Islamic Education
DOI: 10.21070/ijis.v9i0.1617

Educational Values ​​in Islam Surah Al-Furqon Verse 63-77


Nilai- Nilai Pendidikan dalam Islam Surat Al- Furqon Ayat 63-77

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Moral Education Ibadur Rahman Tafsir Al-Azhar

Abstract

Educational Values ​​This article aims to explore moral education in the concept of 'Ibadur Rahman through the interpretation of Al-Azhar, so that the understanding of moral education is more varied and more comprehensive. The research approach used is library research whose data is obtained from a literature review with a theoretical and philosophical approach. The results of the study found that the value of moral education contained in Q.S Al-Furqon verses 63-77 Tafsir Al-Azhar by Hamka of education is divided into 3: aqidah education, sharia education and moral education. in Islam Surah Al-Furqon Verses 63-77

Pendahuluan

Al- Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah, dan memberi petunjuk bagi manusia dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.[1] Al- Quran sangat memperhatikan tentang pendidikan, karena merupakan sarana bagi manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai kholifah di bumi. Ada tafsir agar dapat memahami kandungan di dalam Al- Quran.

Indonesia memiliki umat Islam yangs cukup banyak, dan belum mempelajari Al- Quran dengan sepenuhnya. Ada beberapa faktor yang menjadikan penurunan: kurangnya semangat pada anak, gengsi, banyaknya tugas sekolah. Selain itu juga ada faktor lingkungan: pandangan orang tua yang lebih memetingkan pendidikan formal daripada pendidikan agama, kura ngnya motivasi, mengaji hanyalah sebuah tradisi bagi anak- anak. Faktor yang lain adalah kurikulum belajar agama: tidak ada pembagian kelas yang sesuai, kurikulum yang kurang jelas, sarana dan prasarana yang kurang memadai, waktu yang singkat, dan tenaga pendidikan yang kurang berkualitas.[2]

Metode pentafsiran tafsir qurtubi menggunakan tahlili, ijmali, muqaran, dan mauhu’i. Indonesia memiliki beberapa mufasir yang telah menghasilkan karya tafsirnya salah satunya adalah Haji Abdul Malik Amarullah atau biasa disebut dengan Hamka dengan kitab tafsir Al- Azhar. Dalam pentafsirannya Hamka cenderung menterjemahkan ayat secara global kemudian menjelaskan secara terperinci. Metode yang digunakan adalah tahlili, yaitu metode mentafsiran ayat- ayat Al- Quran melalui mendeskripsikan (menguraaikan) makna yaang terkandung dalam ayat- ayat Al- Quran dengan mengikuti taat tertib susunan atau urutan- urtan surat- surat dan ayat- ayat Al- Quraan yang diikuti benyak analisi tentang kandungan ayat- ayat Allah. Pertimbangan pertama penulis setelah mengkaji dasyatnya dari kandungan Surat Al- Furqon ayat 63-77. Maka sebagai umat Islam yang sekaligus pendidik peradaban maka menjadikan Al- Quran sebagai pedoman dalam pendidikan pembentukan akhlak umat Islam.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah termasuk penelitian kepustakaan atau sering disebut Library Research (Penelitian Kepustakaan). Penelitian ini merupakan penelitian yang sumber data yang didapat dan ranah penelitiannya berada pada perpustakaan. Teknik Pengumpulan Data Supaya data didapat secara valid dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Maka prosedur dokumenter yaitu mengumpulkan data-data dengan cara meneliti sumber-sumber sekunder yang nantinya sangat dibutuhkan untuk mendapatkan data sebanyak mungkin tentang sistem pendidikan Islam menurut Tafsir Al-Azhar surat Al- Furqon ayat 63- 77

Hasil dan Pembahasan

Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu, atau terjadi dengan spontan. Maka jiwa menjadi sumber terpancarnya alak, apabila hatinya bbersih maka yang muncul adalah akhlak yang terpuji, apabila hatinya ada kedengkian maka yang muncul adalah akhlak yang tercela. Misalnya ketika orang marah karena hal kecil, atau orang yang bersabar dengan musibah yang menimpanya. Perilaku yang muncul secara langsung tersebut disebut dengan akhlak. Tetapi apabila ia marah kemudia ia berusaha merendam rasa marahnya bukan termasuk akhlak. Karena ia tenang setelah ia berfikir dan berusaha menjadi tenang[3]

A. Nilai Pendidikan Akhlak Konsep ‘Ibadur Rahman

Al Qur’an memiliki pengaruh besar pada psikis manusia, karena apabila Al- Quran dibaca oleh umat manusia akan menyentuh hati untuk yang membaca, serta bisa menambah keimanan. Dalam membentuk akhlak seseorang maka diperlukan semenjak dari orang tua terlebih dahulu. Karena pada hakikatnyaa anak adalah mencontoh orang tua. Selain orang tua mmemberi contoh juga memberikan ilmu- ilmu, penanaman dan kebiasaan yang baik seperti yang telah dicontohkan oleh ‘Ibadur Rahman dalam surat al- Furqon ayat 63-77:

Pendidikan Aqidah

Pendidikan Aqidah adalah proses membimbing dan mengarahkan manusia sehingga akan tumbuh kepercayaan dan keyakinan yang lurus yang tertanam pada hati sebagai landasan hidup yang berlandaskan Al- Quran dan As- Sunah. Sehingga tingkah laku seseorang dialndasi dengan keyakinan dan kepercayaan. Pendidikan aqidah menurut konsep ‘Ibadur Rahman: 1. Tahajud adalah orang- orang yang bangun dimalam hari sehingga menghidupkan malam- malamnya untuk beribadah. ‘Ibadur Rahman adalah mereka yang suka bergadang, tidak banyak tidur tetapi lebih banyak bersujud kepada Allh untuk mengingat Tuhannya dan berkomunikasi secara langsung bersama sang pencipta. 2. Mengesaakan Allah adalah menyembah Allah tanpa mempersekutukanNya dengan berbagai macam kesyirikan yang menyebabkan kerusakan [4]. 3. Taubat& Tidak Menggibah. Taubat sadar perbuatanya dan ada niat untuk memperbaiki segala perbuatan. Taubat adalah kembali dari sesuatu yang tercela meuju kepada sesuatu yang terpuji [5]. Ghibah merupakan pembicaraan yang belum pasti dengan kebenarannya, atau lebih identik dengan pembicaraan tentang keburukan orang lain tanpa diketahui oleh pelaku.

Pendidikan Syariah

Pendidikan syariah menurut Hamka adalah dia tidak terlalu royal dan juga tidak terlalu bakhil tetapi diantara keduannya. Pendiddikan ini bertujuan supaya dalam kehidupannya seimbang dan dapat berjihad di jalan Allah. Keloyalan dlam berbelanja jika ditimpa bahay mak ia alkan kehabisan harta. Orang yang bakhil akan menjadi putus antara hubungannya dengan masyarakat karena i telah salah dalam menaruh cinta, dan suatu sat pasti harta tersebut akan dikeluarkan [6]. Dengan cara menginfakkan harta/ sederhana dalam berbelanja,

Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah ihtiar atau usaha manusia untuk mengarahkan peserta didik supaya menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah dan berakhlak karimah. Ada beberapa pendidikan akhlak yang dapat ditanamkan dalam diri manusia menurut konsep ‘Ibadur Rahman: 1.Rendah Hati. (Tawadu’) adalah merendahkan diri [7]. Rendah hati ialah merendahkan diri tanpa meremehkan dan menganggap enteng [8]. Rendah hati bukanlah sikap yang sengaja dipertontonkan kepada orang lain seolah- olah dirinya rendah [9]. 2. Tidak Berzina. Zina salah satu sebab yang mengaibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang berbahaya, mendorong orang untuk mendorong membujang dan praktek tanpa adanya pernikahan. Maka zina juga sebab utama kemlaratan, pemborosan, kecabulan, dan pelacuran [10]. 3. Kesabaran adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri, mentaati perintah Allah, dan mampu menghadapi ujian dan cobaan dari Allah. Sabar adalah bertahan diri untuk mencapai ketaatan dan menjauhi larangan dan menghadapi ujian dengan rla dan pasrah [11]

B. Cara Mendidik Akhlak Supaya Menjadi ‘Ibadur Rahman

Dari konsep ‘Ibadur Rahman dapat diambil kesimpulan bshwa ada beberapa proses pendidikan yang dapat dilkukan oleh pendidik dan orang tua. Berikut adalah proses pendidikan konsep ‘Ibadur Rahman yang dapat dilakukan:

1. Membiasakan Sholat.

Manusia memiliki naluri cemas dan mengharap, apabila bersandar kepada makhluk maka tidak akan berhasil tetapi maka yang mampu hanya bersandar kepada Allah [12]. Sholat dapat membiasakan anak untuk membiasakan sifat terpuji, pekerja keras, dan bertanggung jawab dengan beban yang telah diberika kepadanya. Apabila anak sudah terbiasa dengan sholat 5 waktu dengan tepat waktu, berdoa, dan dzikir mak tahap selanjutnya anak dibiasakan untuk sholat tahajud

Dan didalam sholat merupakan komukasi batin seseorang dengan Tuhannya, sehingga akan mendatangkan takut bahwa dirinya diawasi oleh Allah dan dapat menumbuhkan didalm hatinya bahwa ada kebesaran dari Allah. Sholat dapat membiasakan anak untuk membiasakan sifat terpuji, pekerja keras, dan bertanggung jawab dengan beban yang telah diberika kepadanya. Sholat dapat membiasakan dirinya untuk hidup bersih karena ia selalu berwudhu, displin dengan adanya adzan setiap sudah tiba waktu sholat, tanggung jawab ketika membaca iftitah “Sesungguhnya sholatku, ibadahk, hidup dan matiku hanya untuk Allah”, dan pada saat rukuk da shujud diajarkan untuk rendah hati serendah- rendahnya. Anak juga diajarkan tentang hadiah dan hukuman, untuk yang melakukan sholat maka akan mendaapatkan syurga.

2. Membiasakan Berdoa

Doa merupakan permintaan hamba kepada tuhan supaya mendapat pemeliharaan dan pemohonan yang lahir dari hati dengan bukti ketundukan kepadanya. Doa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak hanya dipahami tetapi menjadi sebuah harapan semoga Allah mengubah nasib hambanya. doa sebagai ibadah yang menjadikan hambanya untuk selalu optimis dan hanya meminta dan berharap kepada Allah.

3. Membiasakan Menejemen Keuangan

Manejemen keuangan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan untuk menbcapai tujuan [13]. Pada pendidikan manajemen anak diajarkan untuk mengatur keuangan yang telah diberikan oleh orang tua seperti: infak, sedekah, dan menabung. Setiap anak harus diberi pemahaaman untuk giat menabung, karena menabung adalah hal yang menjadi kebiasaanyang wajib dilakukan. Dengan begitu anak akan lebih menghargai uang yang mereka peroleh dan menghindari dari sifat boros. Mengajarkan akan menabung tidak berfokus pada nominal tetapi dari konstiten mereka dan motivasi agar mereka giat dalam menabung.

4. Membiasakan Memahamkan Tentang Bergaul

Manusia merupakan makhluk sosial maka dia harus hidup dan berdampingan dengan orang lain. Maka sudah menjadi kodrat manusia untuk saling membutuhkan satu sama lain. Maka orang tua harus menanamkan dan mendidik supaya anak bergaul dengan teman- teman yang benar. Tetapi dalam bergaul ada perlu etika- etika yang harus ditanmakan kepada anak, supaya anak tahu dengan kebenaran dan memiliki akhlak yang baimsehingga ankan mendaptkan hakhaknya. Pendidikan yang diterapkan terlebih dahulu adalah di rumah tanpa membebani diluar kemampuan anaknya [14]. Ada beberapa hal yang harus dibiasakan oleh orang tua kepada anak dalm bergaul:bergaul dengan orang lain, menjaga syahwat dan kemarahan

5. Membiasakan Bekerja Dengan Teratur

Sebelum melakukan pekerjaan maka harus menimbang manfaat dan mudharatnya. Melakukan pekerjaan yang tidak dimulai pertimbangan yang matang mak akan menghabiskan waktu, tidak mendapatkan hasil yang memyaskan tetapi yang didapat adalah pekerjaan yang terbengkalai. Tapi seorang mukmin tidak akan ,emgerjaakn tanpa memakai pertimbangan. Mukmin tidak dua kali digigit ulang pada satu lubang.

6. Membiasakan Jujur

Jujur adalah sifat seseorang yang menyatakan dengan sesungguhnya tanpa menambahi atau mengurangi [15]. Penanaman kejujuran ditanamakan sejak dini karena penanaman sejak dini akan mudah diserap oleh anak. Kejujuran sangat penting dan kita harus terbiasa menanamkan dan menerapkan setiap orang memiliki perilaku dan tidak semua amanah. Sangat penting sekali orang yang memegang amanah agar tidak khianat dan menyebarkan kepada orang lain, karena sesungguhnya ia telah membawa tanggung jawab. Beberapa cara menanamkan kejujuran pada anak: menerapkan dalam kehidupan sehari- hari, memberikan pengetahuan dan keyakinan bahwa Allah maha melihat, memberikan kejujuran itu nimat, bercerita sebelum tidur, pemberitahuan dan pujian

7. Membiasakan Berintropeksi,

Kebanyakan orang lupa dengan aib yang ada pada diri kita dan menutupi kekurangan kita, dan yang lebih parahnya bahwa ia menganggap dirinya bsempurna. Karena segala manusia cinta akan dirinya, tersembuyilah aib diri itu. Tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Terlihat kecil diandangnya walaupun bagaimana besarnya. Sikap bangga diri merupakan sikap yang tercela dia merasa puas sehingga dia tidak aakn memperbaiki diri. Maka sebagai umat Islam harus selau introspeksi diri, karena manusi adalah tempatnya salah terkadang menurut kita benar tetapi menurut orang lain masih jelek. Ada berbagaia cara intropeksi: istigfar, taubat, menanamkan hatinya selalu diawasi oleh Allah, menghitung dan mengoreksi amal.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan anatara lain:

1. Nilai- Nilai Pendidikan Akhlak Konsep ‘Ibadur Rahman Pendidikan akhlak dalam konsep ‘Ibadur Rahman dibagi 3 meliputi: pendidikan aqidah, pendidikan syariah, dan pendidikan akhlak

a. Pendidikan aqidahk: sholat tahajud, mengesakan Allah, taubat dan tidak ghibah.

b. Pendidikan syariah: menginfakkan harta/ sederhana dalam membelanjakannya.

c. Pendidikan akhlak: rendah hati, tidak zina, kesabarn (mengendalikan diri dan mentaati perintah Allah.

2. Cara Mendidik Akhlak Supaya Menjadi ‘Ibadur Rahman Cara mendidik akhlak menurut ‘Ibadur rahman: membiasakan sholat, membiasakan berdoa, membiasakan dalam menejemen keuangan, membiasakn memahamkan tentang bergaul, membiasakn bekerja dengan teratur, membiasakan jujur, membiasakn berintropeksi (istigfar, taubat, menanamkan hatinya diawasi oleh Allah, menghitung dan mengoreksi amalan.

References

  1. Abuddin Nata, Kepemimpinan Pendidikan Dalam Perspektif Hadis - Google Books (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2016)
  2. Muhammad Amiq Fahmi, Studi Faktor Penyebab Penurunan Minat Mengaji Al-Qur’an Dan Solusinya Bagi Anak Pasca Sekolah Dasar (Semarang: Skripsi pada IAIN Walisongo Semarang, 2014)
  3. Istiqomah Dzulfikar Akbar Romadlon, Buku Ajar Mata Kuliah Relasi Antara Aqidah Dan Akhlak (Sidoarjo: Umsida Press, 2019)
  4. Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)
  5. Abdul Karim Hawazin Abdul Qosim, Ar- Risalatu Qusyairiyah Fi ’Ilmi Tashawuf (Jakarta: Pustaka Amani, 2007)
  6. Hamka, Tafsir Al- Azhar Juz 7 (Jakarta: Putra Panjimas, 1982)
  7. Tim Penulis Kaligrafer, Ensiklopedia Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008)
  8. Ahmad Muhammad Al- Hufiy, Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW (Bandung: Pustaka Setia, 2000)
  9. Mohammad Arif, Pesantren Salaf Basic Pendidikan Karakter (Kediri: STAN Kediri Press, 2012)
  10. Budi Kisworo, Zina Dalam Kajian Teologis Dan Sosialogis, Jurnal Hukum Islam, 1 (2016)
  11. Dadang Sobar Ali, Keistimewaan Akhlak Islami (Bandung: Pustaka Setia, 2006)
  12. M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah Dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan Pustaka, 2004)
  13. Siswanto, Peran Pendayagunaan Zakat, Infaq, Dan Shadaqah (Zis)Dalam PEmberdayaan Anak Yatim (Purna Asuh) Pada Lembaga Zakat Yatim Mandiri Surabaya, Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, Volume 4 (2017).
  14. Syahraini Tambak, Pendidikan Etika Bergaul Islami Dalam Keluarga“Nilai Pendidikan EtikaBerlaku Adil OrangtuadenganAnakdalam Pergaulan Keluarga Perspektif Hadits", Al-Thariqah, volume 4 (2019
  15. Daviq Chairilsyah, Metode Dan Teknik Mengajarkan Kejujuran Pada Anak Sejak Usia Dini, Educhikd, Volume 5 (2016)