau PR bagi siswa yang belum mengerti tentang materi tersebut.
Terdapat program tambahan di pondok.
Dalam mengatasi ketidakfahaman siswa akan kaidah bahasa Arab, MA Bilingual bekerjasama dengan asatid yang ada di asrama atau kepondokan untuk meningkat ilmu pengetahuan akan kaidah bahasa Arab dengan dilaksanakannya diluar jam madrasah. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan wawancara guru DAP: “Dalam meningkatkan kemahiran dalam berbahasa Arab, pihak sekolah bekerjasama dengan kepondokan memberikan materi tambahan agar siswa yang kurang bisa berbahasa Arab khususnya alumni non pesantren bisa mengejar ketertinggalan”. Hasil wawancara tersebut sesuai dengan pendapat guru lain bahwa terdapat program tambahan diluar jam sekolah yaitu bernama program matrikulasi.
Adanya guru pengganti dengan keahlihan atau memiliki pengetahuan yang sama dengan guru aslinya
MA Bilingual memiliki guru dengan lulusan-lusan terbaik salah satunya lulusan dari pondok pesantren gontor Ponorogo. Dan juga MA Bilingual memiliki sistem guru piket, yang mana setiap ada guru yang berhalangan selalu ada guru yang menggantikan. Maka tidak ada waktu untuk jam kosong di kelas. Selain adanya guru pengganti, guru yang berhalangan juga memberikan intruksi sebuah tugas dan akan dibahas dikemudian hari. Jadi tidak ada siswa yang menganggur atau tidak belajar selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sesuai dengan hasil wawancara guru DAP: “Ketika saya behalangan, akan ada guru pengganti dengan keahlian yang sama. Selain itu saya juga memberikan intruksi untuk mengerjakan tugas dan akan dibahas kemudian hari.” Program tambahan di kepondokan yaitu mendatangkan langsung syeikh dari Sudan untuk mengajarkan tata bahasa yang benar dan juga logat yang benar dalam berdialog berbahasa Arab. “MA Bilingual sering berkerjasama dengan kepondokan untuk mendatangkan syaikh dari Sudan” kata Ustad Iqbal selaku guru DAP. Dengan didatangkan orang yang ahli dibidangnya bisa menambah pengetahuan dan keahlian[29].
Pengkondisian siswa sesuai levelnya
Di dalam kelas, siswa dicampur acak. “Di kelas tidak ada perbedaan antara siswa lama (lulusan SMP Bilter) atau siswa baru (siswa yang bukan lulusan Bilter).” Kata Ustad Iqbal. Sehingga terdapat selisih pemahaman antar siswa. MA Bilingual membuat program martikulasi bahasa Arab, dari program tersebut siswa akan dipilah-pilah sesuai dengan level pemahaman kaidah bahasa Arab. Proses pemilihan siswa dalam mengikuti program matrikulasi bahasa Arab yakni dengan memberikan pre-test kepada seluruh siswa kelas X pada awal tahun pembelajaran dimulai. Hasil ujian yang didapat akan discreening oleh para asatid, apabila nilainya dibawah nilai 60 maka diwajibkan untuk mengikuti program matrikulasi, sedangkan nilai diatas 60 mengikuti kelas bahasa. Dengan ini setiap siswa mengikuti program masing-masing sesuai dengan level pemahaman siswa. Hasil wawancara dengan guru pendamping matrikulasi: “Semua siswa yang masuk MA Bilingual akan kami test. Setelah mendapat hasil penilaian dari tes tersebut, kami kelompokkan sesuai dengan level masing-masing siswa”
Mendapat program tambahan dengan waktu yang berbeda.
Program yang diberikan secara intensif yaitu program matrikulasi, program ini dilaksanakan pada tiga bulan pertama semester satu dengan pertemuan 3X seminggu. Waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran program matrikulasi yakni diluar jam madrasah aktif sehingga tidak mengganggu aktivitas santri lain. Hasil wawancara dengan guru pendamping matrikulasi, ustadz Lutfi yaitu: “Program matrikulasi dilaksanakan diluar jam belajar aktif sehingga tidak mengganggu aktivitas siswa. Selama seminggu dilaksanakan 3 X pertemuan”
Simpulan
Pelaksanaan pembelajaran Drilling Arabic Program (DAP) di MA Bilingual Junwangi terdapat tiga tahapan yaitu: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan kesulitan yang dihadapi siswa kelas X alumni non pesantren yakni: kurangnya pemahaman tentang materi Drilling Arabic Program (DAP), kurangnya pemahaman kaidah bahasa Arab, faktor pengajar, faktor partner atau teman sebaya, kurangnya intesitas waktu. Solusi yang diberikan MA Bilingual kepada siswa kelas X alumni non pesantren: memberikan tugas tambahan materi Drilling Arabic Program (DAP), terdapat program tambahan di pondok, adanya guru pengganti dengan keahlihan atau memiliki pengetahuan yang sama dengan guru aslinya, pengkondisian siswa sesuai levelnya, mendapat program tambahan dengan waktu yang berbeda.
References
- H. A. Izzan, "Metodologi pembelajaran bahasa Arab," Humaniora Utama Press, 2011.
- A. Fahrurrozi, "Pembelajaran bahasa arab: Problematika dan solusinya," 2014.
- M. A. Norlaila and D. A. Muradi, "Kesulitan Mahasiswa Dalam Berbahasa Arab."
- Mousavi, M. zadeh, Issa, Mirzaei, and Hatami, "Tahlil Alhajat Allughawiat Lilraaghabian Fi Ta’lim Allughat Al’arabiat Ligharad ’Asiyahat Al’alajia," Jurnal Ilmiah, 2022.
- E. Switri, "Tata Bahasa Arab (Buku Pendampingan Belajar Bahasa Arab Untuk Pemula)," Penerbit Qiara Media, 2022.
- K. Kaharuddin, "Pembelajaran Bahasa Arab melalui Kemampuan Muhadatsah," AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 16, no. 1, pp. 62–72, 2018.
- M. Nadira, "Persepsi Mahasiswa Tentang Kecemasan Bahasa Arab pada Mata Kuliah Muhadatsah (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Jambi Tahun Akademik 2019)," PhD Thesis, Universitas Jambi, 2020.
- Z. Habibillah, "Problematika Pembelajaran Metode Muhadtsah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab," PhD Thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2020.
- M. Z. Paputungan, "Strategi PengembanganMaharah Al-Kalam SiswaDalam Mata Pelajaran Muhadatsah Di Madrasah Aliyah AlKhairaatKota Gorontalo," Lughawiyah: Journal of Arabic Education and Linguistics, vol. 2, no. 1, pp. 26–36, 2020.
- A. Sangid and M. Muhib, "Strategi Pembelajaran Muhadatsah," Tarling: Journal of Language Education, vol. 2, no. 1, pp. 1–22, 2018.
- T. Taufik, "Pembelajaran Bahasa Arab MI." UIN Sunan Ampel Press Surabaya, 2016.
- A. I. Wanti, "Penggunaan Transformasi Dan Pencampuran Linguistik Sebagai Strategi Dalam Pengajaran Bahasa Arab Di MA Biingual Junwangi Krian," PhD Thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2022.
- M. Mansyur, "Identifikasi Kesulitan Belajar Bahasa Arab Mahasiswa Alumni Sekolah Umum Pada Program PIBA UINAM," AL-WARAQAH Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, vol. 2, no. 1, pp. 41–56, 2022.
- R. Rahmina, "Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Arab Peserta Didik Alumni Sekolah Menengah Pertama
- L. A. S. Anggian, "Analisis Kesalahan Berbahasa Arab Dalam Muhadatsah Yaumiyyah Santriwati Pondok Modern Arrisalah," Mahira: Journal of Arabic Studies, vol. 2, no. 1, pp. 1, Jun. 2022. [Online]. Available: doi: 10.55380/mahira.v2i1.200.
- H. Z. Abdussamad and M. S. SIK, "Metode Penelitian Kualitatif," CV. Syakir Media Press, 2021.
- "Aanalisis Data Kualitatif | Rijali | Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah." [Online]. Available: http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alhadharah/article/view/2374. (Accessed: Feb. 26, 2023).
- R. Ananda, "Perencanaan pembelajaran," Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2019.
- M. Fariz, "Tariqat Taelim Maharat Alkalam Fi Albarnamaj Almukathaf Lita'lim Allughat Alearabiat Bijamieat Mawlana Malik 'Iibrahim Al'iislamiat Alhukumiat Malanj," PhD Thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2017.
- Z. Arifin, "Evaluasi pembelajaran," vol. 8, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
- A. A. Pamessangi, "Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Arab Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Palopo," AL IBRAH: Journal of Arabic Languange Education, vol. 2, no. 1, 2019.
- A. Umudini, I. Iswandi, and M. M. Arifin, "Analisis Faktor Kesulitan Belajar Bahasa Arab Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) Kepuhrejo Kediri," Journal on Education, vol. 5, no. 3, pp. 9346-9355, 2023.
- M. A. S. ibnu rob, "alakhtooa alimlaaiyah lidai muta'alimil lughotil arobiyah annatqiin bighoiriha dirosah," 2019.
- A. ibrohim al fauzan, "I Idhoats Limu'alimi Lughoh Arabiyyah Lighoiri An-Natiqina Bihaa," 1341.
- H. Rafsanjani, M. H. Zubaidillah, and M. A. S. Nuruddaroini, "Problematika Mahasiswa dalam Manajemen Skill Berbahasa Arab pada Perguruan Tinggi di Kalimantan," Jurnal Basicedu, vol. 6, no. 3, pp. 3, May 2022. [Online]. Available: doi: 10.31004/basicedu.v6i3.3072.
- J. Jumrawarsi and N. Suhaili, "Peran Seorang Guru Dalam Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Kondusif," Ensiklopedia Education Review, vol. 2, no. 3, pp. 50–54, 2020.
- M. Sutjiato, "Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado," JIKMU, vol. 5, no. 1, pp. 1, Mar. 2015. [Online]. Available: https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jikmu/article/view/7176. (Accessed: Feb. 26, 2023).
- A. Sabri, "Pengelolaan Waktu Dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam," Al-Ta lim Journal, vol. 19, no. 3, pp. 3, Nov. 2012. [Online]. Available: doi: 10.15548/jt.v19i3.31.
- N. Y. Saif, "Anwa’u wa wadho’af maharotul ittisol ghoirul fadhiya lidai mut’alimil lughotil ’arobiyah linatqiin," 2021. [Online]. Available: doi: 10.12816lEDUSOHAG.2021.135548.