Abstract

This study aims to determine the contribution of the Majlis Mu'allimil Qur'an (MMQ) in the Qiraati method teacher learning at TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo. In this study using a descriptive qualitative method. In this case, the research subject is the teacher of the Qiraati method at TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo. Data collection techniques are interviews, observation, and documentation. The analysis technique uses data reduction, data presentation, and conclusions. The results of this study indicate that the contribution of the Majlis Mu'allimil Qur'an (MMQ) in the Qiraati method teacher learning at TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo is very useful because it can maintain the reading of the Qur'an, add insight into Qiraati's, and improve quality of learning. The supporting factors are good family factors, strong intentions, activeness and enthusiasm, commitment to progress and success, and perseverance to practice. While the inhibiting factors in this study were teacher absences, teacher delays, time delays, and timing.

Pendahuluan

Peningkatan mutu dalam suatu pendidikan ditentukan dari kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil pembelajaran peserta didik. Pendidikan memiliki posisi yang strategis, maka dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian yang besar terhadap peningkatan guru. Pembelajaran terhadap guru harus diakui sebagai suatu hal yang sangat fundamental serta penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pembelajaran guru merupakan proses dimana guru belajar untuk meningkatkan serta menggunakan keterampilan, pengetahuan, dan nilai secara tepat. Dalam hal ini, guru yang baik merupakan guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta mempunyai pengalaman pada bidangnya. Terdidik dan terlatih tidak hanya diperoleh dalam pendidikan formal saja, akan tetapi juga harus menguasai berbagai teknik atau strategi dalam pembelajaran serta menguasai landasan-landasan kependidikan[1].

Kontribusi dapat berwujud materi atau tindakan. Kontribusi dalam tindakan yakni berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian dilakukan oleh individu sehingga akan berpengaruh positif ataupun negatif kepada peserta didik. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang pemikiran, sosial, tenaga, finansial, maupun pendidikan. Dengan kontribusi maka individu tersebut berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam kehidupannya. Dalam hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis agar cepat sesuai dengan kompetensinya[2].

Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) merupakan perkumpulan guru metode Qiraati yang bertujuan untuk menjaga dan membenarkan bacaan Al-Qur’an yang salah melalui baca bersama dan baca simak. Tidak hanya itu, Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) digunakan untuk melakukan penyegaran metodologi pembelajaran serta menyelesaikan permasalahan peserta didik. Sehingga tujuan dari Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) ialah mencetak guru yang professional dalam pembelajaran Al-Qur’an[3].

Sebagai wadah kegiatan pembelajaran guru, Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) mendorong guru untuk melakukan pembelajaran dari segi bacaan Al-Qur’an, metodologi pembelajaran, ataupun permasalahan dalam kelas maupun diluar kelas. Sehingga dalam forum ini, guru dapat membahas dan mencari solusi atas permasalahan yang terjadi sehingga dapat teratasi dengan cepat[4].

Keberhasilan suatu program pembelajaran Al-Qur’an tidak lepas dari pemilihan metode yang tepat. Banyak metode yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Akan tetapi dalam metode yang digunakan tidak selalu cocok untuk peserta didik karena metode tersebut tidak sesuai dengan keadaan peserta didik. Begitupun dengan metode pembelajaran Al-Qur’an. Metode pembelajaran Al-Qur’an meliputi metode Qiraati, Tartil, Ummi, Tilawatil, Al-Baghdadi, Iqra, dan lainnya[5].

Metode Qiraati merupakan metode pembelajaran Al-Qur’an yang secara langsung memasukkan serta mempraktikkan bacaan secara tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid[6]. Metode Qiraati adalah metode yang lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses membaca dengan tepat dan cepat, baik pada makhorijul huruf maupun tajwidnya. Sehingga mendapatkan hasil pembelajaran yang bersifat tahan lama dan dikembangkan dengan kondisi peserta didik[7]. Metode Qiraati ditulis pada tahun 1963[8]. Penulis metode Qiraati yakni K.H. Dachlan Salim Zarkasyi[9]. Beliau lahir pada tanggal 28 Agustus 1928 dan wafat pada tanggal 20 Januari 2001. KH. Dachlan Salim Zarkasyi merupakan seorang ulama berilmu Laduni. Seorang pedagang yang yang berhasil mengamati pendidikan Al-Qur’an. [10].

Dalam rangka meningkatkan keahlian mengajar guru melalui pelatihan-pelatihan, perlunya suatu wadah untuk guru dapat berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman serta informasi[11]. Dalam pelaksanaan suatu pembelajaran Al-Qur’an, guru metode Qiraati dituntut menggunakan metode pengajaran Al-Qur’an yang tepat dalam penyampaian materi. Guru Qiraati harus bisa menguasai materi yang berkaitan dengan pembelajaran Al-Qur’an, dapat mengkondisikan kelas saat pembelajaran dimulai serta mampu melaksanakan tahap evaluasi peserta didik. Maka dari itu perlunya guru belajar setiap saat. Dalam metode Qiraati terdapat program untuk pembelajaran guru seperti lembaga pembinaan dewasa (LPD), metodologi dasar, penyegaran metodologi, pembinaan, muthola’ah Qiraati serta Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ). Dalam upaya tersebut, guru dapat belajar secara mendalam agar tercapainya tujuan pembelajaran Al-Qur’an dengan tepat dan benar.

Sebagai lembaga non formal yang berkualitas, TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo tentunya berupaya untuk meningkatkan pembelajaran guru agar ketika melakukan pembelajaran kepada peserta didik dapat berjalan dengan optimal. Upaya yang dilakukan yakni dengan cara mengikuti Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) ditingkat lembaga yang diselenggarakan 2 minggu sekali. Forum tersebut dilakukan agar guru metode Qiraati dapat belajar secara terus menerus agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Eksistensi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo menjadi salah satu forum yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi guru. Sebagaimana diketahui bahwa Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dibentuk sebagai sarana untuk pembelajaran.guru dimana dapat menyatukan dan menyamakan guru metode Qiraati sehingga dapat berkomunikasi dengan baik[12]. Keaktifan guru dalam mengikuti Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) sangat penting karena dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru metode Qiraati sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sabagai forum guru metode Qiraati, Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) memiliki banyak peran yakni membantu guru metode Qiraati untuk mengembangkan diri dan keprofesiannya[13].

Keberadaan Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo berfungsi untuk memaksimalkan dalam implementasi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) yang bertujuan agar tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Kenyataan yang terjadi di lapangan pada umumnya masih ditemukan cara pengajaran lama atau metodologi pengajaran yang benar belum diterapkan sehingga proses pembelajaran terhambat. Dalam hal ini dikarenakan guru tidak hadir dalam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ).

Dari permasalahan tersebut, maka peneliti mengambil fokus masalah (a) Kontribusi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo, dan (b) Faktor-faktor pendukung dan penghambat Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo yang bertujuan untuk mengetahui kontribusi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat non angka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen, serta data lainnya yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualitatif[14]. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif merupakan menggambarkan, mengungkapkan serta menjelaskan peristiwa, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata ataupun gambar dan tidak menekankan pada angka[15]. Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami tafsiran serta bahasa mereka tentang dunia sekitarnya[16].

Subjek penelitian sangat dibutuhkan karena perannya yang mutlak dan tidak dapat digantikan oleh siapapun sebagai pengamat penuh dan partisipan. Subjek penelitian sangat dibutuhkan karena untuk meninjau keadaan lapangan yang sesungguhnya serta objek yang diteliti. Subjek penelitian adalah seseorang yang terlibat dalam penelitian dan keberadaannya menjadi sumber penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo.

Sumber data dalam penelitian ini yakni data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang secara langsung dan diperoleh dari sumber data oleh peneliti untuk dijadikan tujuan khusus. Data ini merupakan sumber asli sehingga dapat memberikan data secara langsung dari sumber utama baik dalam bentuk dokumen maupun peninggalan lain[17]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara dan observasi terhadap guru di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap atau tambahan dari data primer. Data sekunder dapat diambil dari dokumentasi, buku, serta berbagai informasi yang berhubungan dengan fokus penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang berada di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo seperti data guru, peserta didik, struktur keanggotaan, ataupun yang lainnya yang berguna untuk mengkaji MajelisMu’allimilQur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian karena digunakan untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah semua data penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya ialah menganalisis data. Analisis data dimulai sejak peneliti berada dilapangan[18]. Analisis data kualitatif merupakan upaya terlebih dahulu kemudian mengorganisasikan serta langkah terakhir memilah data menjadi satuan data yang dapat dikelola, menemukan apa saja yang dipelajari serta memutuskan apa yang didapatkan orang lain.

Hasil dan Pembahasan

Kontribusi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam Pembelajaran Guru Metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo

Manusia terlahir dengan fitrah sebagai makhluk yang sempurna yang memiliki kemampuan untuk dilatih dan dikembangkan. Kemampuan tersebut haruslah dioptimalkan dengan baik agar dapat berkembang dan membawa perubahan yang baik baginya[19]

Seorang guru perlu dituntut untuk mengikuti perkembangan serta pengembangan teknologi dalam pendidikan. Dikarenakan dapat disadari bahwa ilmu.pengetahuan.dan.teknologi (IPTEK) semakin hari semakin pesat. Oleh karenanya, guru.metode Qiraati harus mampu mengatasi hal tersebut. Maka dari itu, guru metode Qiraati harus berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pada dirinya baik dari segi bacaan Al-Qur’an ataupun yang menjadi wewenangnya maupun keterampilan guru dalam mengolah proses pembelajaran di kelas. Sebagai guru yang baik maka harus meningkatkan serta mengembangkan kemampuan mulai dari sikap, kepribadian, dan kererampilan secara terus menerus.

Dalam metode Qiraati terdapat forum yang digunakan guru untuk belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an maupun cara pembelajarannya agar tetap terjaga. Adapun forum tersebut ialah Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ). Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) merupakan perkumpulan guru metode Qiraati yang berfungsi untuk menjaga dan membenarkan bacaan Al-Qur’an yang salah melalui bertadarus bersama dan baca simak. Tidak hanya itu, Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) berfungsi untuk melakukan penyegaran metodologi pembelajaran metode Qiraati serta menyelesaikan permasalahan peserta didik. Sehingga tujuan Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) adalah mencetak guru yang profesional dalam pembelajaran Al-Qur’an.

Figure 1.Pelaksanaan Tadarrus Bersama Guru di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo

Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo memberikan ruang terhadap guru metode Qiraati sebagai tempat pembelajaran guru dalam mengajarkan Al-Qur’an. Seluruh guru memiliki hak untuk mengikuti kegiatan seperti pembinaan ataupun Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ). Dalam hal ini karena guru mempunyai 5 kategori yaitu pemahaman tentang pembelajaran, penguatan tentang metodologi mengajar, penguasaan materi, inovasi belajar, serta pengalaman tentang teori-teori terbaru.

Kontribusi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal sangat besar karena dalam forum tersebut guru dapat belajar secara terus menerus baik dalam segi bacaan Al-Qur’an maupun metodologi pengajarannya. Dalam forum Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) terdapat susunan acara sebagai berikut:

No Alokasi Waktu Kegiatan
1 15 Menit Baca Al-Qur’an bersama
2 30 Menit Baca simak Al-Qur’an
3 15 Menit Klasikal Ghorib
4 15 Menit Lalaran Tajwid
5 15 Menit Muthola’ah Qiraati
6 30 Menit Problem solving
Total 120 Menit / 2 jam
Table 1.Alokasi waktu Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo

Dalam susunan acara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo dilaksanakan 2 minggu sekali. Tepatnya di hari Jum’at. Baca bersama dilakukan selama 15 menit yang bertujuan untuk menjaga bacaan Al-Qur’an sedangkan 30 menit baca simak Al-Qur’an bertujuan untuk membenarkan bacaan yang salah terhadap guru serta melatih guru dalam ketiwasgasan. Dalam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo juga terdapat 15 menit klasikal ghorib dan lalaran tajwid. Dalam hal ini dapat mengasah ilmu ghorib dan tajwid. Pentingnya muthola’ah Qiraati ialah menjaga bacaan per huruf hijaiyah sesuai dengan makhorijul huruf agar tetap terjaga. Problem solving merupakan dimana guru menyelesaikan permasalahan yang ada di TPQ Tuhfatul Athfal. Permasalahan tersebut seperti anak lama naik jilid, anak sering terlambat, anak yang mau IMTAS, ataupun yang lainnya. Permasalahan dapat diatasi secara bersama-sama dan butuh penanganan yang serius Tidak hanya itu, dalam problem solving juga terdapat penambahan informasi terbaru tentang ke-Qiraati-an. Hal ini akan disampaikan oleh Kepala TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo selaku pemimpin Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) untuk meningkatkan kualitas guru.

Figure 2.Pelaksanaan Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Pidarta (2009) mengatakan bahwasannya untuk mengembangkan dan membina keprofesian guru terdiri dari beberapa hal yakni dengan cara menghimbau dan mengikutsertakan dalam sarana dan fasilitas pemantapan guru, belajar lebih lanjut, mencari sarana untuk guru agar mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk mengikuti penataran pendidikan, mengikuti perluasan untuk berkesempatan supaya guru bisa mengikuti seminar pendidikan sesuai dengan bidang dan minat dalam pengembangkan profesi, mengadakan diskusi-diskusi ilmiah secara berkala di sekolah serta mengembangkan cara belajar kelompok untuk guru-guru sebidang studi [20].

Kontribusi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo sangat bermanfaat karena guru metode Qiraati dapat belajar secara terus menerus melalui bertadarus Al-Qur’an bersama dan baca simak terhadap guru, klasikal ghorib, lalaran tajwid, muthola’ah Qiraati, dan problem solving. Dengan acara tersebut maka guru metode Qiraati dapat menjaga bacaan Al-Qur’an, menambah wawasan ke-Qiraati-an, serta meningkatkan kualitas pembelajaran guru terhadap peserta didik.

Faktor Pendukung dan Penghambat Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam Pembelajaran Guru Metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo

Setiap kegiatan pasti ada hal yang mendukung untuk berjalannya suatu kegiatan. Adapun Faktor-faktor pendukung dalam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo ialah (a) Kekeluargaan yang baik. Kekeluargaan yang terjalin akan menjadikan guru yang satu dengan yang lainnya lebih baik lagi. Dengan adanya komunikasi yang baik antar guru maka tidak ada kesalahpahaman yang berujung keributan saat proses pembelajaran, (b) Adanya niat yang kuat. Niat dalam segala apapun sangat dibutuhkan dalam mencari kebaikan. Dengan adanya niat yang kuat, maka guru dapat memaksimalkan yang ada pada dirinya. Dengan begitu, guru TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo dapat fokus mencapai keberhasilan. Kemauan yang ada pada diri guru akan menjadi berhasil jika ada tindakan untuk diaplikasikan dalam mengajar, (c) Keaktifan dan antusias. Keaktifan guru metode Qiraati dalam membenarkan bacaan yang salah melalui baca simak. Aktif ikut serta dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Dalam hal ini dapat mendorong terjadinya informasi-informasi yang menyebabkan pengetahuan guru di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo bertambah, (d) Kuat untuk maju dan berhasil. Dibutuhkan komitmen yang kuat dan berhasil dalam meraih kesuksesan. Dalam hal ini guru mempunyai keinginan untuk mengajarkan Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan metodologi metode Qiraati, (e) Ketekunan untuk melatih. Ketekunan untuk berlatih dalam metodologi pembelajaran karena cara pembelajaran metode Qiraati bisa berubah sesuai ketentuan dari Koordinator Pusat. Dalam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) guru metode Qiraati dapat belajar secara mendalam terkait pembelajaran Al-Qur’an metode Qiraati.

Tidak semua kegiatan berjalan dengan lancar. Tentu saja ada hambatan atau halangan yang dialami oleh pihak yang terkait. Adapun faktor-faktor penghambat Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo meliputi: (a) Ketidakhadiran guru. Ketidakhadiran guru sangat menghambat dalam proses pembelajaran karena setiap pertemuan selalu ada informasi-informasi terbaru tentang metode Qiraati, (b) Keterlambatan guru sering terjadi saat Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) di TPQ Tuhfatul Athfal. Keterlambatan guru akan berpengaruh pada hasil pembelajaran terhadap peserta didik. Keterlambatan guru membuat guru tidak mengikuti acara dengan lancar karena ada acara yang tidak diikuti seperti baca bersama dan baca simak, (c) Pengunduran waktu. Pengunduran waktu akan menyebabkan acara tidak pasti dan memperlambat penyampaian informasi. Sedangkan informasi dari pusat selalu bertambah sehingga banyak informasi yang belum tersampaikan, dan (d) Pemilihan waku memang sangat penting karena dengan waktu yang tepat maka guru dapat hadir. Karena dalam hal ini banyak guru yang mempunyai kegiatan seperti mengajar sekolah dan menjemput anaknya.

Figure 3.Praktek Peraga Jilid 1

Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diketahui bahwa dari judul kontribusi Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo sangat bermanfaat karena dengan adanya Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) tersebut dapat menjaga bacaan Al-Qur’an, menambah wawasan ke-Qiraati-an, serta meningkatkan kualitas pengajaran guru melalui baca Al-Qur’an bersama, baca simak terhadap guru, klasikal ghorib, lalaran tajwid, muthola’ah Qiraati dan problem solving. Faktor-faktor pendukung dalam Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo meliputi (a) Faktor kekeluargaan yang baik, (b) Adanya niat yang kuat, (c) Keaktifan dan antusias guru, (d) Komitmen kuat untuk maju dan berhasil, dan (e) Ketekunan untuk belajar. Sedangkan faktor-faktor penghambat Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pembelajaran guru metode Qiraati di TPQ Tuhfatul Athfal Krembung Sidoarjo meliputi (a) Ketidakhadiran guru, (b) Keterlambatan guru, (c) Pengunduran waktu, dan (d) Pemilihan waktu.

References

  1. F. Fakrurridha and N. Nurdin, “Pelaksanaan MGMP dalam Meningkatkan Profesional Guru Pendidikan Agama Islam,” J. Serambi Ilmu, vol. 20, no. 2, p. 238, 2019, doi: 10.32672/si.v20i2.1456.
  2. Suriani, “Kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Salat Berjamaah di SMPN 2 Bajo,” 2019.
  3. F. Zahroh, “Program Majelis Mu’allimil Qur’an (MMQ) dalam pengembangan kemampuan Pedagogis Guru Qiraati (Studi Kasus di Kecamatan Batealit Jepara),” Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016.
  4. Petrus Tamur, “Peningkatan Kinerja Guru Melalui MGMP Mini Di SMP Negeri 1 Lembor,” EDUNET J. Humanit. Appl. Educ., vol. 1, no. 2, 2021.
  5. D. Nopiyanti, A. Ghofar, and Nawani, “Pengaruh Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia 7-12 Tahun di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Hidayatus Shibyan Desa Pegagan Lor Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon,” Al-Tarbawi Al-Haditsah J. Pendidik. Islam, vol. 3, no. 1, pp. 103–118, 2018.
  6. Zainal Abidin, R. Maya, and M. Priyatna, “Upaya Guru Qiraati dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Alquran dada Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2018/2019 Di SDIT At-Taufiq Cimanggu Bogor,” Pros. Al Hidayah Pendidik. Agama Islam, p. 117, 2019, [Online]. Available: http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ppai/article/view/332.
  7. S. Hasan and T. Wahyuni, “Kontribusi Penerapan Metode Qiroati dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Secara Tartil,” Al-I’tibar J. Pendidik. Islam, vol. 5, no. 1, pp. 45–54, 2018, doi: 10.30599/jpia.v5i1.317.
  8. I. M. Jamil, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah Melalui Metode Qira ati,” J. Ilm. Pendidik. Anak, vol. II, no. 2, p. 51, 2017.
  9. R. Wulandari, “Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Dalam meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Di Majelis Taklim Sabtu Pon Desa Gerdu, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen Tahun 2020,” Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2020.
  10. Nunung, “Implementasi Metode Qiroati dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Ta’allumil Qur’an Al-Multazam Broni Kota Jambi,” Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin, 2020.
  11. E. S. Handayani, “Studi tentang Kontribusi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKN pada Peningkatan Kualitas Kegiatan Belajar Mengajar Bidang Studi PKN di SMA Negeri 2 Samarinda,” J. Pendas Mahakam, vol. 1, no. 1, pp. 10–22, 2016.
  12. Zasmis, A. Lahmi, and A. Rasyid, “Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Kompetensi Pendidik Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Indonesia,” Arfannur J. Islam. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 27–40, 2020.
  13. Nurjannah, “Efektifitas MGMP dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Bahasa Indonesia dalam Penyusunan Perangkt Pembelajaran Pada MTS Se-Aceh Barat,” pp. 11–27.
  14. Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. 5. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2016.
  15. L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016.
  16. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Cet. 1. Bandung: Tarsito, 2003.
  17. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet. 23. Bandung: Alfabeta, 2016.
  18. M. B. U. B. Arifin and Nurdyansyah, Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. 1. Sidoarjo: Umsida Press, 2018.
  19. N. Afiyah, “Kontribusi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Siswa di SMP Negeri 5 Surabaya,” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018.
  20. Y. Nurlaeli and O. Saryono, “Efektivitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris,” Indones. J. Educ. Manag. Adm. Rev., vol. 2, no. 2, p. 309, 2018.