Islamic Education
DOI: 10.21070/ijis.v3i0.1582

The Relationship Between Religiosity and Morality of Junior High School Students


Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas Siswa Sekolah Menengah Pertama

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Moralitas Religiusitas

Abstract

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai adat istiadat yang menjunjung tinggi terutama pada moralitas atau etika dalam berperilaku.  Seiring perkembangan zaman terutama pada zaman generasi milenial yang menjadikan menurunnya moral pada siswa. Terutama pada perkembangan anak dikalangan remaja saat ini. Banyak kemungkinn moralitas terhadap anak menjadi rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara religiusitas dengan moralitas remaja SMP Muhammadiyah 2 Taman.

Pendahuluan

Sekolah Menengah Pertama atau dapat disebut dengan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Dasar. SMP dapat diselesaikan dalam kurun waktu 3 tahun. Pada umumnya siswa SMP merupakan siswa berusia 13 -15 tahun dalam psikologi perkembangan sehingga dalam hal ini anak SMP termasuk dalam kategori remaja[1]. SMP merupakan sekolah menengah pertama bagi remaja, selain diajarkan pendidikan umum mereka juga diajarkan pendidikan keagamaan baik dari segi jasmani dan rohani.

Poespoprodjo berpendapat bahwa moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu baik atau salah[2]. Sesuai dengan teori ini, banyaknya fenomena yang umum terjadi di berbagai kalangan sekolah, seperti kasus siswa yang menganiaya gurunya hingga meninggal Kasus serupa yaitu penyebaran video pelecehan siswa menengah pertama Seorang siswa terlibat percekcokan antara siswa dan guru karena ponselnya disita. Beberapa fenomena tersebut telah menunjukkan kurangnya moralitas pada siswa, sehingga dalam hal ini mayoritas kalangan remaja atau siswa saat ini dinilai tidak lagi memiliki sopan santun dan tata krama kepada yang lebih tua [3].

Hasil survey yang dilakukan oleh peneliti masih banyak permasalahan-permasalahan yang menyangkut moralitas yang terjadi pada remaja di sekolah. Dari beberapa permasalahan yang dialami oleh remaja mengenai pelanggaran norma yang menyangkut moralitas. Lingkungan sekolah yang berbasis Islam belum tentu bisa menjamin bahwa seorang remaja mempunyai moralitas yang baik. Hal ini juga terjadi pada para remaja di SMP Muhammadiyah 2 Taman. Sepertihalnya di berbagai tempat, di sekolah ini ada siswa yang mempunyai perilaku yang baik dan buruk. Beberapa siswa cenderung melakukan pelanggaran-pelanggaran terkait moralitas seperti membantah perintah guru yang tidak pantas dilakukan oleh murid terhadap gurunya karena hal ini melanggar moral mengenai kesopanan terhadap orang tua, melanggar peraturan sekolah dengan menyimpan foto-foto yang tidak layak bagi siswa SMP, berbohong kepada orang tua dengan melakukan tindakan membolos, tidak jujur/berbohong dengan melakukan tindakan mencontek, tidak berbicara dengan jujur yang izin ke kamar mandi malah digunakan untuk kekantin/yang awalnya hanya kekamar mandi untuk buang air kecil malah diergunakan untuk merokok, berkelahi antar kelas, melanggar peraturan–peraturan di sekolah dan lainnya merupakan perbuatan tidak benar.

Menurut Anshori menyatakan bahwa manusia memamang membutuhkan suatu aturan atau batasan guna untuk mengendalikan berlangsungnya ketertiban dalam kehidupan moral, sosial, agama agar dapat berfungsi sebagai aturan di dalamnya [4]. Maka dalam hal ini perlu pengontrolan yang lebih lagi terhadap pembentukan perilaku pada remaja, salah satunya yaitu dengan pendekatan keagamaan atau religiusitas.

Religiusitas adalah tingkat pengetahuan individu yang lebih dalam memahami dan mengetahui agamanya artinya semakin tinggi pengetahuan individu dalam memahami agama dan spiritualnya maka akan semakin tinggi pula moralitas individu tersebut yang tercerminkan pada tingkah lakunya[5]. Tingkah laku tersebut sesuai dengan agama yang dianut.

Religiusitas menunjuk pada tingkat ketertarikan individu terhadap agamanya dengan menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya. Religiusitas dapat berhubungan dengan beberapa dimensi, diantaranya: keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, penghayatan [6].

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat topik hubungan antara religiusitas dengan moralitas. Penelitian yang sebelumnya dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan moralitas[4].

Penelitian selanjutnya yang menggunakan 3 variabel sekaligus yaitu, perilaku prososial dan religiusitas dengan moral juga menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan moralitas[7].

Banyaknya kasus mengenai moralitas yang terjadi pada remaja, khususnya saat remaja SMP Muhammadiyah 2 Taman dikarenakan oleh religiusitas yang dimiliki siswa kurang baik sehingga berdampak pada moralitas yang dimiliki oleh siswa tersebut. Penelitian mengenai religiusitas dan moralitas perlu dilakukan agar religiusitas siswa di sekolah dapat ditingkatkan sehingga akan menumbuhkan moralitas yang baik pada siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan antara religiusitas dengan moralitas remaja SMP Muhammadiyah 2 Taman?”. Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan moralitas siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman. Adapun hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan moralitas pada siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman. Hipotesis ini berarti semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi perilaku moralitas siswa. Sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin rendah perilaku moralitas pada siswa.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif korelasional. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu analisisnya menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah menggunakan metode statistika, sehingga dapat diketahui variable hubungan yang akan diteliti menggunakan teknik korelasi ini[8]. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel yang mempengaruhi (X) adalah religiusitas. Sedangkan variabel yang dipengaruhi (Y) yaitu perilaku moralitas pada remaja. Populasi adalah suatu kelompok atau subyek dalam penelitian yang mempunyai karakteristik dan ciri-ciri yang sama dalam suatu wilayah atau kelompok, sehingga dapat berbeda dengan kelompok yang lain[8]. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa atau remaja di SMP Muhammadiyah 2 Taman yang berjumlah 500 siswa. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang sama[9]. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan tabel yang sudah dikembangkan oleh Issac dan Michael dengan taraf kesalahan 5% dengan populasi sebanyak 500 siswa maka jumlah sampel pada siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman yaitu berjumlah 205. Teknik yang digunakan pada penenlitian ini yaitu teknik proportionate stratified random sampling karena populasi mempunyai unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional[9]. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam riset ini yaitu dengan memakai skala moralitas dan religiusitas dengan memakai skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang dipakai untuk menjalankan pengukuran terhadap sikap, pendapat, dan persepsi satu individu atau satu kelompok orang tentang fenomena tertentu. Skala Likert adalah skala psikometrik yang biasanya dipakai lewat kuisoner dan survey. Adapun skala likert yang sudah dimodifikasi untuk mengukur agresivitas dan keharmonisan keluarga dengan pilihan jawaban, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun juga dua jenis pernyataan yang akan dipakai oleh peneliti yaitu favourable dan unfavourable.

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Instrumen yang dipakai dalam riset ini ditujukan untuk mendapatkan data yang akurat yakni dengan memakai skala Likert.) Skala Likert digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial[9]. Pada riset ini, peneliti memakai jenis instrumen angket atau skala dengan memberikan skor :

No Skala Arti Nilai
Favorable Unfavorable
1 SS Sangat setuju 4 1
2 S Setuju 3 2
3 TS Tidak setuju 2 3
4 STS Sangat tidak setuju 1 4
Table 1.Model Skala Likert

1. Skala Religiusitas

Format aitem yang akan digunakan oleh peneliti di dalam skala religiusitas adalah aitem bersifat pernyataan favorable dan Unfavorable dengan bentuk kalimat deklaratif, yang sesuai dengan apa yang dialami individu sebagai seorang subjek penelitian. Pada pernyataan favorable jawaban yang sesuai atau skor yang sesuai (SS) nilai 4, (S) nilai 3, (TS) nilai 2, dan (STS) nilai 1. Sedangkan pada pernyataan unfavorable skor (SS) nilai 1, (S) nilai 2, (TS) nilai 3, dan (STS) nilai 4.

No Aspek Indikator Aitem Total Aitem
F avorable U nfavorable
1. Dimensi keyakinan Memiliki keyakinan terhadap agama. 1, 9, 19 4, 11, 28 6
2. Dimensi praktik agama Memiliki keinginan kuat dalam melakukan kegiatan keagamaan. 7, 13, 25 6, 17, 23 6
3. Dimensi pengalaman Menilai sejauh mana ajaran agama mempengaruhi seseorang. 2, 14, 21 10, 16, 24 6
4. Dimensi pengetahuan agama Mengetahui tentang pengetahuan agama. 8, 20, 27 5, 22, 26 6
5. Dimensi penghayatan Mempunyai perasaan takut akan adanya dosa dan senang jika melakukan kegiatan keagamaan. 3, 15, 12, 18 4
Jumlah 14 14 28
Table 2.Blue Print Skala Likert Religiusitas

2. Skala Moralitas

Penyusunan di dalam skala psikologi tentang moralitas juga akan menggunakan skala yang berbentuk pernyataan atau kalimat deklaratif dari subjek itu sendiri sesuai dengan apa yang telah dialaminya dan sesuai dengan pengalamannya yang terdiri dari 12 pernyataan favorable dan 12 pernyataan unfavorable dengan skor untuk pernyataan favorable yaitu (SS) nilai 4, (S) nilai 3, (TS) nilai 2, dan (STS) nilai 1. Pernyataan unfavorable dengan skor (SS) nilai 1, (S) nilai 2, (TS) nilai 3, dan (STS) nilai 4.

No Aspek Indikator Aitem Total Aitem
Favorable Unfavorable
1. Berkata jujur Memiliki keberanian dalam mengungkapkan perkataan yang sesuai dengan apa yang terjadi. 8, 21, 19 5, 16, 23 6
2. Berbuat benar Melakukan perbuatan sesuai yang ditetapkan. 2, 13, 20 4, 11, 24 6
3. Berlaku adil Melakukan tindakan yang sesuai porsi dan keadaan. 1, 7, 15 12, 17, 22 6
4. Berani Berani dalam menghadapi suatu peristiwa yang membenarkan jika peristiwa tersebut sesuai dengan kaidah yang berlaku. 3, 9, 14, 6, 10, 18 6
Jumlah 12 12 24
Table 3. Blue Print Skala Moralitas

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik korelasi Product Moment sebagai pengujian hipotesis hubungan antara religiusitas (variabel independent) dan moralitas (variabel dependen). proses analisis data dibantu menggunakan metode statistic Alpha Cronbachdengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.

Pengujian hipotesis menggunakan Teknik korelasi Pearson (Product Moment) yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel (X) dengan variabel (Y), alasan memakai teknik analisis korelasi hubungan antara variabel X dan Y serta bentuk distribusi variabel X dan Y mendekati distribusi normal.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Pembahasan

Berdasarkan hasil uji normalitas pada output SPSS uji Kolmogorov-Smirnovmenunjukkan:

Alat Ukur N Mean SD Koefisien Sig.
Religiusitas 205 77.20 7.59 6.887 0.113
Moralitas 205 67.11 7.997 1.311 0,077
Table 4.Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai sig. religiusitas 0,113 dan moralitas 0,077. Artinya variabel religiusitas dan moralitas dinyatakan terdistribusi normal karena memiliki nilai sig. yang lebih besar dari 0,05.

Berdasarkan hasil uji linieritas pada output SPSS menunjukkan bahwa:

F Sig.
Linearity 211.119 0.000
Table 5.Hasil Uji Linieritas

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai F sebesar 211.119 nilai signifikansinya 0,000 sehingga nilainya lebih kecil dari 0,05, jadi kesimpulan dari tabel di atas bahwa kedua variabel religiusitas dan moralitas memiliki korelasi hubungan yang linier.

Sesudah memperoleh data hasil uji asumsi yang dinyatakan linier, berikutnya peneliti melakukan pengujian hipotesis hubungan antara religiusitas dan moralitas menggunakan uji korelasi parametrik. Tabel dibawah ini merupakan koefisienrho pearson :

Correlations
religiusitas moralitas
religiusitas Pearson Correlation 1 .708**
Sig. (2-tailed) .000
N 205 205
moralitas Pearson Correlation .708** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 205 205
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 6.Uji Hipotesis

Hasil dari tabel di atas menunjukkan koefisien korelasi diperoleh (rxy) 0,708 dengan signifikansi 0,000 sehingga hipotesis dapat diterima karena < 0,05 jadi terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan moralitas yang artinya apabila religiusitasnya tinggi maka perilaku moralitasnya juga tinggi. Begitupun sebaliknya apabila religiusitasnya rendah maka perilaku moralitasnya juga rendah.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .708a .501 .498 4.940
a. Predictors: (Constant), religiusitas
Table 7.Sumbangan Efektif

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa pengaruh variabel X (religiusitas) terhadap variabel Y (moralitas) yaitu sebesar 50,1%. Hasil tersebut diperoleh dari R Square 0,501 x 100% = 50,1% sehingga dapat dikatakan bahwa religiusitas mempengaruhi perilaku moralitas sebesar 50,1%. Sedangkan sisanya 49,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara religiusitas dengan moralitas. Bisa diketahui dengan melihat dari hasil koefisien korelasi diperoleh (rxy) 0,708 dengan signifikansi 0,000 sehingga hipotesis dapat diterima karena < 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima, yang artinya apabila religiusitasnya tinggi maka perilaku moralitasnya juga tinggi. Begitupun sebaliknya apabila religiusitasnya rendah maka perilaku moralitasnya juga rendah.

Hal ini dapat diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Reza dengan judul “Hubungan antara Religiusitas dengan Moralitas pada Remaja di Madrasah Aliyah” penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis rancangan penelitian korelasional, melalui analisis korelasi rxy = 0,775 dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,000 sehingga hipotesis dari penenliti dapat diterima dan ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan moralitas, yang artinya jika tingkat religiusitasnya seseorang tinggi maka perilaku moralitasnya juga tinggi dan sebaliknya jika tingkat religiusitasnya seseorang rendah maka perilaku moralitasnya juga rendah [4].

Selanjutnya pada penelitian Aridhona memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara religiusitas dan moral pada remaja yang diketahui hubungan antara variabel moral dengan religiusitas sebesar rxy =0,617[7]. Aridhona juga menyatakan bahwa moral yang tinggi pada remaja juga mempengaruhi tingginya religiusitas yang menunjukkan bahwa remaja telah mampu menyesuaiakannya.Hubungan yang signifikan menunjukkan moral pada remaja dapat dipengaruhi relugiusitas yang dikembangkan selama masa remaja [7].

Menurut Ghufron & Risnawita religiusitas adalah perasaan dan kesadaran seseorang dengan agamanya kemudian berpengaruh terhadap tindakan dan tingkah lakunya. Religiusitas seseorang bisa semakin tinggi dan semakin rendah. Hal ini dipengaruhi dengan keimanan manusia yang pasang surut[10]. Tinggi dan rendahnya keimanan seseorang juga berpengaruh dengan tindakan atau tingkah laku yang dimunculkan. Sedangkan moralitas adalah merupakan perbuatan yang menyinggung akhlak, tingkah laku yang susila, ciri-ciri kahas seseorang dengan perilaku pantas dan baik, menyinggung hukum, adat istiadat, kebiasaan yang mengatur tingkah laku [4].

Berdasarkan dari tabel kategori di atas bahwa sejumlah 205 subjek, 23 subjek memiliki tingkat kategori religiusitas sangat rendah, 46 subjek memiliki tingkat kategori religiusitas yang rendah, 69 subjek memiliki tingkat kategori religiusitas yang sedang, 67 subjek memiliki tingkat kategori religiusitas yang tinggi dan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada yang memiliki tingkat religiusitas yang sangat tinggi. Sedangkan kategorisasi moralitas berdasarkan sejumlah subjek sebanyak 205, 10 memiliki tingkat kategori moralitas yang sangat rendah, 71 subjek memiliki tingkat kategori moralitas yang rendah, 60 subjek memiliki tingkat kategori moralitas yang sedang, 51 subjek memiliki tingkat kategori moralitas yang tinggi, dan 13 subjek memiliki tingkat kategori moralitas yang sangat tinggi. dalam hal ini menunjukkan bahwa religiusitas mempengaruhi perilaku moralitas pada siswa, apabila religiusitasnya tinggi maka perilaku moralitasnya juga tinggi begitupun sebaliknya.

Pada jumlah dan presentaase tertinggi, maka kesimpulannya adalah siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman memiliki tingkat religiusitas dalam kategori sedang, sedangkan moralitasnya dalam kategori sedang. Hal ini menjelaskan bahwa siswa masih mau mentaati peraturan yang ada di sekolah sehingga moralitas siswa masih tergolong baik. Penelitian ini dapat membuktikan adanya hubungan positif antara religiusitas dengan moralitas siswa SMP Muhmaamadiyah Taman.

Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi moralitas. Menurut Syamsu Yusuf faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi moralitas yaitu kekonsistenan orang tua dalam menerapkan norma keagamaan dalam lingkungan keluarga, kekonsistenan orang tua dalam melarang sesuatu yang dibolehkan dan tidak dibolehkan, sikap orang tua yang diterapkan kepada anak, penghayatan dan pengamatan agama yang dianut, karena keluarga terutama orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan moralitas [11].

Limitasi dari penelitian ini yaitu skala religiusitas yang digunakan masih terdapat kelemahan dalam indikator-indokator perilaku religiusitas . Selain itu, kemungkinan siswa tidak bersungguh-sungguh dalam memberikan jawaban karena pengumpulan data melalui google form, menyebabkan tidak ada pengawasan pada siswa secara langsung oleh peneliti.

Kesimpulan

Sesuai dengan paparan hasil riset, bisa ditarik simpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara religiusitas dengan moralitas siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman. Siswa yang memiliki religiusitas tinggi maka perilaku moralitas siswa tersebut juga tinggi. Sebaliknya apabila siswa memiliki religiusitas yang rendah maka perilaku moralitasnya juga rendah.. Pada penelitian ini diketahui bahwa religiusitas dan moralitas siswa SMP Muhammadiyah 2 Taman tergolong sedang. Mengingat jumlah sampel penelitian ini cukup banyak, yaitu sebanyak 1 sekolah dengan perbedaan strata kelas, maka peneliti berikutnya disarankan agar melakukan penelitian dengan mencari lebih banyak lagi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku moralitas. Hal ini juga dapat diperluas dengan menggunakan variabel yang berbeda seperti konsep diri, dukungan sosial, atau dengan kata lain variabel yang dapat mempengaruhi moralitas.

References

  1. Undang-undang SISDIKNAS (2013, 14 November). Kompas (on-line). Diaksespadatanggal 15 januari 2017 dari http://www.kompas.co.id/read.php?cnt-.xml.2013.034.97345342564channel-1&mn-idx
  2. Poespoprodjo, W. (1999). Filsafat Moral. Bandung : CV. PustakaGrafika.
  3. Wulandari, Luluk. (2019). Pengaruh Religiusitas Terhadap Perkembangan Moral Siswa Menengah Atas. Retrieved from http://fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/21-pengaruh-religiusitas-terhadap-perkembangan-moral-siswa-158-161.pdf
  4. Reza, Iredho Fani. (2013). Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas pada Remaja Di Madrasah Aliyah (MA). Jurnal Humaniora. Retrieved from http://journal.uad.ac.id/index.php/humanitas/article/view/335
  5. Wulandari, Luluk. (2019). Pengaruh Religiusitas Terhadap Perkembangan Moral Siswa Menengah Atas. Retrieved from http://fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/21-pengaruh-religiusitas-terhadap-perkembangan-moral-siswa-158-161.pdf
  6. Ancok, D. &Suroso, F.N. (2011). Psikologi Islam Solusi Islam atas Problem- problem Psikologi.Yogyakarta :PustakaPelajar.
  7. Aridhona, J. Julia. (2017). Hubungan Perilaku Prososal dan Religiusitas dengan Moral pada Remaja. Retrieved from https://jurnal.umk.ac.id/index.php/perseptual/article/view/2218
  8. Azwar, Saifuddin. 2018. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta:Pustaka Belajar
  9. Sugiyono. (2015). Metode penelitian. Bandung: ALFABETA, CV.
  10. Jalaludin, dkk. (2020). Urgensi Pendidikan Moralitas di Sekolah. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. November 2020
  11. Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.