Abstract
This article aims to determine the application of the Qowaid wa al-Tarjamah method in learning Arabic in 7th grade MTs. Al-Misri Rambi Puji – Jember. This study uses a descriptive qualitative approach whose data is obtained from a detailed study of a single background, a single subject, or a particular event. The results showed that, the application of the Qowaid wa al-Tarjamah method in learning Arabic in 7th grade MTs. Al-Misri Rambi Puji – Jember has 3 stages, namely preparation, implementation and evaluation of the application of the Qowaid wa al-Tarjamah method in learning Arabic.
Pendahuluan
Bahasa merupakan sebuah alat yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena bahasa menjadi alat komunikasi yang paling utama. Sebagai alat komunikasi, bahasa juga meliputi kata, kumpulan kata, klausa dan kalimat yang dapat diungkapkan secara lisan dan tulisan. Sementara itu, pengertian dari bahasa sendiri merupakan sebuah system komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan suara atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih besar seperti morfen, kata dan kalimat. Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya dan bahasa. Hampir setiap dari daerah memiliki bahasanya masing-masing, namun, mayoritas rakyat Indonesia menganut agama Islam yang mana dalam agama Islam memiliki kitab yang berbahasa Arab – Al-Qur’an, sehingga, kita sebagai ummat Islam harus mempelajari bahasa dari kitab agama kita yaitu bahasa Arab. Tidak hanya dalam al-Qur’an yang berbahasa Arab, namun, dalam hadits yang mengajarkan aqidah, akhlaq dan hukum-hukum sunnah lainnya juga berbahasa Arab, dan yang terpenting ialah nabi Muhammad juga berbahasa Arab. Alangkah baiknya bagi kita, sebagai ummat Islam untuk mempelajari bahasa tersebut sehingga dapat menjadi orang yang mahir dalam bahasa Arab. Sesungguhnya, metode pengajaran bahasa Arab terbagi menjadi dua yaitu tradisional dan modern. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional merupakan metode ajar yang focus pada “bahasa sebagai budaya ilmu”, yang mana itu mengharuskan untuk mempelajari bahasa Arab secara mendalam seperti mempelajari aspek gramatika/sintaksis (Qowaid/nahwu), morfen/morfologi (Qowaid/ash-shorf) ataupun sastra (Adab). Metode pengajaran yang masyhur dan berkembang untuk tujuan tersebut ialah metode Qowaid wa al-Tarjamah. Metode ini merupakan metode terlama dan masih banyak digemari oleh lembaga pendidikan dalam pengajaran bahasa Arab. Di Indonesia sendiri masih banyak pesantren-pesantren yang menggunakan metode ini dalam pengajaran bahasa Arab. Sedangkan metode pengajaran bahasa Arab modern merupakan metode pengajaran yang memiliki tujuan untuk menjadikan bahasa sebagai alat. Yang mana itu berarti bahasa di jadikan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan modern kini, sehingga inti dari pembelajaran bahasa arab ini menjadikan seseorang dapat menggunakan kemampuan berbahasa Arab secara aktif dan dapat memahami ucapan atau ungkapan dalam bahasa Arab. [1]
Di Indonesia sendiri bahasa Arab memiliki kedudukan sebagai bahasa asing yang mana masih banyak yang beranggapan bahwa bahasa Arab merupakan bahas yang sulit untuk dipelajari, perlu adanya pengajaran dalam memperkenalkan bahasa tersebut. Pengajaran bahasa Arab di Indonesia juga dapat dipastikan setua masuknya agama Islam di Indonesia. Awal pembelajaran bahasa Arab di Indonesia cenderung dengan metode menghafal dan menggunakan metode eja (alphabet method). Hal tersebut hingga saat ini masih dapat kita saksikan di majelis-majelis ilmu atau majelis-majelis pengajian di Indonesia, semakin berjalannya waktu cara pengajaran tersebut mulai ditinggalkan dan munculah cara pembelajaran yang masih berhubungan erat dengan pendalaman pembelajaran agama Islam, bentuk pembelajaran ini banyak kita temui di pesantren-pesantren di Indonesia. Meteode ini merupakan metode qowaid wa al-tarjamah yang pada umumnya pembelajarannya masih menggunakan buku pegangan bahasa Arab. Seperti yang telah kita ketahui dalam pembelajaran bahsa Arab memiliki beberapa macam cara pengajaran 1) metode Qowaid wa al-tarjamah. 2) metode langsung. 3) metode sami’iyyah-syafawiyyah. 4) metode elektrik. Pengajaran bahasa Arab sendiri memiliki 2 arah dalam pembelajaranya yaitu mengarahkan pada pengajaran bahas aktif dan pasif. Pengajaran bahasa secara aktif merupakan dapat berkomunikasinya siswa satu sama lain dengan baik dan benar secara lisa maupun tulisan. Pengajaran bahasa secara pasif merupakan dapat memahaminya siswa pembicaraan orang lain dan mampu memahami isi bacaan. Dan dalam pembelajaran bahasa Arab sendiri menerapkan empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak (maharah Istima’), keterampilan berbicara (maharah Kalam), keterampilan membaca (Maharah Qiro’ah) dan keterampilan menulis (Maharah Kitabah).[2] Keempat keterampilan diatas akan saling berhubungan satu sama lain dalam pembelajaran bahasa Arab.
Dalam pembelajaran bahasa Arab hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami, menegetahui ajaran agama Islam. Keterampilan bahasa yang telah dimiliki peserta didik dalam pembelajaran bahasa Arab yang paling utama ialah memahami apa yang disampaikan oleh pendidik. Dengan demikian sangatlah penting bagi pendidik untuk dapat memahamkan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Adanya penguasaan materi yang baik akan memudahkan siswa untuk menghadapi tahapan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Untuk menarik perhatian siswa agar senang mempelajari bahasa Arab dan mudah dalam mempelajarinya maka sejalan dengan perkembangan zaman dunia pendidikan juga ikut berkembang baik dari segi kurikulum, metode, media dan berbagai perkembangan lainnya. Al-Nahwawi pernah menyimpulkan bahwa salah satu syarat menjadi guru ialah dengan menguasai metode pembelajaran. Selain menguasai metode dan materi pelajaran, pendidik juga harus terampil dalam penguaaan materi sehingga dengan mudah menyampaikan materi tersebut kepada para siswa. Selama ini proses pembelajaran bahasa Arab di MTs.al-Misri menggunakan metode Qowaid wa al-Tarjamah serta media yang digunakan ialah buku bahan ajar pelajaran bahasa Aran atau LKS dan proyektor jika dibutuhkan. Sejauh ini menurut guru bahasa Arab Pak Abdul Fattah, S.Pd.I telah menggunakan metode Qowaid wa al-Tarjamah ini mulai dari kelas 7 hingga kelas 9. Menurut beliau metode ini lebih efektif daripada metode-metode yang telah digunakan sebelumnya. Metode Qowaid wa al-Tarjamah sendiri memiliki tujuan untuk mengajarkan bahasa asing agar dapat membaca buku atau teks dalam bahasa target.[3] Dalam wawancaranya, beliau mengatakan bahwa dalam penggunaan metode Qowaid wa al-Tarjamah dalam proses pengajarannya lebih mudah diterapkan dan sesuai dengan kondisi para siswa mengingat tidak semua siswa pernah belajar bahasa Arab sebelumnya dan mereka dari background pendidikan yang berbeda-beda. Selain itu beliau juga mengungkapkan dengan menggunakan metode ini dapat membantu meningkatkan pemahaman para siswa. Adapun materi yang digunakan berdasarkan kurikulum 2013 dan bersumber dari buku modul ajar bahasa Arab KMA No. 183 tahun 2019.[3] Pengajaran bahasa Arab dengan metode Qowaid wa al-Tarjamah di kelas 7 MTs. Al-Misri Rambipuji Jember ini selain dengan buku bahan ajar juga terdapat RPP metode ini sangat relevan dengan kebutuhan siswa mereka, mengingat rata-rata siswa disana merupakan orang yang masih belum sepenuhnya memahami bahasa Arab, oleh sebab itu dipilihlah metode ini untuk lebih memudahkan mereka dalam pembelajaran bahasa Arab. Metode Qowaid wa al-Tarjamah sendiri memiliki tujuan untuk mengajarkan bahasa asing agar dapat membaca buku atau teks dalam bahasa target.[4]
Metode Penelitian
Sedangkan dalam pendekatan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu suatu prosedur penelitian yang mengahsilkan data data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari para informan serta perilaku yang diamati.[5] Dengan tujuan untuk mengambarkan suatu situasi, kondisi, objek yang dikaji secara akurat dan jelas. Maka dari itu, dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif deskriptif peneliti bisa dengan mudah menggambarkan situasi atau kondisi objek secara akurat dan jelas yang terjadi di kelas 7 MTs. Al-Misri Rambipuji – Jember. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik yaitu Observasi, Wawancara dan Dokumentasi.
Hasil dan Pembahasan
Setelah memaparkan data yang telah didapatkan oleh peneliti maka tindakan selanjutnya yaitu dengan mendiskusikan analisis antara yang terjadi di lapangan dengan teori yang ada sebagaimana telah diuraikan di bab 2 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif secara terperinci.
A. Penerapan Metode Qowaid wa Al-Tarjamah dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas 7 MTs. Al-Misri Rambipuji – Jember.
Persiapan Pembelajaran: Guru membuat silabus selama satu semester dan membuat RPP disetiap pertemuan.
Pelaksanaan Pembelajaran: Untuk tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Guru akan akan mengkondisikan suasana kelas agar kondusif dan mengarahkan kepada para murid agar tenang karena pembelajaran akan segera dimulai.
- Guru akan mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar para siswa.
- Guru akan menanyakan materi apa yang telah mereka pelajari di pertemuan sebelumnya, hal ini dilakukan guna mengevaluasi tentang pemahaman para murid.
- Guru akan menjelaskan materi yang akan mereka pelajari hari ini. Memperkenalkan mufrodhat baru dengan cara menuliskan dulu mufrodhat diatas papan tulis dan menuliskan arti dari mufrodhat tersebut.
- Guru akan mengarahkan anak-anak untuk melantunkan materi atau mufrodhat secara bergantian kemudian melantunkan materi hari ini secara bersama-sama.
- Siswa akan mengerjakan tugas yang ada di LKS mereka. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa tentang materi tersebut.
Evaluasi Pembelajaran: Sedangkan untuk evaluasi pembelajaran guru kelas 7 tidak hanya menggunakan test tulis tetapi juga menggunakan praktik dan pemberian tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.
Menurut Idrus L. Evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaan yang perlu dioptimalkan karena bukan hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar tetapi juga perlu penilaian terhadap in-put, proses dan out-put. Salah satu faktor penting untuk efektifitas pembelajaran adalah faktor evaluasi yang baik terhadap proses belajar maupun terhadap hasil pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap siswa dan sejauh manakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan siswa. Beliau juga berpendapat bahawa evaluasi juga dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat lagi dalam belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru agar lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong pengelola pendidikan untuk lebi meningkatkan kualitas fasilitas dan kualitas belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, optimalisasi sistem evalauasi memiliki dua makna yaitu:
- Sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal.
- Manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat utama yang didapat dari evaluasi ialah menigkatkan kualitas belajar.[6]
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penerapan Metode Qowaid wa al-Tarjamah dalam pembelajaran bahasa Arab di Kelas 7 MTs. Al-Misri Rambipuji-Jember.
Seperti yang telah dipaparkan diatas pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang ingin dicapai apabila faktor-faktor pendukungnya benar-benar mendukung proses pembelajaran tersebut. Adapun menurut Nasution beberapa faktor-faktor yang dapat mendukung pembelajaran yaitu bahan ajar, guru dan murid. Tanpa adanya faktor tersebut kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlaksana. Pembelajaran dapat berjalan lebih efektif apabila bahan ajar disusun secara spesifik sesuai dengan tujuan yang diuraikan agar keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur.[7] Berbeda halnya dengan Sugihartono yang membagi faktor pendukung pembelajaran menjadi lima bagian yaitu:
a) Faktor Pendukung
- Pembelajaran tatap muka. Adanya aturan pemerintah yang baru, yang membolehkan para lembaga pendidikan kembali melakukan pembelajaran tatap muka sangat patut disyukuri. Mengapa demikian? karena pengajar dapat mengajarkan pelajara secara langsung. Pengajar juga dapat mengetahui seberapa jauh para siswa memahami pelajaran dan pengajar dapat segera menindaklanjuti hal tersebut secara langsung.
- Media pembelajaran yang memadai. Adanya media pembelajaran yang memadai dapat mempercepat laju pemahaman belajar siswa dan dapat membuat suasana kelas menjadi tidak monoton.
- Keaktifan siswa. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami pelajaran. Jika siswa aktif bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dia fahami atau selalu mengerjakan tugas-tugas yang gurunya berikan, hal ini dapat menjadikan siswa tersebut lebih mudah memahami pelajaran. Karna adanya waktu untuk dia berfikir lebih banyak daripada teman yang kurang aktif. Dalam melakukan evaluasi, guru MTs. Al-Misri sering mengadakan praktek dan pemberian tugas di LKS siswa. Hal ini dilakukan agar guru mengetahui secara langsung hasil pemahaman siswa karna jika melakukan evaluasi belajar hanya menggunakan test tulis saja bisa jadi hasil test tersebut bukan dari kemampuan siswa sendiri. Oleh sebab itu, hasil dari evaluasi tidak hanya mengacu pada satu model tetapi dari beberapa model evaluasi.
Seperti yang telah dipaparkan diatas pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang ingin dicapai apabila faktor-faktor pendukungnya benar-benar mendukung proses pembelajaran tersebut. Adapun menurut Nasution beberapa faktor-faktor yang dapat mendukung pembelajaran yaitu bahan ajar, guru dan murid. Tanpa adanya faktor tersebut kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlaksana. Pembelajaran dapat berjalan lebih efektif apabila bahan ajar disusun secara spesifik sesuai dengan tujuan yang diuraikan agar keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur.[7] Berbeda halnya dengan Sugihartono yang membagi faktor pendukung pembelajaran menjadi lima bagian yaitu:
- Guru sebagai pembina siswa belajar.
- Sarana dan prasarana pembelajaran.
- Kebijakan penilaian.
- Lingkungan siswa disekolah.
- Kurikulum sekolah.[8]
Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa demi mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar tidak hanya satu komponen saja tetapi terdapat beberapa komponen dan juga disetiap sekolah memiliki komponen faktor pendukung pembelajaran yang berbeda-beda
b) Faktor Penghambat
Berikut beberapa faktor penghambat penerapan metode Qowaid wa al-Tarjamah di MTs. Al-Misri Rambipuji-Jember:
a).Tidak Hadir di Kelas: Ketidak hadiran murid dalam kelas dapat menjadi faktor penghambat belajar murid karena dengan tidak hadirnya sang murid dalam kelas menjadikan dia tertinggal dalam materi yang disampaikan pada hari tersebut. Sedangkan kehadiran siswa dalam kelas adalah sesuatu yang diwajibkan dalam pembelajaran.
b). Perhatian Murid. Perhatian murid ketika pembelajaran berlangsung juga menjadi faktor pendukung bagi mereka dalam menerima pelajaran. Sedangkan ketika mereka tidak fokus dan mood mereka sedang buruk dapat menghambat lajur pemahaman mereka mengenai pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, tugas seorang guru adalah membuat suasana menjadi lebih kondusif.
c). Latar belakang pendidikan murid. Tidak dapat dipungkiri jika latar belakang seorang murid juga berpengaruh bagi keberlangsungan pembelajaran, terutama pembelajaran bahasa Arab.
Faktor penghambat merupakan sebuah rintangan yang dapat menghambat laju pembelajaran sehingga dapat tidak tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Suatu tugas atau pekerjaan dapat tidak terlakasana dengan baik jika ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Hambatan cenderung bersifat negatif yaitu memperlambat laju suatu hal yang dikerjakan oleh seseorang. Dalam melakukan beberapa hal seringkali ada beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya. Hal tersebut merupakan rangkaian hambatan yang dialami seseorang dalam belajar. Menurut Rochman Natawijaya dalam Sutriyanto, hambatan belajar merupakan suatu hal atau peristiwa yang ikut menyebabkan suatu keadaan yang menghambat dalam mengaplikasikannya saat proses pembelajaran berlangsung.[9]
Sepadan dengan yang terjadi di MTs. Al-Misri bahwa ada beberapa hal dalam menghambat laju kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut mungkin juga dapat terjadi disetiap lembaga pendidikan sehingga kita sebagai calon pendidik harus memiliki problem solving dalam mengatasi hambatan-hamabatan yang terdapat pada pembelajaran
Beberapa problem solving dari peneliti sehingga dapat mengatasi faktor penghambat Penerapan Metode Qowaid wa al-Tarjamah dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas 7 MTs. Al-Misri.
a. Tidak Hadir dikelas: Ketidak hadiran siswa dalam pembelajaran juga dapat menghambat penjapaian kegatan belajara mengajar. Oleh sebab itu, hal seperti ini dapat di berikan solusi dengan jika siswa tidak hadir melebihi 2 kali pertemuan maka guru dapat menghubungi orang tua siswa dan menanyakan alasan mengenai ketidak hadiran siswa.
b. Backgroud Pendidikan siswa: Adanya pengelompokan menjadi 4 kelas di kelas 7 menurut peneliti sudah mennjadi solisi yang tepat. Mengingat background pendidikan siswa yang memang berbeda-beda. Ada yang dari SD negri yang mana tidak ada pelajaran bahasa Arab sama sekali. Dan ada juga yang dari SDI atau MI yang memang mengadakan pelajaran menjadi salah satu kurikulum mereka.
Menurut Marzano Problem Solving adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang berupaya untuk memecahkan persoalan. Para pendidik pada umumnya berpendapat bahwa problem solving untuk menunjukkan tugas tertentu yang disajikan kepada pembelajar dalam pelajaran tersebut.[10] Sepadan dengan ungkapan tersebut bahwa adanya hambatan dalam suatu persoalan atau dalam suatu pembelajaran maka disitu juga akan terdapat pemecah dari permasalahan tersebut. Beberapa problem solving sudah dicantumkan oleh peneliti sebagaimana uraian diatas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- MTs. Al-Misri menggunakan metode Qowaid wa al-Tarjamah dalam pembelajaran bahasa Arab. Hal ini dilatar belakangi oleh background pendidikan siswa yang tidak sama. Ada yang dari SD negri dan ada juga yang dari Madrasah Ibtidaiyah.
- Untuk persiapan pembelajarannya sendiri, guru bahasa Arab kelas 7 sudah membuat silabus dan RPP sebelumnya dengan modul ajar menggunakan kurikulum 2013 yang sesuai dengan KMA No. 183 Tahun 2019.
Dari segi penerapan pembelajaran sebagai berikut:
- Persiapan memulai pelajaran dengan berdo’a.
- Pengenalan materi yang akan diajarkan hari ini.
- Pengenalan kosa kata baru yang bertemakan hal-hal disekeliling siswa.
- Menuliskan kosa kata serta arti diatas papan tulis.
- Menyuruh siswa melafalkan kosa kata satu persatu kemudian bersama-sama.
- Mengerjakan tugas yang ada di LKS.
Sedangkan untuk evaluasi pembelajaran guru kelas 7 tidak hanya menggunakan test tulis tetapi juga menggunakan praktik dan pemberian tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.
1. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran Bahasa Arab dengan penerapan metode Qowaid wa al-Tarjamah di kelas 7 MTs. Al-Misri ini ialah:
a). Pembelajaran tatap muka: Hal ini membuat guru mudah menjelaskan materi kepada siswa dan juga lebih mudah dalam mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. b). Keaktifan siswa: Dengan siswa yang selalu bertanya ketidakfahaman mereka dapat menjadikan penunjang tercapainya pembelajaran bahasa Arab yang baik. c). Media pembelajaran yang memadai: Hal ini sudah menjadi rahsia umum jika terpenuhinya fasilitas dan mennjadi pendukung yang bagus bagi pembelajaran siswa.
Faktor penghambat dalam penerapan metode Qowaid wa al-Tarjamah di kelas 7 MTs. Al-Misri ini ialah:
- Faktor Internal: a). Tidak hadirnya siswa dikelas menjadi salah satu hambatan bagi pemahaman pelajaran siswa. Meskipun dapat diulang kembali namun alangkah baiknya jika siswa selalu mengahdiri setiap pertemuan. b). Perhatian murid yang kurang fokus dapat membuat mereka kurang faham akan materi sehingga sudah kewajiban guru menciptakan kelas yang menyenangkan.
- Faktor Eksternal: a). Background pendidikan setiap murid yang berbeda-beda dapat menjadi penghambat pembelajaran karena ada yang masih belum mengenal bahasa Arab sama sekali, namun MTs. Al-Misri telah memberikan solusi dengan membagi kelas menjadi 4 sesuai dengan kemampuan murid yaitu kelas A, B, C dan D.
Dari beberapa point yang ada, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan diberlakukan kembali pembelajaran disekolah dapat mempermudah guru dan murid dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana guru dapat menerapkan silabus dan RPP yang telah mereka buat untuk digunakan selama masa pembelajaran dikelas tersebut. Tidak dapat dipungkiri dengan pengadaan kembali pembelajaran disekolah ini dapat membuat guru lebih kreatif dalam menyajikan materi yang akan diajarkan. Sebagai guru yang baik akan berusaha semaksimal mungkin dalam menyampaikan materi agar para siswa dapat dengan mudah menerima materi tersebut. Di MTs. Al-Misri ini sendiri peneliti telah melihat betapa telah bekerja kerasnya pihak sekolah dan guru dalam menanggapi kegiatan belajar mengajar mereka khususnya dalam pelajaran bahasa Arab. Mereka menggunakan teknik pengelompokan kemampuan menjadi 4 kelas guna memlancarkan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sudah menjadi satu nilai plus yang lembaga miliki. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga telah memilihkan metode pengajaran yang juga menyesuaikan dengan background dan kemampuan siswa. Adanya perbedaan background pendidikan membuat pihak sekolah secara tidak langsung harus mencarikan metode pengajaran yang sesuai dengan mereka. Pihak sekolah telah menetapkan metode Qowaid wa al-Tarjamah sebagai batu loncatan mereka mengajarkan pelajaran bahasa Arab di kelas 7 ini, mengingat metode tersebut merupakan metode terlama dan metode klasik dalam dunia pendidikan. Metode ini sangat relevan dengan kondisi siswa kelas 7 MTs. Al-Misri. Mengapa demikian? Karna metode ini merupakan metode yang menterjemahkan bahasa asing ke dalam bahasa Ibu atau bahasa local yang siswa miliki.
References
- Lukman Taufik Akasahtia, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Riau: DOTPLUS publisher,2021)
- Qomi Akid Jauhari, Pembelajaran Maharah Istima di Jurusan PBA UIN maulana Malik Ibrahim, Jurnal Tarbiyatuna Volume 3 No. 1 (januari-Juli) 2018.
- Beti Mulu, Penerapan Thaharah Qawaid wa al-Tarjamah dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren al-Munawaarah Wawolemo Sulawesi Tenggara https://maksimumdotme1.wordpress.com/2012/05/02/metode-qawaid-wa-tarjamah/
- Beti Mulu, Penerapan Thaharah Qawaid wa al-Tarjamah dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren al-Munawaarah Wawolemo Sulawesi Tenggara https://maksimumdotme1.wordpress.com/2012/05/02/metode-qawaid-wa-tarjamah/
- Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016)
- Idrus L., Evaluasi Proses Pembelajaran, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol, 9, N0. 2, Agustus 2019
- Nasution, Perencanaan Pembelajaran, (Yogtakarta: Graha Ilmu, 2008
- Sugihartono, Psikologi Pendidikan, (Yokyakarta: UNY Press, 2007
- Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo)
- Bambang Suteng S., Problem Solving: Signifikasi, Pengertian, dan Ragamnya, Satya Widya, Vol, 28, No. 2. Desember 2012