Abstract
This study aims to determine whether gender, religiosity, and intellectual intelligence have an influence on ethical perceptions of accounting students through love of money as an intervening variable at Muhammadiyah University of Sidoarjo and STIE Perbanas Surabaya. This type of research is quantitative, and obtained a sample of 90 respondents. The test tool uses smartPLS 3.0. The results of the study are: there is no effect of gender on ethical perceptions, religiosity has no effect on ethical perceptions, intellectual intelligence has an influence but is negative on ethical perceptions, gender has no influence on love of money, religiosity, intellectual intelligence has an influence on love of money, love of money has a negative influence on ethical perceptions, love of money has not been able to intervene for gender, religiosity, and intellectual intelligence with ethical perceptions.
Pendahuluan
Pelanggaran etika sering terjadi di profesi akuntansi, karena profesi akuntansi merupakan profesi yang berhubungan langsung dengan nilai perusahaan, terutama dalam hal uang. Kepercayaan masyarakat sekarang ini menurun terhadap profesi akuntansi. Kasus yang terjadi di profesi akuntan seharusnya tidak terjadi apabila seorang akuntan memiliki ilmu-ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai moral dan etika ketika melaksanakan pekerjaannya sebagai profesi akuntan[1]. Sehingga langkah awal yang dapat dilakukan oleh seorang profesi akuntan adalah harus paham akan etika dan menerapkan pekerjaan profesi akuntan secara profesional.Mahasiswa akuntansi merupakan calon-calon akuntan dimasa yang akan datang yang akan menempati pekerjaan di banyak sektor, dan dengan pendidikan etika yang baik diharapkan dapat memberikan manfaat bagi profesinya dimasa mendatang dan dalam jangka waktu yang panjang[2].
Perilaku etis sangat penting untuk diterapkan di semua bidang profesi terutama profesi akuntansi. Setiap individu atau calon profesi akuntan di masa mendatang diharapkan memiliki etika yang baik, Dengan hal ini digunakan sebagai acuan dalam bekerja dan bersosialisasi di lingkungan kerja. Konsep love of money pertama kali didefinikasikan bahwa konsep cinta uang digunakan untuk mengukur perasaan subjektif seseorang terhadap uang yang berlebihan yang dapat menyebabkan mempunyai sifat tamak dan memiliki konotasi negatif[3]. Semakin tinggi tingkat love of money maka semakin rendah persepsi etisnya yang dimiliki[4].Perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki juga dapat memberikan penilaian berbeda dalam melihat perilaku tidak etis yang melibatkan profesi akuntansi.
Religiusitas merupakan faktor internal individu dalam menjalankan sebuah perilaku yang baik terutama berhubungan dengan pengambilan keputusan. Sebuah agama dipercaya dapat mengendalikan dan mengontrol perilaku dari seorang individu. Semakin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki seseorang, maka individu tersebut semakin dapat mengendalikan perilakunya. Kecerdasan intelektual merupakan sebuah interprestasi dari hasil intelegensi ke dalam angka yang dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tentang kecerdasan yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki seseorang, diharapkan dapat membantu para mahasiswa dalam berpikir abstrak, memahami gagasan, dan memecahkan masalah.
Penelitian terdahulu yang sebagai acuan yaitu penelitian yang dilakukan oleh[5]yang menyatakan bahwa gender menjadi determinan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai variabel intervening. Selain itu tidak konsistennya penelitian terdahulu yang menyatakan tiga variabel independen yaitu gender, religiusitas, dan kecerdasan intelektual ada yang berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap persepsi etis. Dan hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian kembali dengan menambahkan love of money sebagai variabel intervening.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yaitu kuantitatif. Lokasi penelitian bertempat di dua tempat yaitu Univeristas Muhammadiyah Sidoarjo dan STIE Perbanas Surabaya. Populasi menggunakan mahasiswa akuntansi UMSIDA dan STIE Perbanas Surabaya semester 8. Setelah data populasi terkumpul kemudian dihitung dengan Rumus Slovin untuk menentukan sampel penelitian, kemudian didapatkan sampel sebanyak 165 mahasiswa. Penyebaran data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada mahasiswa melalui pesan Email dan WhatsAppkarena adanya pandemi covid 19 yang tidak bisa melakukan penyebaran secara langsung kepada mahasiswa. Jenis datapenelitian ini data primer, teknik penarikan data dilakukan dengan Simple Random Sampling. Kemudian dilakukan uji analisa data dengan smartPLS 3.0.
Metode analisa data dalam penelitian menggunakan smartPLS 3.0 yang terdiri analisa outer model, analisa inner model, dan pengujian hipotesa.
1. Convergent Validity
Convergent Validity digunakan menguji indikator-indikator variabel penelitian apakah variabel tersebut valid, caranya dengan melihat pada nilai loading variabel laten. Jika nilai loading Convergent Validity seluruh indikator diatas 0,7 artinya nilai tersebut dianggap sudah baik.
2. Composite Reliability
Composte reliability digunakan dalam pengujian reliabilitas. composite reliability dianggap nilainya sudah lebih baik ketika melakukan estimasi konsistensi internal suatu konstruk dengan nilai >0.7.
3. Inner Model
Dalam pengujian model struktural dapat dievaluasi dengan R2 pada konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk dilakukannya uji siginifikan antar konstruk. Nilai R-square kuat apabila nilainya > 0.67, moderate apabila nilainya 0.33 – 0.67, dan lemah apabila < 0.19.
4. Pengujian Hipotesa
Untuk melakukan pengujian keterdukungan hipotesis dengan menggunakan perbandingan antara T-Statistik dan T-tabel dibawah ini:
Hipotesis di terima apabila T-statistik nilainya lebih dari 1.96
Hipotesis ditolak apabilaT-statistik nilainya kurang dari 1.96.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
1. Hasil Pengumpulan Data
Rincian Penyebaran Kusioner | ||
No | Keterangan | Jumlah |
1. | Jumlah kuesioner yang disebar | 165 |
2. | Kuesioner yang kembali | 90 |
3. | Kuesioner yang tidak kembali | 75 |
4. | Kuesioner yang diisi lengkap | 90 |
2. Hasil Analisis
a. Convergent Validity
Convergent Validity | |||
Indikator | L oading Factor | C overgent Validity | Keterangan |
Gender (X1) | 1.000 | >0,7 | Valid |
Religiusitas | |||
X2.2 | 0.818 | > 0,7 | Valid |
X2.3 | 0.783 | > 0,7 | Valid |
X2.4 | 0.811 | > 0,7 | Valid |
X2.5 | 0.802 | > 0,7 | Valid |
X2.6 | 0.713 | > 0,7 | Valid |
X2.8 | 0.865 | > 0,7 | Valid |
X2.9 | 0.767 | > 0,7 | Valid |
X2.10 | 0.829 | > 0,7 | Valid |
Kecerdasan Intelektual | |||
X3.2 | 0.908 | > 0,7 | Valid |
X3.7 | 0.808 | > 0,7 | Valid |
X3.9 | 0.939 | > 0,7 | Valid |
Persepsi Etis | |||
Y4 | 0.845 | > 0,7 | Valid |
Y5 | 0.852 | > 0,7 | Valid |
Love Of Money | |||
Z3 | 0.768 | > 0,7 | Valid |
Z7 | 0.899 | > 0,7 | Valid |
Z8 | 0.873 | > 0,7 | Valid |
Z9 | 0.721 | > 0,7 | Valid |
Z9 | 0.721 | > 0,7 | Valid |
Hasil uji diatas tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai dari setiap indikator penelitian nilainya sudah memenuhi yaitu > 0,7. Kesimpulannya yaitu bahwa seluruh indikator penelitian dari variabel laten nilainya valid dan nilainya memenuhi kriteria.
2. Composite Reliability
Composite Reliability | |||
Variabel | Composite Reliability | Nilai Krisis | Keterangan |
Gender | 1.000 | > 0.7 | Reliabel |
Religiusitas | 0.934 | > 0.7 | Reliabel |
Kecerdasan Intelektual | 0.917 | > 0.7 | Reliabel |
Persepsi Etis | 0.837 | > 0.7 | Reliabel |
Love Of Money | 0.890 | > 0.7 | Reliabel |
Dari tabel 4.9 memperlihatkan bahwa nilai sudah reliabel untuk variabelgender, religiusitas, kecerdasan intelektual, persepsi etis, dan love of money, karena nilainya lebih 0.7. Kesimpulannya yaitu semua konstruk gender, religiusitas, kecerdasan intelektual, persepsi etis, dan love of money mempunyai reliabilitas baik.
3. Pengujian Hipotesa
Keterangan :
X1 : Gender
X2 : Religiusitas
X3 : Kecerdasan Intelektual
Y1 : Persepsi Etis
Z1 : Love Of Money
Hipotesis Path Coefficient | ||||||
Original Sample (O) | Sample Mean (M) | Standard Deviation (STDEV) | Standard Error (STERR) | T Statistic (O/SERR) | P Value | |
X1 => Y1 | 0.177 | 0.176 | 0.082 | 0.082 | 2.147 | 0.032 |
X2 => Y1 | 0.091 | 0.093 | 0.130 | 0.130 | 0.699 | 0.485 |
X3 => Y1 | -0.459 | -0.465 | 0.155 | 0.155 | 2.956 | 0.003 |
X1 => Z1 | 0.148 | 0.156 | 0.077 | 0.077 | 1.920 | 0.055 |
X2 => Z1 | 0.408 | 0.405 | 0.124 | 0.124 | 3.284 | 0.001 |
X3 =>Z1 | 0.504 | 0.402 | 0.113 | 0.113 | 4.459 | 0.000 |
Z1 => Y1 | -0.310 | -0.307 | 0.155 | 0.155 | 1.997 | 0.046 |
- X1 BERPENGARUH, karena nilai t-statistic 2.147 yang artinya lebih dari t-tabel >1.96 dan nilai p-value sig 0.032
- X2 TIDAK VERPENGARUH, karena nilai t-statistic 0.699 yang artinya kurang dari t-tabel <1.96 dan nilai p-value tidaksig 0.485
- X3 BERPENGARUH, karena nilai t-statistic 2.956 yang artinya lebih dari t-tabel >1.96 dan nilai p-value sig 0.003
- X4 TIDAK BERPENGARUH,karena nilai t-statistic 1.920 yang artinya kurang dari t-tabel <1.96 dan nilai p-value sig 0.05
- X5 BERPENGARUH, karena nilai t-statistic 3.284 yang artinya lebih dari t-tabel >1.96 dan nilai p-value sig 0.001
- X6 BERPENGARUH, karena nilai t-statistic 4.459 yang artinya lebih dari t-tabel >1.96 dan nilai p-value sig 0.000
- X7 BERPENGARUH, karena nilai t-statistic 1.997 yang artinya lebih dari t-tabel >1.96 dan nilai p-value sig 0.046.
Specific Indirect Effects | |||||||
Original Sample (O) | Sample Mean (M) | Standard Deviation (STDEV) | Standard Error (STERR) | T Statistic (O/SERR) | P Value | Ket | |
X1=>Z1=>Y1 | -0.046 | -0.046 | 0.031 | 0.031 | 1.473 | 0.142 | Ditolak |
X2=>Z1=>Y1 | -0.126 | -0.121 | 0.070 | 0.070 | 1.801 | 0.072 | Ditolak |
X3=>Z1=>Y1 | -0.156 | -0.161 | 0.095 | 0.095 | 1.637 | 0.102 | Ditolak |
Pembahasan
1. Gender Berpengaruh Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Hasil uji hipotesis pertama menyatakan gender berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Hasilini diperoleh nilai t-statisik sebesar 2.147 dan nilai p-value 0.032. Perempuan mempunyai persepsi etis yang lebih tinggi dari pada seorang laki-laki. Dapat dilihat dari segi perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan akan menciptakan persepsi yang berbeda tentang perilaku etis. Sesuai dengan pendekatan sosialisasi, bahwa laki-laki dan perempuan membawa seperangkat nilai yang berbeda ke dalam lingkungan tempat kerja dan lingkungan tempat belajar. Seorang perempuan akan bersikap etis dalam hal pekerjaan karena bertanggung jawab dalam pekerjaan.. Sedangkan seorang laki-laki berpikir kurang rasional dalam pekerjaan. Perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki juga dapat memberikan penilaian berbeda dalam melihat perilaku tidak etis yang melibatkan profesi akuntansi[6].
2. Religiusitas Berpengaruh Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Hasil uji hipotesis kedua menyatakan religiusitas tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 0.699 dan nilai p-value 0.485. Mahasiswa akuntansi yang memiliki keyakinan agama yang tinggi tidak dapat mempengaruhi dalam memberikan persepsi etis. Alasannya karena persepsi etis mengenai etika akuntan terlepas dari keyakinan agama yang dimiliki oleh seseorang. Karena dengan memiliki tingkat religiuisitas yang dimiliki, tidak dapat mempengaruhi seorang mahasiswa akuntansi dalam memberikan persepsi etis. Setiap individu yang mempunyai tingkat religiusitas masih belum bisa mempengaruhi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada[7].
3. Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
Hasil uji hipotesis ketiga menyatakan religiusitas tidak berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 2.956 dan nilai p-value 0.003. Semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki mampu mempengaruhi seorang mahasiswa akuntansi yang persepsi etisnya rendah. Alasannya karena mahasiswa akuntansi yang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual tinggi akan melakukan segala cara untuk melakukan tindakan tidak etis di bidang akuntansi yang tidak sesuai dengan perilaku etis mahasiswa akuntansi.Dengan pahamnya seorang mahasiswa mengenai akuntansi, kemungkinan dapat mempengaruhi mereka untuk melakukan tindakan yang melanggar kode etik akuntansi seperti melakukan tindakan fraud. Semakin tinggi seseorang paham mengenai akuntansi dengan tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki, semakin dapat membuat seseorang tersebut untuk melakukan tindakan kecurangan. Kecerdasan intelektual saja tidak cukup dapat membuat seseorang untuk mempunyai perilaku etis[8].
4. Gender berpengaruh Terhadap Love Of Money
Hasil uji hipotesis keempat menyatakan gender tidak berpengaruh terhadap love of money . Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 1.920 dan nilai p-value0.055. Tidak ada perbedaan antara gender laki-laki dan perempuan dalam kecintaan terhadap uang. Alasannya karena seorang mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan akan merespon dan mengembangkan nilai etis dan moral secara sama dilingkungan pekerjaan yang sama juga.
5. Religiusitas Berpengaruh Terhadap Love Of Money
Hasil uji hipotesis kelima menyatakan religiusitas berpengaruh terhadap love of money . Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 3.284 dan nilai p-value 0.001. Mahasiswa akuntansi yang mempunyai religiusitas dari dalam dirinya juga dapat mempengaruhi kecintaan akan terhadap uang. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kesehariannya bahwa mahasiswa akuntansi menjalani ajaran agama dalam apa yang di yakini dengan baik, contohnya meminta kepada Tuhan saat akan melaksanakan kewajibannya sehingga berpengaruh terhadap mereka dalam bagaimana menyikapi uang.
6. Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Terhadap Love Of Money
Hasil uji hipotesis keenam menyatakan kecerdasan intelektual berpengaruh tetapi negatif terhadap love of money . Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 4.459 dan nilai p-value 0.000. Mahasiswa akuntansi yang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual tinggi juga dapat mempengaruhi akan kecintaan terhadap uang. Alasannya karena mahasiswa akuntansi yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang. Dengan mempunyai tingkat kecerdasan yang dimiliki, akan membuat seseorang akan melakukan tindakan apa saja yang sesuai dengan etika untuk mendapatkan uang. Semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual maka akan berpengaruh ke tingkat love of money seseorang[2].
7. Love Of Money Berpengaruh Terhadap Persepsi Etis
Hasil uji hipotesis ketujuh menyatakan love of money berpengaruh negatif terhadappersepsi etis. Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 1.197 dan nilai p-value 0.046. Mahasiswa akuntansi yang memiliki kecintaan uang yang tinggi juga dapat mempengaruhi dalam memberikan persepsi etis. Alasannya karena seorang mahasiswa akuntansi yang mempunyai tingkat love of money tinggi akan mempunyai pandangan bahwa dirinya sangat berambisi terhadap uang dan akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang. Karena uang merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dan didapatkan meskipun dengan melakukan tindakan tidak etis, misalnya melakukan tindakan penggelapan uang dalam perusahaan. Mahasiswa akuntansi yang memiliki tingkat love of moneytinggi semakin rendah persepsi etis yang dimilikinya[10].
8. Pengaruh Gender Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.
Hasil uji hipotesis ketujuh menyatakan love of money tidak dapat mengintervening untuk gender terhadap persepsi etis. Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 1.473 dan nilai p-value 0.142. Alasannya karena gender masih tetap dapat mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memberikan persepsi etis tanpa mempertimbangkan ada atau tidaknya faktor tingkat kecintaan terhadap uang. Dapat dilihat dari segi perbedaan gender bahwa laki-laki dan perempuan akan menciptakan persepsi yang berbeda tentang perilaku etis, tanpa melihat faktor uang. Mahasiswa akuntansi masih dapat memberikan persepsi etis tanpa melihat ada atau tidak adanya uang.
9. Pengaruh Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.
Hasil uji hipotesis kedelapan menyatakan love of money tidak dapat mengintervening untuk religiusitas terhadap persepsi etis. Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 1.801 dan nilai p-value 0.072.Alasannya karena mahasiswa akuntansi dalam memberikan persepsi etis tidak mempertimbangkan faktor uang. Mahasiswa akuntansi yang mempunyai keyakinan agama tinggi dari dalam dirinya mampu mengendalikan perilaku tidak etis, bukan karena dirinya bisa dan berhati – hati dalam menggunakan uang.
10. Pengaruh Kecerdasan Intelektual Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening.
Hasil uji hipotesis kedelapan menyatakan love of money tidak dapat mengintervening untuk religiusitas terhadap persepsi etis. Hasil ini diperoleh nilai t-statisik 1.637 dan nilai p-value 0.102. Alasannya karena mahasiswa akuntansi tidak mempertimbangkan faktor uang dalam memberikan persepsi etis. Ada atau tidak adanya faktor uang, tidak dapat mempengaruhi seorang mahasiswa akuntansi dalam memberikan persepsi etis yang dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian yang telah dilakukan yaitu terdapat pengaruh gender, love of money dan kecerdasan intelektual terhadap persepsi etis, dan untuk religiusitas tidak terdapat pengaruh. Tidak terdapat pengaruh gender terhadap love of money, sedangkan religiusitas dan kecerdasan intelektual terdapat pengaruh. Dan love of money tidak dapat mengintervening untuk tiga variabel yang terdiri gender, religiusitas, dan kecerdasan intelektual terhadap persepsi etis..
References
- Sidartha, A. L. A., & Sujana, I. K. (2020). Pengaruh Idealisme kecerdasan Emosional dan Etika pada Persepsi Etis Mahasiswa Profesi Akuntansi dengan Kepercayaan Diri. E-Jurnal Akuntansi, 30. doi: 10.24843/eja.2020.v30.i08.p19.
- Hermawan, S., & Nurlia, W. (2017). Dapatkah Love Of Money sebagai Variabel Intervening Pengaruh Kecerdasan Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 12. doi: 10.24843/jiab.2017.v12.i02.p04.
- Tang. (1992). The Meaning of Money Revisited. The Meaning of Money Revisited, 13 p. 197. Jurnal Of Organizational Behavior.
- Prabowo, P. P., & Widanaputra, A. A. G. P. (2018). Pengaruh Love of Money, Machiavellian, dan Idealisme pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi, 23, 513.
- Ermawati, N., & Kuncoro, A. (2016). Determinan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Muria Kudus). Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 9(1), 12–25. doi: 10.35448/jrat.v9i1.4279.
- Widyaningrum, A., & Kamayanti, A. (2017). Determinan Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal Akuntansi.
- Abdurahman, N. L., & Hidayatulloh, A. (2020). Kecerdasan Religiusitas Kecintaan Terhadap Uang Dan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. E-Jurnal Akuntansi, 4.
- Hodaififi, dkk. (2017). Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi Dalam Praktik Pelaporan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi.
- Normadewi, B., & Arifin, H (2016). Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Dengan Love Of Money Sebagai Variabel Intervening. 1–30. Jurnal Akuntansi.
- Nikara, I. A. G. I. K., &Mimba, N. P. S. H. “Pengaruh Love of Money , Machiavellian , Idealisme dan Religiusitas pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud) Bali,” E-Jurnal Akunt. Univ. Udayana, vol. 26, no. 2302–8556, pp. 536–562, 2019.