Islamic Education
DOI: 10.21070/ijis.v2i1.1597

Literature Study: Probing Prompting Model on Social Science in Elementary School


Studi Pustaka: Model Probing Prompting pada IPS di Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Probing Prompting Model Social Science

Abstract

 This literature research aims to examine the application of Probing Prompting models to student’s critical thinking abilities in Social Sciences (IPS) subject in elementary schools. The Probing Prompting learning model is a learning that presents a series of questions that guide and explore student’s ideas so as to improve the thought process that is able to associate sudent’s knowledge and experience with new knowledge being learned. This model is applied to social science subjects. Social science is a science that examines various social and humanities disciplines as well as basic human activities. This research uses a method of literature study that describes some of the results of limited research, journals,books and asticles. The result of the literature study obtained are probing prompting model is able to influence both the learning results and the development of the mindset of students

Pendahuluan

Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang disingkat IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah[1]. Kajian dalam IPS mencakup banyak aspek kehidupan, baik itu sosial, budaya, sejarah, psikologi maupun ekonomi. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPS SD sangatlah penting dalam rangka mendidik siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya yang nantinya juga akan berguna dalam kehidupannya sehari-hari.

Proses pembelajaran menggunakan metode konvensional cenderung membosankan dan kurang menarik. Pada metode ini, anak hanya difokuskan untuk menghafal informasi berdasarkan teori yang disampaikan oleh guru tanpa adanya dorongan untuk memunculkan fakta-fakta baru berdasarkan pemikiran mereka sendiri dan temuan dari kehidupan sehari-hari. Proses seperti ini dapat menyebabkan kemampuan anak untuk mengembangkan berpikirnya, sehingga banyak siswa yang hanya paham teoretis tetapi kurang dalam penerapan dan pengalaman langsung. Pembelajaran ilmu sosial tentunya membutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan pembelajaran sosial dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Kemampuan dan keterampilan seorang guru dalam memilih dan menerapkan sebuah metode maupun model pembelajaran harus benar-benar mampu mengondisikan siswa dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran sosial. Pembelajaran IPS pada dasarnya bertujuan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, nilai dan moral serta ketrampilan siswa. Pembelajaran IPS juga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuannya dalam berpikir kritis. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Probing Promting. Menurut Suherman 2008, pembelajaran Probing-Promting adalah pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari[2].

Metode Penelitian

a. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur. Studi Literatur (library research) merupakan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan metode pengumpulan data pustaka atau penelitian yang obyek penelitiannya dikaji berdasarkan informasi kepustakaan (jurnal ilmiah, majalah, ensiklopedia, buku, dan dokumen-dokumen lainnya)[3].

b. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti melainkan melalui orang lain maupun dokumen-dokumen. Pada penelitian ini sumber data diperoleh dari beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu. Sumber data dapat berupa buku, jurnal, dan artikel yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti.

c. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data studi dokumen. Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa sebuah artikel, buku, dan jurnal ilmiah. Dokumen literature yang dikumpulkan oleh peneliti dapat berupa dokumen cetak maupun non-cetak yang kemudian digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

d. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang sudah diperoleh akan dianalisis menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan metode analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut[4]. Pendapat lain mengenai analisis deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar bukan berupa angka-angka, halini disebabkan oleh adanya penerapan pendekatan kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti [5]. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang diambil dari data didalam rujukan yang kemudian dianalisis.

Hasil dan Pembahasan

Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terlebih pada calon penerus bangsa. Oleh karena itu mengembangkan SDM harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sejak dini. Dalam dunia pendidikan, guru memegang peran penting dan tanggung jawab yang besar dalam implementasi suatu proses pembelajaran di kelas sebagai unsur kecil dari suatu keberhasilan pendidikan. Keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aktif dan inovatif tentunya membutuhkan sebuah metode, teknik, dan model pembelajaran yang baik pula. Khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. Mata pelajaran ini mengkaji banyak disiplin ilmu yang terkandung didalamnya. Hakikat mata pelajaran IPS adalah memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai makhluk sosial sedini mungkin. Mata pelajaran IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan sosial yang nyata.

Oleh sebab itu, proses pembelajaran IPS harus mampu membuat siswa menjadi lebih berpastisipasi aktif sehingga proses pembelajaran dapat lebih bermakna. Guru diharapkan mampu menjalankan peranannya sebagai pengajar dan pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran adalah model probing prompting. Model ini erat kaitannya dengan serangkaian pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan bersifat menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dengan pengalamannya. Model pembelajaran Probing Prompting secara langsung menuntut siswa untuk aktif pada saat pembelajaran berlangsung terlebih model Probing Prompting ini berhubungan dengan serangkaian pertanyaan. Beberapa serangkaian pertanyaan yang diberikan oleh guru merupakan suatu usaha dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.

Proses pembelajaran dengan menerapkan model ini melakukan proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mampu berpartisipasi aktif dan tidak menghindar dari proses pembelajaran. Menurut Miftahul Huda pada bukunya 2013, model ini terdapat beberapa sintaks-sintaks yang perlu dilakukan dalam proses penerapannya sebagai berikut, 1) Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan membeberkan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan, 2) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskan permasalahan, 3) Guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran kepada seluruh siswa, 4) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil, 5) Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan, 6) Jika jawabannya tepat, maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun, jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawaban atau jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Kemudian, guru memberikan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, hingga kemudian siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang diajukan pada langkah keenam ini sebaiknya diberikan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan, 7) Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa tujuan tersebut benar-benar telah dipahami oleh siswa.

Menurut penelitian yang dilakukan Priatna (Sudarti, 2008) menyimpulkan bahwa proses Probing Prompting mampu mengaktifkan siswa ke dalam kondisi belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga mampu tercipta komunikasi yang cukup tinggi dalam proses pembelajaran.

Pada hasil penelitian Putunda Al Arif (2014) memaparkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pebelajaran dengan menggunakan model probing promting memiliki rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvesional. Pemaparan ini didasarkan pada hasil rata-rata skor yakni 58,70 pada model probing promting dan skor 44,58 pada model pembelajaran konvensional[6].

Mata pelajaran IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga harus mampu berorientasi pada kecakapan berpikir kritis, sikap dan kecakapan dengan kehidupan sosial masyarakat. Jadi, hakekat IPS itu hendaknya mampu untuk dikembangkan berdasarkan realita dan kondisi sosial lingkungannya, sehingga mampu memahami dan menelaah secara kitis kehidupan sosial disekitarnya.

Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian Teni Anisah dan Yayan Carlian (2020). Penelitian tersebut menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Pada penelitian tersebut terdapat peningkatan aktivitas siswa setelah adanya penerapan model probing prompting. Model ini mendukung untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya yang berawal dari guru menyajikan masalah dan kemudian siswa menemukan sendiri jawabannya dari proses diskusi dan tanya jawab sehingga hal tersebut menjadikan siswa lebih aktif ketika proses pembelajaran. Berdasarkan analisis kemampuan berpikir kritis pada kelas v, terdapat peningkatan di setiap siklusnya. Pada siklus I hasil tes siswa masih tergolong rendah. Pada siklus II terdapat kenaikan yang menunjukkan siswa cenderung lebih aktif ketika proses pembelajaran. Ppertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada siswa ditujukan untuk memotivasi dan memberikan isyarat dalam memahami serta menemukan jawaban dari permasalahan secaraa lebih mendalam[7].

Model probing prompting ini tidak hanya mampu meningkatkan proses berpikir siswa saja melainkan juga berpengaruh pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hasil belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang akibat dari proses belajar. Hasil belajar tersebut dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan dari akhir proses pembelajaran juga ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Pada prosiding fitriah dkk di Universitas Muhammadiyah Makassar 2018, memaparkan bahwa pada proses pembelajaran yang menggunakan model probing prompting lebih menunjukkan keaktifan. Terdapat peningkatan presentase murid yang memperhatikan guru ketika guru sedang menjelaskan. Proses diskusi siswa dengan teman sebangkunya juga mengalami peningkatkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas murid terhadap pelaksanaan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model ini tergolong baik. Pada prosiding ini juga memaparkan bahwa tingkat kemampuan murid dalam memahami dan penguasaan materi IPS sebelum diterapkannya model probing prompting tergolong rendah. Terdapat peningkatan hasil belajar yang berada pada kriteria ketuntasan setelah diterapkannya model ini [8].

Peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model probing prompting juga dipaparkan pada penelitian Nuril dan Ulhaq yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Probing Prompting Learning Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas III SDN Lakardowo”, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat peningkatan nilai pada post-test dan pre-test di kelas eksperimen atau kelas yang menerapkan model probing prompting. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model probing promptinglebih efektif daripada menggunakan model konvensional. Proses tanya jawab dilakukan dengan cara menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa dapat ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sebelum dilakukan proses tanya jawab, siswa ditunjukkan sebuah video tentang materi yang akan dipelajari. Pada proses tanya jawab yang juga divariasi dengan game, siswa sangat antusias dalam proses pembelajaran[9].

Penelitian lain yang memaparkan bahwa model probing prompting dapat meningkatkan hasil belajar adalah penelitian I Made Bagus dkk pada 2016 yang berjudul “ Pengaruh probing prompting Terhadap hasil belajar IPS dengan kovariabel motivasi berprestasi pada siswa kelas IV” memaparkan bahwa adanya efek utama yang menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model probing prompting memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS. Hasil analisis deskriptif dan analisis statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa skor hasil belajar IPS yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dengan tidak mempertimbangkan kovariabel motivasi berprestasi, hasil belajar IPS dengan penerapan model probing prompting lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS dengan menggunakan model konvensional [10].

Melalui beberapa pemaparan diatas yang diambil dari beberapa sumber, dapat dilihat jika penerapan model probing promting memiliki pengaruh yang positif pada proses pembelajaran. Kondisi proses pembelajaran dapat menjadi lebih aktif dan komunikatif karena guru dan siswa mampu menjalin komunikasi dengan baik yang mendukung tercapainya proses berpikir kritis pada siswa. Peningkatan hasil belajar juga dapat tercapai dengan penerapan model ini. Siswa cenderung antusias mengikuti proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh siswa dengan baik dan berpengaruh pada hasil belajar yang baik pula.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan diatas yang diambil dari sumber-sumber yang relevan, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu penerapan model pembelajaran Probing Prompting berpengaruh baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini mampu membuat proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan siswa lebih berpartisipasi didalamnya. Siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya melalui serangkaian sintaks yang dilalui dengan baik ketika proses pembelajaran berlangsung. Beberapa respon positif yang diberikan oleh siswa juga dapat menunjukkan bahwa dengan penerapan model ini dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan mampu menciptakan kondisi dimana siswa mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Terdapat peningkatakan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingan dengan proses pembelajaran yang menggunakan model konvensional.

References

  1. A. Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasa, Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.
  2. A. Diasputri, S. Nurhayati, W. Sugiono, Pengaruh Model Pembelajaran Probing Prompting Berbantuan Lembar Kerja Berstruktur Terhadap Hasil Belajar, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang.
  3. N. Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
  4. W.Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik, Bandung: Tarsita,1990.
  5. L.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung:PTRemaja Rosdakarya,2016),11
  6. P. A. A. Hidayatullah, G. Raga, L. P. P Mahadewi, Pengaruh Model Probing Prompting Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V, E Jurnal Mimbar Pgsd, 2014.
  7. T. Anisah dan Y. Carlian, Penerapan Model Pembelajaran Probing Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Ibtidaiyah, Journal Of Islamic Primary Education, 2020.
  8. F., R., M. Nawir, Pengaruh Penerapan Metode Probing Prompting Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid Kelas V, Seminar Pendidikan Era Revolusi, 2018.
  9. N. Kartika, U. Zuhdi, Pengaruh Penerapan Model Probing Prompting Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SDN Lakardowo, Jurnal PGSD Vol.06, 2018.
  10. I.M.B.S. Putra, N. N. Garminah, I. M. C. Wibawa, Pengaruh Probing Prompting Terhadap Hasil Belajar IPS Dengan Kovariabel Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas IV, E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, 2016.